Nyaman yang sebenarnya

1176 Words

Senyum Hans begitu lebar pada saat dia mendengar suara ketukan pintu yang mengikuti suara bel. Hans tidak mengira Nuri berubah pikiran dengan cepat. Dengan mata berbinar dan tawa yang tertahan, Hans membuka pintu apartemen-nya hanya untuk berhadapan dengan wajah ibunya, Alina Dagmar. "Mom? Untuk apa mama kemari?" tanya Hans heran. "Kenapa? Tidak boleh?" tanya Alina melangkah masuk. "Kalau aku katakan tidak boleh, apa mama langsung keluar?" tanya Hans. "Tidak. Sebagai ibu aku punya hak untuk tinggal dimana pun anaknya berada. Kau tidak bisa melarang, Hans." "Sayang sekali. Aku punya hak untuk melarang atau mengijinkan siapa pun tinggal di rumahku. Dan sekarang aku tidak menginginkan mama ada di sini. Kecuali...." Hans menghentikan kalimatnya pada saat ponselnya berbunyi. Agnes.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD