Shireen telah selesai membuat kue kering, sementara menunggu dingin, dia meletakkan beberapa kue dalam piring dan membawanya menuju sang suami. Gyandra duduk di atas karpet, sementara tablet dengan pen khusus menggambarnya berada di meja, dia memperhatikan dengan seksama, lalu memutar pen itu di jemarinya yang ramping. Kembali menggambar sesuatu. Dengan perlahan Shireen mengempaskan tubuh di sampingnya, dia tersenyum agak terpaksa sambil menyodorkan kue kering itu. Ada rasa tidak enak menggelayuti hatinya, mengingat kejadian saat makan siang tadi. “Mau coba?” tanya Shireen. Gyandra menoleh sekilas, lalu mengambil kue itu dan menjejalkan ke mulutnya. “Hmmm enak, lumer,” puji Gyandra membuat Shireen menghela napas lega. Dia pun mengambil satu dan memasukkan dalam mulutnya, memang ras