Tanpa kuduga Nyonya besar meneteskan air matanya, aku melihatnya menangis dan cerita hidunya yang kelam itu membuatku terdiam membisu. Aku tidak bisa berkata- kata, tetapi Nyonya besar mentegarkan dirinya. Ia melanjutkan ceritanya. “Saya pergi ke pesisir pantai dimana badai itu terjadi. Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya merasa Tuhan tidak pernah adil dengan saya. Saya pun berteriak sekuat- kuatnya, ‘Mengapa kamu mengambil suami dan anak saya? Mengapa kamu melakukan ini pada saya? Apakah saya telah melakukan kesalahan? Saya melakukan apa yang kamu perintahkan. Saya melakukan kebaikan. Apa salah saya?’ keluhku saat itu. Aku benar- benar mengeluh atas cobaan ini. Aku tidak bisa menerima apa yang terjadi, aku berlari ke laut. Aku terus berlari hingga aku tenggelam. Saat itulah aku mendeng