Abad ke 21 | 12 Desember ××××
Virginia, USA.
Sebuah rumah dengan bentuk unik di pedalaman Virginia, di bawah pohon besar yang tampak sangat gagah berdiri selama ribuan tahun.
Di temani alam hijau yang dengan segala isinya yang masih sehat dan bersih tampak sangat menakjubkan. Tapi dari sebuah cerita konon katanya hutan di pedalaman Virginia itu sangat lah horror, tidak ada yang berani menginjak alam yang sangat menakjubkan itu di karenakan di diami berbagai jenis makhluk-makhluk gaib.
Tapi yang lebih terkenal seantoro gosip gosip dari jaman terdahulu, adalah peristiwa sekitar tahun 885an, tahun di mana hal mengerikan terjadi yang berujung sebuah ramalan yang konon katanya akan menghancurkan seluruh penghuni hutan itu bahkan di ramalkan akan membawa bencana dahsyat di dunia 'fantashia'
Dan si pembawa itu bernama Siluna Kimara, seorang perempuan cantik yang konon katanya kecantikannya akan menghancurkan para pria yang terpesona padanya. Sedangkan dari kekuatannya, Siluna memang bisa merasakan kekuatan amat besar di tubuhnya tapi sepanjang hidupnya belum pernah Siluna melihat bagaimana kekuatan itu sendiri.
Dan desas desus di sekelilingnya membuatnya selalu berakhir mengela pasrah. Yaps, hidupnya yang seakan di buru membuatnya tersenyum miris.
"Luna, Siluna!"
Panggilan itu membuat Siluna tersentak dari lamunannya, dan seulas senyum terukir di bibir cantiknya saat tahu siapa yang memanggilnya.
"Iya, Luna ke sana." Sahutnya kemudian.
Dan dari semua itu Siluna masih merasa bersyukur karena masih ada seseorang yang amat sangat baik hati bersedia merawatnya dari sejak dini.
Seseorang yang pada awalnya teramat sangat asing namun amat sangat baik hati. Dia Dizzy—Seekor siluman rubah yang kerap kali di sangka amat sangat jahat dan licik.
Well mungkin memang benar siluman rubah itu licik dan jahat tapi untuknya tidak semuanya begitu, contohnya di diri Dizzy. Perempuan berumur kurang lebih 600 tahun itu amat sangat baik padanya, merawatnya dengan penuh kasih selama kurang lebih seratus tahun. Tidak memedulikan cercaan orang-orang bahwa kalau berdekatan dengannya akan terkena sial seumur hidup.
Perempuan jelmaan rubah itu tetap bersamanya yang merupakan seorang monster—well begitu sebutan orang-orang yang selalu ingin melenyapkannya.
"Bisa bantu pindahkan bunga itu?" Tanya Dizzy saat merasakan Siluna telah berada tepat di belakangnya.
SIluna melirik Dizzy sesaat sampai kemudian memindahkan pandangannya ke mawar yang tertancap di vas, mawar berwarna hitam dengan pucuknya yang berwarna keunguan. Terasa aneh dan baunya pun tidak sedap untuk di hirup.
Kenapa Dizzy harus memelihara bunga itu?!
"Aromanya tidak enak Dizzy." Katanya dengan raut tidak suka menatap bunga di tangan perempuan dengan paras abadi di hadapannya itu. Well, meski di kata telah hidup selama ratusan tahun, awet muda itu memang ada dalam kaum siluam atau pun bisa di sebut juga makhluk astral, jadi-jadian our apa lah. Banyak sebutannya, dan salah satu contoh nyatanya yaitu Dizzy sendiri yang telah berusia lebih dari 400 tahun masih tampak cantik dan bugar sekali.
Dan satu rahasia, tentu saja ada risiko timbal balik dalam mempertahankan keawetmudaan itu.
"Tak apa, malah ini ramuan yang sangat bagus. Aku mengetahuinya dari kenalanku." Kata Dizzy tenang.
"Tapi-"
"Ini, pindahkan saja!" Dizzy segera menyerahkan vas itu ke tangan mengadah Siluna yang tidak siap.
"Luna!" Pekik Dizzy saat Siluna berhasil menangkap vas yang akan menghantam lantai.
"Maaf Dizzy." Ucap Siluna dengan raut menyesal, dia sadar telah membangkang.
Menghela nafas kasar Dizzy mengangguk saja. "Tanganmu terluka?" tanyanya menatap tangan kanan Siluna yang terluka karena menangkap vas itu dan karena posisinya yang tak akurat duri dari bunga itu menggores tangannya.
Melirik pada lukanya, Siluna tampak biasa saja. "Tidak apa-apa, hanya luka kecil saja." Ucapnya tenang.
Well Siluna sudah terbiasa akan timbulnya luka, jadi tidak heran dalam sehari bisa mendapatkan ratusan luka di tubuhnya.
.
***
10.45 siang waktu Virginia.
"Waktunya berburu. " Dengan bersemangat Siluna melesat, berlari mencari buruan kesukaannya yaitu seekor harimau besar.
Berpijak di sebuah cekungan beralas rumput hijau, dengan posisi sedikit membungkukkan punggungnya, sedangkan hidungnya sibuk mengendus aroma-aroma yang akan membuatnya tergoda.
Hingga di detik kemudian, seulas senyum terbit di bibirnya saat merasakan buruannya berada tidak jauh darinya. Menengok ke samping kanan raut Siluna semakin semringah saat melihat seekor harimau yang mungkin tidak sengaja lewat jalan ini.
Binatang buas itu menggeram saat melihat Siluna yang kemudian memberikan pelototan matanya, yang mengakibatkan gerak binatang buas itu terhenti.
Dengan langkah pelan namun tegas Siluna mendekati buruannya, wanita itu terus saja tersenyum membayangkan kenikmatan dari cairan merah pekat saat mengalir di tenggorokannya nanti. Pasti akan lezat sekali seperti biasanya!
Tiga langkah mendekati sang buruan, tanpa di sangka ada sebuah pesatan bak angin lalu yang menariknya. Entah apa itu membawa Siluna ke tempat yang tampak sangat mengerikan.
"Ini?" Siluna menatap sekelilingnya yang tampak lembab dan basah dan tidak lupa pemandangan sebuah tengkorak mengerikan terpang-pang jelas di matanya. Di tambah aroma pekat yang tidak mengenakan tercium oleh indra penciumannya yang tajam membuatnya sedikit mual.
Bau ini aneh? Batin Tayyara terus menatap dan menelusuri area sekelilingnya dengan pandangan tajamnya.
Entah siapa yang membawanya ke sini, Siluna harus terus waspada, banyak yang tidak menyukainya dan banyak yang ingin melenyapkannya.
"Siapa?!" Ucap Siluna dengan volume keras. "Tunjukan dirimu, jangan jadi pengecut dan hadapi aku!"
Sret
"Aww!!"
Siluna memekik saat merasakan sayatan panjang di tangan kanannya. Sedangkan si pelaku masih tak menunjukan wujudnya.
"Keluar ka—"
Pekik itu terhenti kala Siluna merasa sesuatu tepat di lehernya, yang seketika membuat tubuhnya membeku di tempat. Namun selang setelahnya, seulas senyum samar yang bahkan sulit untuk di deteksi dalam jarak dekat, menghiasi bibir Siluna bersama munculnya sosok yang telah mengganggu dirinya berburu.
well pria berperawakan tinggi besar, dengan urat-urat yang terlihat menonjol di sepanjang lehernya, entah makhluk apa Tayyara tidak bisa mendeteksi baunya.
"Ahh ternyata bener gadis cantik," nada yang terkesan mendesis itu mampir di kedua pendengaran tajam Siluna. "Konon katanya berbahaya terlebih jika sampai bertatap wajah, tapi," dengan jumawa sosok itu mengungkapkan berita-berita tentangnya. "Tidak terjadi apa pun."
Jari jemari dengan cakar panjang itu kemudian terulur pada pipi halus Siluna, mengelusnya seringai bulu, "Di banding menjadi gadis yang konon menjadi hura hara di dunia, sebaiknya kau menjadi budakku saja." desisnya yang kemudian tanpa di sangka mencekikan tangan besar nan mengerikannya itu di leher Siluna.
Namun tampaknya Siluna tidak terintimidasi, dan hanya menatap datar membuat sosok di hadapannya aga menggeram karena tidak mendapat respon sendari tadi. Gadis ini terlalu datar!
"Kalau tidak, cakarku akan mencabik-cabik daging manismu ini." Mengendus lancang leher Siluna, cakar itu yang menaut di belakang leher mulai menekan dan tampak sobekan mulai terlihat di iringi darah yang menetes.
"Jadi bagaimana?"
Dan Siluna mulai menampakan reaksinya, senyum menawannya terangkat kepermukaan yang sontak membuat sosok di hadapan itu terpana.
"Namun sayangnya kau yang akan menjadi makan siangku." Dan dalam sekejap mata birunya berubah warna menjadi merah pekat yang tampak mengerikan.
Dan....
"AAAKHHHH!"
Burung yang tengah mangkal di dahan-dahan pohon berterbangan di kala jerit menyakitkan itu menggema, meninggalkan langit biru sebagai saksi dari seorang Siluna Kimara yang tengah menyantap penganggunya.