Ferdi sudah merasa mengantuk dan segera memejamkan matanya, setelah usai bermain dengan ponsel yang saat ini sudah diletakkan di atas meja. Tertidur di atas ranjang yang empuk seharga dua puluh juta membuat tubuhnya sangat nyaman dan cepat terlelap. Lelaki itu pun sudah bertekad untuk membalas apa yang Cha-cha lakukan. Tentunya dengan bantuan Steffi dan Luna yang sudah takluk dengan Ferdi dalam sekali pertemuan.
Dalam tidur, Ferdi bermimpi berada di sebuah tempat yang sangat asing bagi dirinya. Dia mencoba berjalan dan mencari jalan keluar dari tempat tersebut tetapi tidak menemukan. Seolah hanya berkeliling saja di tempat yang sama dan kembali lagi ke tempat sebelumnya. Ferdi jelas bingung dia berada di mana saat ini. Tiba-tiba terlihat dari kejauhan ada sesuatu yang tampak. Ferdi segera bersembunyi.
Seorang dengan penuh darah berjalan terseok-seok dengan ikatan kuat di punggungnya dan menempel ke arah kereta dari kayu yang seharusnya ditarik dengan kuda. Terlihat orang yang berlumuran darah itu kesakitan dan susah payah untuk menarik kereta kayu tersebut. Saat menatap lebih fokus lagi pada sosok yang tersiksa itu, Ferdi terkejut bukan main. Jantungnya berdegup sangat kencang sehingga rasanya hampir saja copot dari rongga tubuhnya. Ferdi melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat.
Sosok perempuan yang dahulu sangat baik hati dan sering menemani dirinya dari susah hingga ke sangat susah. Meira! Sosok yang berlumuran darah dan terlihat sangat tersiksa menarik kereta kayu yang besar itu ialah Meira teman kerja Ferdi dahulu. Ferdi tak habis pikir di mana dia sekarang dan mengapa melihat penampakan yang begitu menakutkan seperti itu. Tangan Ferdi seketika gemetar, tulang dan persendian kaki Ferdi seolah terlepas dari tempatnya hingga lemas tak berdaya. Dia tak mampu bergerak untuk lari atau menolong Meira. Tubuh Ferdi seakan tak memiliki daya kecuali matanya yang menyaksikan semua penampakan menakutkan di hadapannya.
Meira seakan tahu ada Ferdi di sudut nan gelap. Dia menengok ke arah kiri dan menatap Ferdi dengan mencurahkan segala rasa kecewa dan benci karena sesuatu hal yang belum Ferdi sadari. Perempuan itu ternyata menarik kereta dari kayu yang digunakan oleh Marry Ann yang duduk di sana. Seolah Meira menatap Ferdi dan meminta untuk lelaki itu segera pergi.
Pagi harinya .... Pukul dua lebih lima belas menit ....
“Aaaaarrrgg!!”
Ferdi teriak dengan kencang dan langsung terduduk dari tidurnya. Nafas Ferdi terengah-engah memburu karena hal yang dia lihat tadi sungguh sangat menakutkan bagi dirinya. Seumur-umur lelaki itu memang belum pernah melihat yang namanya makhluk gaib atau sosok penampakan ataupun tetapi kali ini mimpi buruk itu terasa begitu nyata di pelupuk matanya. Dia masih mengatur nafasnya yang memburu dan mencoba untuk menyadarkan diri dari hal-hal buruk yang barusan dia alami.
“Huh ... Huh ... Huh ... Ini Cuma mimpi buruk aja, Fer. Mimpi buruk. Huh ... Huh ... Huh ....” gumam Ferdi seorang diri di kamar.
Saat melihat ke arah jam dinding kamarnya menunjukkan pukul dua lebih lima belas menit dini hari, seketika bulu kuduk Ferdi pun meremang. Dia merasa memang ada hal yang aneh. Apalagi melihat Meira dalam kondisi mengenaskan, membuat Ferdi ingat Meira meninggal karena kecelakaan jadi kalau terlihat kondisi menyeramkan seperti itu, bisa jadi benar Meira.
Mimpi buruk itu pun membuat Ferdi merasa haus. Mau tidak mau lelaki itu pun harus keluar kamar dan menyusuri anak tangga dan turun menuju ke dapur. Bagaimanapun sebagai lelaki, mengalami mimpi seram seperti itu memang menakutkan tetapi dia coba untuk melupakan. Sesampainya di dapur Ferdi segera mengambil gelas dan menuangkan air minum ke gelas yang dia pegang.
Perlahan Ferdi meneguk air dalam gelas itu hingga habis. Setelah minum, dia segera meletakkan gelas itu kembali ke meja makan yang berada di dekat dapur. Saat itu juga dia begitu terkejut melihat sesuatu yang sangat asing di matanya. Sosok perempuan, tetapi bukan Bu Jainun. Dia kaget dan kembali berteriak.
“Aaaarrgg!”
Jelas saja teriakan Ferdi di area dapur dan ruang makan itu bergema dan membuat Andre sebagai satpam segera masuk ke rumah setelah mendengar suaranya. Tak luput juga Pak Jono dan Danar yang tidur di ruangan belakang rumah pun langsung masuk menuju ke tempat arah suara teriakan Ferdi.
“Ada apa, Tuan?” tanya Pak Jono dan Danar bersamaan.
“Ada apa? Ada maling kah?” tanya Andre yang ikut panik padahal dia berjaga. Jam istirahatnya saat pagi hingga siang.
“Ti-tidak ... Ta-tadi ....” Jelas saja Ferdi merasa malu jika mengucapkan kalau dia melihat penampakan atau hal mistis semacamnya itu. Mungkin saja para pekerja di rumahnya akan menganggap dia gila atau berhalusinasi karena kebanyakan orang zaman sekarang tidak akan percaya dengan hal gaib.
“E ... Tadi ada kucing masuk ke sini. Aku tak suka hewan termasuk kucing,” jawab Ferdi melanjutkan jawabannya yang terhenti karena harus berpikir terlebih dahulu.
“Maaf, Tuan. Nanti biar kami usir kucingnya. Mungkin kucing liar,” ucap Andre sambil menundukkan tubuhnya.
“Iya. Maaf buat kalian kaget. Sudah kembali tidur saja,” kata Ferdi yang kemudian meninggalkan ruang makan.
Para pekerja itu pun kembali ke tempat masing-masing. Meski sebenarnya mereka juga merasa ada yang aneh dengan Ferdi tadi. Pasti yang dilihat bukan hanya sekedar kucing, begitu pemikiran Pak Jono, Danar, dan Andre. Ferdi segera masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya. Dia masih tak menyangka melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Meski dia juga melihat Marry Ann yang menjadi istri gaib, tetapi penampakan kekasih gaibnya itu tidak seram malah justru cantik dan menggoda iman.
Saat Andre kembali ke pos satpam, dia kaget karena di dalam pos satpam tepatnya dalam kamarnya ada seseorang di sana. Duduk di kursi dekat ranjang sederhana miliknya. Memang pos satpam dirancang cukup luas untuk berjaga di depan serta istirahat di dalam.
“Siapa, ya? Kenapa di situ?” tanya Andre waspada dan masuk perlahan ke dalam kamarnya. Kalau dari luar memang tidak terlihat begitu jelas, tetapi di dalam cukup luas dengan ukuran dua kali tiga meter. Bangunan pos satpam di dekat gerbang.
Sosok itu tidak menjawab hingga Andre menatap jelas orang itu. Perempuan cantik yang belum pernah Andre lihat. “Siapa ka-kamu? Ke-kenapa di sini?!”
Sosok perempuan berkulit putih seperti salju itu berdiri dari kursinya lalu mendekati Andre. “Mas, aku tersesat. Boleh izin istirahat di sini?” tanya perempuan itu dengan lirih.
Pakaian minim yang digunakan perempuan itu membuat Andre berpikir apakah ini orang mabuk? Atau penghuni perumahan elite yang kemalaman pulang rumah dan sudah dikunci?
“Boleh. Kamu orang perumahan sini juga?” tanya Andre yang dijawab dengan anggukan.
“Mas, boleh pinjam bajunya? Soalnya ini dress basah. Tadi gerimis di depan,” kata perempuan itu membuat Andre tak sanggup kalau tidak membantu. Dia memang membawa pakaian ganti untuk seminggu tinggal percobaan bekerja di sana.
“Sebentar, aku carikan, ya,” ujar Andre yang kemudian meraih tasnya dan mengambil satu kaos warna hitam untuk dipinjamkan ke perempuan itu. “Ini,” imbuhnya sambil menyodorkan kaos dan kemudian justru terkejut melihat perempuan itu sudah melepas dressnya.
“Terima kasih, Mas. Mas baik sekali,” lirih perempuan yang tinggal mengenakan pakaian dalam serba warna merah sangat kontras dengan putih kulitnya.
Pemandangan di depan mata Andre itu jelas membuat dirinya menelan ludah. Saat Andre memberikan kaos hitam itu ke perempuan misterius di hadapannya, justru tangannya ingin merengkuh tubuh indah yang tersaji begitu menggoda. Bagai terhipnotis dalam tatapan memesona perempuan cantik bak bidadari di hadapannya, membuat Andre lupa daratan.
“Kenapa kamu melakukan ini? Mengusik keinginan terpendam yang belum pernah tersalurkan?” bisik Andre tak kuasa menahan gejolak di balik celananya yang mulai terasa ketat dan sesak.
Marry Ann malam itu merengkuh Andre dalam pelukannya yang penuh candu dan sesat. Dia tahu kalau Andre yang saat ini bekerja di tempat Ferdi masih perjaka ting-ting. Dia ambil energi kehidupannya dalam hubungan badan yang membuat Andre merasakan nikmatnya surga dunia. Entah siapa yang memulai terlebih dahulu, akhirnya mereka saling berlomba untuk memuaskan satu dengan yang lainnya.
Andre sama sekali tak tahu kalau perempuan yang membuat dirinya melepaskan keperjakaan itu adalah h-a-n-t-u. Kalau tahu wujud aslinya, pasti Andre lari terbirit-b***t bahkan saat tak berbusana sama sekali. Namun Marry Ann selalu menampakkan wujud cantik, memesona, dan menggoda saat bertemu mangsanya. Mangsa? Ya, mangsa. Marry Ann memangsa energi manusia dan nantinya setiap rasa buruk di benak manusia itu akan menjadi santapan dirinya. Rasa sakit hati, iri, dengki, benci, dendam, cemburu, dan sebagainya, menjadi santapan empuk bagi Marry Ann.
Andre merasakan sensasi yang luar biasa membuncah. Antara senang dan puas karena permainan Marry Ann yang sangat menyenangkan membuatnya ketagihan, serta khawatir dan bingung karena belum kenal siapa perempuan yang saat ini di bawah badannya. Kadang logika kalah dengan n-a-f-s-u dan akhirnya membuat kesulitan sendiri.
Nafas Andre kian memburu. Dia tidak melewatkan satu inchi pun tubuh putih mulus milik perempuan yang saat ini ada dalam dekapannya. Menyapu semua tubuh sedingin es itu dengan ribuan ciuman mesra. Andre tidak curiga dengan tubuh dingin itu karena dia berpikir memang perempuan ini kedinginan karena dini hari masih di luar ruangan. D-e-s-a-h-a-n demi rintihan yang keluar dari bibir mungil, tipis, berwarna merah muda itu menguasai pikiran Andre yang makin menjadi buas. Melakukan semua gaya demi meraup nikmat surga dunia yang selama ini hanya dia rasakan sesaat dengan tangannya saja.
***
Uhuk .... serius amat baca ikeh-ikeh kemochinya xixixixi skip yaa.... Bayangin sendiri aja. Author nggak mau nakal wkwk