Kapan Kita Mulai?

645 Words
"Aku calon menantumu." Mendengar perkataan Joana, ibu Wooseok dan Hanbi terperangah. "Wooseok, apa maksudnya?" "Oppa! Nona Jo..." Hanbi tak sanggup berkedip. "Ibu dan Hanbi, masuk ke dalam sebentar, Aku mau bicara padanya," Wooseok menunjuk Joana dengan geram. Ibu Hanbi menarik tangan Hanbi yang tak hentinya menatap Joana sambil tersenyum. Setelah ibunya masuk Wooseok menghela nafas kesal sambil mengepalkan tangannya, "Apa maksud semua in? apa kau penyebab kami hampir diusir?" "Pfftt, Ya Tuhan, kenapa ada orang seperti ini, kau lugu atau bodoh? kau diusir karena kau tidak mampu membayar sewa, bukan karena aku." "Lee Joana!" "Sttt..." Jo menempelkan telunjuknya ke bibir Wooseok. "Kau berisik sekali, segera siapkan lamaran kerjamu dan serahkan Ke Sekretaris Kang," Joana mendekat, lalu menyentuh wajah Wooseok. "b******k! mereka merusak wajah calon suamiku, Sekretaris Kang urus dia, aku tidak mau ada bekas luka di wajahnya saat pertemuan dengan Ayah," Jo berbalik meninggalkan Wooseok yang tak bisa berkata apa-apa, dan berhenti setelah beberapa langkah, "Kang Jury, jika sampai besok si Bodoh itu tidak memberikan lamarannya, kau tahu apa yang harus kau lakukan," Jo berlalu menuju mobilnya. "Katakan pada wanita gila itu, aku tak kan pernah menikah dengannya! jika aku menikah dengannya, berarti aku sudah sinting!" "Kau tidak bisa menolaknya, jika menolaknya, kau harus menanggung resiko yang besar, apa kau sanggup?" "Dia tak bisa memaksaku seperti ini! memangnya aku barang?!" "Dia bisa. Wooseok aku tidak bisa membantumu, tapi aku akan memberimu saran, sebaiknya kau ikuti apa yang dikatakan wanita gila itu, ini demi dirimu dan keluargamu," "Ini tak ada sangkut pautnya dengan keluargaku!" "Tentu saja ada, seperti sekarang, keluargamu juga akan menanggungnya, kau tau, jika kau tak menyerahkan lamaran hari ini, besok akan muncul berita dengan Headline "Seorang laki-laki memanfaatkan dan memeras CEO LJ Entertainment" Kau bisa bayangkan bagaimana reaksi media?" "Apa! bagaimana Bisa? Aku tidak melakukan apapun." "Dia membeli rumah ini dan sekarang rumah ini atas namamu, dia akan memutarbalikkan fakta bahwa kau telah memerasnya, aku mohon jangan berusaha melawan. Ini demi kebaikan kita bersama. Jika kau tak serahkan lamaranmu, aku juga akan mati." Sekretaris Kang menatap Wooseok sambil melipat kedua tangannya. "Akan kulawan dia, aku tak mau jadi bonekanya!" "Jangan keras kepala, kau mau melawannya dengan apa? pikirkan ibu dan adikmu. pokoknya besok kau harus menyerahkan lamaranm, mengerti? ya sudah aku pergi dulu." Sekretaris Kang melambaikan tangannya ke arah Wooseok, Wooseok terduduk lemas memikirkan nasib buruknya yang tidak bisa menghindar dari jeratan wanita Joana. *** Keesokan harinya, Seulgi terus saja menatap Wooseok yang sejak tadi hanya diam tanpa bicara sedikitpun. Wooseok menerawangkan pandangannya, menghela nafas lelah. Tampak berbagai kesulitan terlukis di wajahnya saat ini. "Oppa, ada masalah apa?" "Ah, tak ada masalah apapun Seulgi." "Maaf, tapi... apa Oppa butuh uang? pakai saja uangku, jangan menolak bantuanku terus." "Tak apa, tak ada masalah uang juga." "Tapi kenapa cemberut begitu? kalau ada masalah cerita saja. Aku akan membantu Oppa." "Kau ini, kenapa ada gadis sebaik dirimu?" Wooseok mengepalkan tangannya. "Berbeda dengan si Gila itu." "Oppa... jangan bicara begitu, aku jadi malu." "Ya ampun, sudah bertahun-tahun bersama, kenapa masih malu juga?" Wooseok tersenyum lalu mengelus kepala Seulgi. "Oppa! ada berita gawat!" Hanbi keluar dari dalam rumah, lalu menarik tangan Wooseok. "Ada apa?" Wooseok terpaksa mengikuti Hanbi, begitu juga dengan Seulgi. "Lihat? Nona Lee diperas orang, siapa yang tega berbuat jahat begini kepada idolaku?!" Wooseok menatap televisi yang ditunjuk Hanbi. Tampak seorang pembaca berita, dan tulisan yang terpampang sebagai headline. "Laki-laki berinisial PW, memeras CEO LJ Entertainment." Wooseok menatap Hanbi yang tampak khawatir. Padahal hari ini Hanbi mendapatkan pemberitahuan dari sekolah, bahwa dia harus bersiap keluar, dan Wooseok tahu pasti, akan sulit mencari sekolah untuk Hanbi. Karena dia adalah adik Wooseok. Ibunya bahkan tak bisa mendapatkan pekerjaan dimanapun, setelah dipecat dari supermarket. "Lee Joana, kau mau bermain? baiklah, ayo kita lakukan." *** Wooseok memasuki ruangan Jo dengan santai, lalu melempar berkas lamaran ke meja Joana. "Baiklah, aku terima pekerjaan darimu, kapan kita mulai menikah?" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD