Mimpi buruk itu jadi kenyataan ketika Yuri mendapati dia harus merah pada benda pipih di tangannya yang gemetaran. Maksud hati ingin tenang dengan memastikan dugaan Mama Mulya salah, Yuri justru dibuat resah lantaran menurut alat itu, di rahimnya memang ada janin bertumbuh. Tak henti-tentinya Yuri bertanya pada udara hampa, bagaimana bisa? Dengan wajah bingung dan takut, Yuri membuang alat itu ke tempat sampah, lalu keluar dari kamar mandi. Yuri duduk lemas di tepi tempat tidur. Pikirannya nyalang, bertanya kenapa ia harus hamil segala, di saat ia mengira semuanya hampir berakhir. Janin ini tidak semestinya ada di perut Yuri, karena ini bukan anaknya. Ini anak Mulya dan Abigail. Sekarang Yuri harus bagaimana? Ia sungguh tidak ingin kehamilan ini menjadi penghalang perceraiannya dengan