Tidak terdengar suara langkah kaki, hanya langkah kaki pelayan yang mengantar gadis remaja itu terdengar jelas langkahnya. Gadis remaja itu melangkah bagaikan hantu, meski sudah jauh dari pria paruh baya dan nyonya besar tetap saja wajahnya tidak menunjukan ekspresi appun. Bahkan pelayan dibuat kebingungan dan berpikir masalah yang dihadapi gadis ini sangat berat.
Pelayan rumah pun berucap dengan senyuman yang ramah, “Nona muda, ini adalah kamar nona. Nona, siapa nama nona? Bolehkah saya menata barang nona di kamar ini?”
Tanpa jawaban, gadis muda itu mengacungkan tangannya ke atas lalu mengarahkan ke kanan dan kiri, memberi isyarat bahwa tindakannya tidak di perlukan. Pelayan rumah yang mendapat jawaban dengan sikap dingin itu tidak menyerah begitu saja.
Nyonya besar telah memberi perintah kepadanya untuk memperlakukan gadis muda dengan baik, dan di minta berusaha untuk mengambil hati nona muda ini agar bisa menerima nyonya besar sebagai ibunya. Pelayan rumah mengerti tidak akan mudah menghadapi gadis muda ini sampai ia memanggil nyonya besar sebagai ibunya, ya ini adalah perkiraan yang cukup jelas setelah melihat tingkah gadis muda ini yang begitu tidak mau bicara dengan siapapun. Sikapnya dingin dan sangat berbeda dengan dua tuan muda.
Nona muda itu terlihat diam sembari memperhatikan seluruh ruangannya, lalu ia meletakan tasnya di samping bawah kasur. Lalu mendekati pelayan rumah, melihat pelayan rumah sebentar dan pergi meninggalkannya. Nona muda segera turun ke bawah, ia berjalan menuju ruang tamu dan kembali duduk ke tempat duduknya yang semula. Sementara pelayan rumah mengikutinya dari belakang hingga ke ruang tamu, kembali menghadap nyonya besar.
Nyonya besar melihat anak tirinya kembali kemari bersama pelayan rumah, ia pun berhenti bicara dengan suaminya. Ia melihat gadis itu sejenak, memperhatikan gadis itu tetap tanpa ekspresi. Nyonya besar pun menduga bahwa gadis ini tidak menyukai dekorasi kamar barunya, ia hampir di buat putus asa dengan pertemuan pertama ini. Tetapi suaminya menepuk pundaknya, tersenyum manis padanya memberi isyarat untuk tetap tegar dan tidak putus asa.
Ayah dari gadis muda itu pun berucap, “Sayang, ayah ingin bicara denganmu sebentar!” yang kemudian berdiri dan berjalan keluar dari rumah ini.
Gadis muda itu mengikuti langkah ayahnya dari belakang, ia menatap ke empat orang itu sesaat lalu kembali ke depan menyusul ayahnya. Tatapannya dingin dan tajam tanpa senyum yang membuat semua orang binggung harus bertingkah bagaimana terhadapnya.