"Haruskah kamu pergi?" tanya Skylar sambil memeluk Jian dari belakang. Jian sedang menyemprotkan parfum beraroma mawar yang Skylar berikan, dan aroma mawar bercampur dengan violet, peony serta musk, menguar harum manis dan familiar, membuat Skylar merasa bersalah.
Seharusnya, ia tidak membawakan wewangian yang sama untuk Jian, entah apa yang ada di pikirannya saat itu, membawakan aroma parfum yang sama untuk Jian, apakah mungkin itu merupakan bagian dari siasat liciknya, agar jika aroma perempuan itu menempel padanya, Jian mengira itu aroma dari parfum yang dikenakannya.
"Sonya kesulitan memasang kristal swarovsky di gaun bridal shower yang dipesan Rachel, jadi aku harus datang membantunya."
"Gadis itu kenapa selalu merepotkanmu," gerutu Skylar.
"Jangan begitu Sky, bagaimanapun Sonya sepupumu, dan dia adalah partner kerjaku, tidak ada salahnya jika ia meminta bantuanku, lagipula pekerjaan ini memang tugasku."
"Aku tahu, tapi bisakah dia mengerti untuk hari ini saja, membiarkan kamu istirahat? Dia membuatku tidak bisa memelukmu seharian." Skylar menenggelamkan wajahnya di leher Jian, menciumi sepanjang tengkuk dan perpotongan leher hingga Jian mengerang kegelian.
"Hentikan, Sky!" Jian mendorong tubuh Skylar menjauh, tapi Skylar kembali menempel pada Jian.
"Beri aku ciuman." Skylar merengek, seperti anak kecil meminta permen dan tanpa menunggu persetujuan Jian, Skylar melumat bibir Jian, yang dibalas Jian dengan kecupan mendalam yang sama.
"Aku harus berangkat," ucap Jian setelah mereka saling menyecap bibir satu sama lain.
Skylar mendesah kecewa, dan Jian memeluk Skylar.
"Ada apa denganmu? Kamu seperti bayi besar, ingat, kamu sebentar lagi kau akan menjadi ayah, kamu tidak bisa terus menempel padaku seperti ini."
"Aku mencintaimu, aku hanya ingin bersamamu seharian." Skylar mengusap punggung Jian.
"Aku tahu. Tapi, Sonya membutuhkan aku. Aku janji akan secepat mungkin menyelesaikan pekerjaanku dan kembali padamu."
"Janji?"
"Aku berjanji. Oh ayolah Skylar, kamu tampak seperti anak-anak jika bertingkah seperti ini." Jian tertawa kecil melihat wajah Skylar yang merajuk. Skylar di mata Jian nampak lucu, bagaimana mungkin pria yang membuat dirinya mendesah hebat dalam gelora asmara kini merengek dan merajuk dengan gaya anak tiga tahun yang menggemaskan.
"Aku sedang ingin memelukmu."
"Kamu bisa memelukku nanti, sekarang antarkan aku ke butik, Sonya pasti sudah menunggu."
Skylar menghela mafas.
"Aku akan menjemputmu sore nanti."
Jian mengangguk cepat, lalu mengambil tasnya dan menggandeng Skylar menuruni anak tangga dan berjalan ke garasi. Jian dan Skylar duduk bersebelahan di mobil SUV hitam yang terlihat mengkilat ditempa cahaya siang yang panas. Udara hangat, matahari bersinar cerah, seolah alam hari ini menggambarkan suasana hati Jian, yang begitu bahagia dan penuh semangat kehidupan.
***
"Jian." Sonya berdiri di pintu ruang menjahit dengan tangan terlipat di d**a, memanggil Jian yang nampak sedang serius dengan butiran kristal swarovski.
"Apa?" tanya Jian tanpa memberi perhatian pada Sonya, ia masih sibuk menjahit swarovski di sekujur gaun berwarna merah salem yang sedang dikerjakannya.
"Sky sudah menjemputmu," beritahu Sonya pada Jian yang sedang menekuni manik-manik gaun.
"Astaga, ini baru jam berapa tapi dia sudah menjemputmu. Apa dia kira memasang kristal swarovsky gaun itu sangat gampang dan secepat memasak mi instan? Bahkan kau saja datang ke butik sudah siang. Aish! Suamimu itu benar-benar menjengkelkan." Sonya terus bicara sambil kembali memasang kristal pada gaun dengan wajah jengkel.
"Siapa yang kau bicarakan?" Tubuh tinggi Skylar masuk ke dalam ruangan.
"Kau! Siapa lagi. Lagipula apa kau ini anak TK? Menempel terus pada istrimu. Kenapa kau tidak bekerja?" sentak Sonya tanpa berusaha menyembunyikan rasa kesalnya pada Skylar.
"Aku libur hari ini, dan seharusnya Jian juga libur, jadi kita berdua bisa melewatkan waktu bersama. Tapi kau, memasang hiasan gaun saja tidak bisa."
"Ini bukan sekedar hiasan! Kau tidak tau rumitnya memasang kristal-kristal ini!"
"Ah, benar-benar kepalaku pusing mendengarmu."
"Sky, sudahlah," ucap Jian melerai pertengkaran Sonya dan Skylar.
"Sonya, maaf, jangan diambil hati."
Sonya mendecih.
"Suamimu memang keterlaluan."
"Ayo sayang, kita pulang. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan." Skylar menggandeng Jian, mengabaikan Sonya.
"Apa?! Kau menjemput Jian seawal ini hanya untuk jalan-jalan?! Padahal butik ini sedang mengerjakan banyak pesanan." Sonya berkata lagi dengan nada jengkel.
"Apanya yang salah? Aku mengajak istriku jalan-jalan apa salah?"
Sonya memejamkan mata mencoba bersabar, menarik nafas, lalu menghembuskannya.
"Apanya yang salah? Oke...begini, ini tidak salah tapi di saat semua orang sibuk seperti ini?" Sonya berkata dengan nada jengkel. "Tapi, baiklah, baiklah, Jian, pergilah, cepat pergi, kalau tidak kepalaku akan menjadi semakin pusing kalau begini caranya." Sonya akhirnya mengalah, memutuskan untuk membiarkan Skylar membawa pergi Jian ketimbang ia harus memperpanjang perdebatannya dengan Skylar. Sonya mengibaskan tangannya meminta Jian segera pergi bersama Skylar sebelum ia semakin jengkel.
"Sky, tunggu sebentar, aku akan menyelesaikan ini bersama Sonya," pinta Jian pada Skylar. Bagaimanapun gaun-gaun ini adalah tanggung jawabnya dan Jian merasa ia sangat tidak profesional jika meninggalkan gaun yang harus dikerjakannya begitu saja.
"Sudah, aku akan menyelesaikannya dengan Jennie, kau pergi saja." Sonya mendorong Jian mendekati Skylar.
"Pergilah kalian berdua."
"Tapi, Sonya...." Jian merasa tidak enak meninggalkan Sonya dengan pekerjaan yang tidak tuntas.
Sonya melambaikan tangan, sebagai tanda bahwa ia sudah tidak ingin berdebat lagi dan meminta Jian dan Skylar pergi dari tempat ini.
"Aku akan datang lebih awal besok pagi," ucap Jian berusaha menenangkan Sonya, sekaligus menebus rasa bersalahnya pada Sonya.
Skylar dan Sonya adalah saudara sepupu. Jian bertemu Skylar karena bersahabat dengan Sonya. Meski Skylar dan Sonya bersaudara, namun mereka berdua acapkali bertengkar dan kadang Sonya mengeluhkan sikap Skylar yang terlampau romantis, karena bagi Sonya itu memuakkan.
"Tidak usah merasa bersalah, Sky menikmati ini semua, dia memang tukang pamer. Pergilah Ji."
"Kenapa kau begini judes? Lihat saja, pria-pria jadi takut padamu."
"Sky, bisa tidak tutup mulutmu? Dan pergilah dengan Jian."
"Jian, bawa suamimu keluar dari sini. Aku pusing melihatnya, dan biarkan aku tenang dengan gaun pesta ini." Sonya mengomel tiada henti.
"Oke aku pergi dulu, aku benar-benar akan datang lebih pagi besok." Jian menepuk pundak Sonya dan segera menggandeng Skylar keluar ruangan sebelum Sonya mengamuk.
"Aku rasa Jian benar-benar berbuat sesuatu yang baik di masa lalu, lihat saja, suaminya begitu tampan dan romantis," ucap Jennie sambil menatap Skylar dan Jian yang baru saja keluar butik.
"Iya, aku juga merasa begitu, mereka berdua benar-benar romantis, so sweet," ucap Lisa sambil mendekapkan tangannya ke tubuhnya sendiri.
"Apakah Tuhan masih menyisakan satu pria sempurna seperti Skylar untukku?"
"Jangan bermimpi, pria seperti Skylar pasti sudah laku, dan Jian adalah yang beruntung mendapatkannya. Yang bisa kita lakukan sekarang hanya bermimpi." Jovita menimpali.
"Menjahit gaun bridal shower seperti ini, membuatku membayangkan aku adalah calon pengantin berbahagia, dan akan dipersunting seorang pria seperti Skylar." Pandangan mata Rose menatap langit-langit, membayangkan angannya.
"Hati-hati kau, aku akan adukan kau pada Jun!" Jennie berkata pada Rose.
"Ah, kau ini, menghancurkan khayalanku saja! Tidak ada salahnya berkhayal kan?"
"Apa Jun tidak sebaik Skylar?" Lisa menimpali.
"Kalau Jun memang payah, tinggalkan saja!" ucap Lisa mengompori Rose.
"Ya! Tidak semudah itu!"
"Aku mencintai Jun."
"Tapi kau masih mengkhayalkan pria seperti Skylar," balas Jennie.
"Hei!"
"Cepat kerjakan gaun-gaun yang menganggur itu! Kalian pikir dengan mengkhayal dan menggosip gaun itu akan selesai? Lagipula tidak ada pernikahan yang sempurna! Tidak juga Skylar dan Jian!"
"Apa kau sedang iri?" sindir Jovita.
"Aku? Iri? Aku hanya realistis."
"Kenyataannya mereka sempurna. Pernikahan mereka romantis, jauh dari masalah. Mereka seperti pasangan Romeo dan Juliet yang saling mencintai," ucap Jovita lagi.
"Cih!"
"Apa kau tidak tahu? bahkan Romeo Juliet yang kau sebutkan tidak sempurna. Mereka mati muda! Dan lagi, kalau mereka tidak mati muda aku tidak yakin pernikahan mereka akan selalu romantis, siapa yang menjamin mereka akan selalu hidup dengan damai. Pernikahan memang seperti itu, tidak akan selalu manis, bayangkan kau hidup bersama dengan orang yang memiliki pandangan yang berbeda denganmu, pasti akan ada masalah."
"Astaga Sonya! Kau menyumpahi Jian dan Skylar?" Rose memekik.
"Aku tidak menyumpahi Skylar dan Jian! Aku hanya mengatakan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk pernikahan Skylar dan Jian yang membuat kalian berkhayal terlalu manis."
"Sonya, jangan berkata buruk soal Jian dan suaminya," ucap Lisa.
"Aku? Berkata buruk? Yang benar saja!"
"Bicara dengan kalian menambah pusing kepalaku. Lebih baik aku memesan makanan cepat saji daripada berdebat dengan kalian."
"Aku juga pesan burger dan kentang!"
"Tolong pesankan aku juga ya, Sonya." Jennie berkata.
Sonya berdecak kesal.
"Aku juga, aku pesan ayam goreng dan kentang!" Jovita menambahkan.
"Aku juga! Pesankan yang extra pedas." Lisa berkata dengan suara riang.
"Apa kalian tidak tahu malu? Baru saja mendebatku, lalu sekarang saat aku membeli makanan, kalian ikut memesan?" cibir Sonya.
"Kami hanya lapar, itu tidak memalukan," jawab Jennie.
"Kali ini kami akan memanggilmu kakak senior, karna kau begitu bertanggung jawab memberikan makanan pada kami."
"Cih!"
"Aku tidak butuh panggilan kakak senior."
"Bagaimana kalau kami memanggilmu baginda ratu?"
"Jangan bercanda!"
"Kami juga akan mendoakan agar kau segera bertemu seorang pria yang tampan dan mengesankan seperti Skylar," ucap Rose membujuk.
"Tolong pesankan aku ayam goreng dan sundae."
"Kalian benar-benar...."
"Aish!" Sonya menghentakkan kaki kesal, tapi wanita itu menggulirkan layar ponselnya dan memesan layanan antar makanan.
"Sonya, terima kasih, memesankan kami makanan, semoga karena kebaikanmu, kau juga bertemu pria sempurna seperti Skylar" ucap Jennie yang diamini oleh Jovita, Lisa dan Rose.
"Sudahlah, kalian seperti baru pertama saja merampokku seperti ini. Aku tidak ingin pria seperti Skylar, aku sudah mengenalnya dari bayi dan dia tidak sebaik yang kalian tahu."
"Kerjakan saja gaun yang dipesan pelanggan. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kalian harus sadar itu. Kita hanya belum tahu bahwa sesuatu memiliki kekurangannya sendiri."
"Tapi Jian dan Skylar benar-benar romantis, dan rasanya mereka sempurna."
"Lisa, jangan mulai lagi, oke?Pusing aku mendengarnya! Bawakan saja aku benang jahit sewarna dengan gaun ini!" perintah Sonya dan Lisa menutup mulutnya, berlari kecil ke tempat penyimpanan peralatan mengambilkan benang yang dimaksudkan oleh Sonya.
***
Jianina menatap hamparan pemandangan luas di hadapannya dengan ekspresi takjub. Angin sepoi mempermainkan helai rambutnya, dan ia menoleh pada Skylar yang ada di sisinya.
"Sky, ini indah sekali." Jian menatap landskap kota dari ketinggian restoran bintang lima yang megah. Skylar membawa Jian menikmati makan malam romantis dengan pemandangan luar biasa dan tentu saja, cita rasa istimewa hidangan karya chef ternama.
"Kamu suka? Keindahan ini bukan apa-apa dibandingkan kamu, Jian. Kamu selalu yang terindah."
"Skylar, kamu terlalu menyanjung." Jian menatap suaminya, yang juga menatapnya balik dalam senyuman.
"Jangan seperti ini," ucap Jian seperti mengeluh.
"Kenapa?"
"Kalau kamu terus seperti ini, aku bahagia, tapi lambat laun aku juga merasa takut."
"Takut?"
Jian mengangguk.
"Kamu tahu? Ada ungkapan, jika kamu terlalu keras tertawa, maka sebentar lagi kamu akan menangis, jika kamu terlalu bahagia, berarti sebentar lagi, sesuatu yang menyedihkan akan datang. Aku takut, hal itu terjadi."
Lengan Skylar merangkul Jian hangat.
"Tidak akan ada hal buruk terjadi, sayang," ucap Skylar.
"Aku tidak akan membiarkanmu dihampiri hal buruk, aku akan menjagamu dari semua hal yang bisa membuatmu menangis. Aku akan meninggalkan dia. Aku bersumpah tidak akan menemuinya lagi, aku akan kembali bersamamu," batin Skylar berkata.
Skylar mengecup dahi Jian lama, mengusap perlahan punggung istrinya itu, berusaha meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Satu bulan lagi, filmku akan ditayangkan perdana. Apa kamu mau hadir bersamaku di acara itu?" tanya Skylar.
"Filmmu yang kau kerjakan di Bali?"
Skylar mengangguk.
"Tentu saja, aku dengan senang hati mendampingimu."
"Aku sangat senang kamu bersamaku saat filmku ditayangkan perdana."
"Sebagai istri tentu aku harus selalu bersamamu."
Skylar mengambil tangan Jian mengusapnya perlahan lalu mengecup punggung tangan Jian.
"Saat bersamamu aku merasa utuh lagi. Saat bersamamu aku merasa, aku telah berada di rumah. Apapun kata-kata yang kuucapkan, aku akan selalu mencintaimu." Skylar menatap Jian, dan berkata dengan penuh keyakinan.
Skylar selalu bersikap manis. Lima tahun dalam pernikahan, mereka berdua menjalaninya tanpa sesuatu kendala yang berarti.
Jian memeluk Skylar, merasakan lengan kuat Skylar mendekap tubuhnya, dan Jian merasa hangat dan damai. Jian menenggelamkan wajahnya ke d**a Skylar dan aroma tubuh Skylar, sagewood tercium, lalu aroma mawar menyapa hidung Jian.
Mendadak Jian merasa sebuah perasaan aneh menyusup. Mawar adalah aroma parfum yang dipakainya, tapi aroma mawar yang ada di tubuh Skylar terasa ada lebih dulu dibandingkan aroma mawar yang berasal dari tubuhnya. Mendadak, tubuhnya terasa tegang, dan ia kembali mengendus d**a bidang Skylar, sesuatu tertangkap netranya dan membuat tubuhnya terasa semakin tegang. Jianina menemukan sebuah noda tipis di kemeja suaminya itu, seperti lipstik berwarna peach nude yang digosok.
Batin Jian tergetar oleh sebuah kecurigaan, melintas dalam pikirannya, jangan-jangan, Skylar di belakangnya berkhianat. Aroma parfum mawar, juga dipakai oleh Nathania Rozeanne, mungkinkah Thania mengenal Skylar? dan bukankah wanita itu mengatakan bahwa pekerjaannya adalah penulis naskah? Sutradara film dan penulis naskah, bukankah itu pekerjaan yang berkaitan? Mungkinkah mereka saling mengenal?
Skylar mengatakan bahwa satu bulan lagi, filmnya akan tayang perdana, dan Thania juga mengatakan memesan gaun untuk premiere film. Apakah mereka sedang membicarakan acara yang sama?
Apakah dugaan ini adalah suatu kebenaran ataukah hanya kecurigaan yang berlebihan?