bc

Great Escape

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
billionaire
heir/heiress
drama
comedy
bxg
small town
realistic earth
self discover
like
intro-logo
Blurb

Zavier Chrysander, si pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di Indonesia, tidak bisa menerima aturan yang di tetapkan orangtuanya terkait perjodohan. Dengan bantuan sahabat sejiwanya, ia memutuskan untuk kabur ke Italia. Dan Italia, berhasil menjadi saksi bisu tentang bagaimana pemuda itu untuk pertama kalinya menikmati kebebasan dalam segala aspek kehidupannya, termasuk perasaannya.

chap-preview
Free preview
Chapter One
        Pagi yang cerah ini dibuka dengan helaan nafas kasar yang keluar dari mulut seorang pemuda ketika ia mengintip jajaran mobil mewah terparkir di halaman depan luas miliknya lewat tirai kamar. Belum lagi terakhir kali ia turun ke lantai bawah rumahnya, ruang tamu yang luas itupun terlihat sudah di sulap seperti aula hotel untuk pernikahan dengan dekorasi ungu dan pink, termasuk kamar milik pemuda itu sendiri.             Ungu dan pink? Kombinasi warna yang paling Zavier Chrysander benci. Zavier lebih suka warna gold atau apapun yang belakangnya ditambah gold seperti rose-gold, white-gold, grey-gold. Tapi bagaimana lagi? Kombinasi warna itu ditunjuk langsung oleh calon tunangan—terpaksa—nya, yang sebentar lagi akan berstatus tunangannya.             Dan detik ini, Zavier cemas-cemas nggak puguh sambil menggenggam ponselnya bertujuan untuk menghubungi Gefari, sahabat sejiwanya. Ya gimana nggak cemas? Hari ini, Zavier akan bertunangan dengan orang pilihan Ibunya yang sama sekali dia nggak suka. Jangankan terkait rasa suka, Zavier kenal dia aja nggak!             Entah berapa lama lagi Zavier harus berdiam diri di kamar sambil memikirkan cara-cara untuk menghentikan hal yang disebut-sebut sebagai perjodohan ini.             Bermiliyar-miliyar kali pemuda Chrysander itu melayangkan protes dan menolak bertunangan dengan perempuan itu, Ibunya selalu punya seribu jurus untuk membuat Zavier diam dan menurut. Bahkan fakta bahwa ia tidak mengenal perempuan itu dengan baik juga selalu ditepis oleh Elizabeth Chrysander a.k.a Ibunya Zavier.             “Mami tau orangnya, orang maminya Mey itu sahabat baiknya mami, kamu nggak perlu khawatir, Mey itu mami kenal orangnya baik, sopan, cantik.” Kata Mami beberapa minggu lalu saat Zavier kembali melayangkan protes. Ibunya memang kenal baik sama Mey, tapi Zavier nggak. Berkali-kali diadakan pertemuan supaya keduanya bisa menghabiskan waktu bersama, tetap tidak membuat Zavier tertarik.             “Mending nyokap lo aja deh yang tunangan sama Si Mei-Mei, kayaknya ngebet banget harus Mei-Mei.” Kata Gefari selepas Zavier menumpahkan kekesalannya pada pemuda tiang listrik itu (tinggi badan Gefari udah kayak tiang listrik soalnya).             Namanya Meyra Helena Kassamira, sama Gefari lebih sering disebut Mei-Mei karena jujur saja menurut Zavier sendiri, penampilan dan muka Mey mirip dengan tokoh Mei-Mei di serial kartun Upin & Ipin, rambutnya panjang, kadang suka dikepang, perawakannya mungil dan yang lebih mirip, perempuan itu pakai kacamata. Zavier jadi curiga, tokoh Mei-Mei di Upin & Ipin beneran keluar dari dunia akting kartun karena lelah cintanya tidak kunjung dibalas Mail yang lebih milih Susanti?             Zavier paham sekali bahwa dia satu-satunya pewaris dari perusahaan rintisan kakeknya kakek yang sudah mendunia di pasar Asia dan ia juga seorang anak tunggal yang hidup di keluarga Chrysander, jadi Mami sudah pasti mau yang terbaik untuk Zavier. Tapi Zavier nggak mau bertunangan dengan siapapun, apalagi di saat umurnya 19 tahun. Yang jelas, Zavier baru lulus dari SMA beberapa bulan lalu. Walau lelaki itu tidak menjalani SMA biasa, ia masuk ke Harold Business SHS yang isinya hanya orang-orang berstatus seperti Zavier alias anak-anak yang disekolahkan khusus untuk bisnis demi kepentingan perusahaan atau pemegang saham dan lain sebagainya.             Mami bahkan sampai mengungkit segala kelebihan yang bisa Mey lakukan untuk anak semata wayangnya itu. Katanya, Mey bisa selalu pijitin Zavier kalau pulang kerja, Mey jago bersih-bersih dan bisa mengurus segala hal kalau Zavier sibuk dengan urusannya. Padahal Zavier tinggal sewa pembantu lagi aja kalau tujuh pembantu di rumah ini kurang, toh kekayaan keluarga Chrysander mampu membayar hutang negara dan beban kehidupan dua benua.             Oke, berlebihan. Tapi balik lagi ke Elizabeth Chrysander, yang dicari bukan gelas ART atau Asisten Rumah Tangga, melainkan IRT yang berarti Ibu Rumah Tangga, dan gelar itu harus banget diraih oleh Meyra Helena Kassamira.                 TEEEETTT....             Zavier menoleh, bel yang terpasang di kamarnya berbunyi pertanda seseorang memanggilnya dari luar kamar. Pijakan sepatu pantofel miliknya perlahan mendekat ke arah monitor yang tersambung dengan kamera kecil seperti fish eye yang terpasang disamping pintu kamar.             FYI, monitor itu dipasang dua minggu lalu dengan alasan supaya ia bisa melihat siapa yang sedang berada di balik pintu tersebut, baru membukakan kunci pintu untuknya. Hal ini disebabkan oleh Mey yang akhir-akhir ini suka keluar-masuk kamar Zavier meski pemuda itu melarangnya.            “Kan kita sebentar lagi tunangan.” Jawaban itu membuat Zavier hampir memuntahkan sarapannya tempo hari. Dan mulai sejak itu Zavier selalu mengunci pintu kamarnya demi menyelamatkan kewarasan otaknya, lama-lama ia merasa seperti diteror dengan keberadaan Mey yang tiba-tiba saja berada di depan matanya.             “Zavier sayaang, ayo ke bawah, aku mau kasih kamu ketemu sama keluarga besarku!”             Zavier menghela nafas, kemudian menekan tombol di bawah monitor agar suaranya dapat terdengar keluar, “Iya, lo duluan, nanti gue turun.”             “Okeeyy, jangan lama-lama yaa, calon istrimu nungguuu!”             Zavier melihat Mey tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah kamera, selepas kepergian perempuan itu, Zavier menghela nafas dalam-dalam dan teriak, “CALON ISTRI MATAMU HAH!? TUNANGAN AJA GUE OGAH GIMANA NIKAH!”             Beruntunglah, kamar lelaki itu agak kedap suara. Ia kemudian membuka tuxedo berwarna merah muda yang sama sekali tidak ingin ia pakai sampai akhirnya mata Zavier menangkap ponselnya yang menyala dan menampilan nama Gefari di layarnya. Tanpa basa-basi, Zavier segera mengangkatnya.             “Lo dimana anjir?! Ini tamu undangan udah pada lumutan setengah abad!”           Zavier berdecak, “lo tau sendiri gua nggak mau dan nggak pernah nerima perjodohan yang nyokap gue bikin.”             “Lah? Terus gimana anjir mau lo batalin? Mendadak?! Sinting lo, Zav! Ini bingkisan IPhone sama IPad, kunci mobil sama souvenir Gucci, Dior, mau lo kemanain?!” Seru Gefari sambil berbisik, kalau ada yang mendengar bisa bahaya.             “Ya nggak tau, lo sini dulu dah ke kamar gua, cepetan, nggak pake lama dan jangan sampai ketemu sama Mey!”             Zavier memutuskan sambungan telepon sepihak. Pemuda itu bingung setengah mati.             Baginya, pertunangan maupun pernikahan bukan hal yang main-main. Setidaknya, dalam prinsip Zavier sendiri, ia hanya mau melakukan itu sekali seumur hidup dan hanya dengan orang yang ia benar-benar cintai. Sedangkan Zavier tidak merasakannya beberapa tahun terakhir ini, ia sangat fokus dengan urusannya sebagai penerus perusahaan besar. Terakhir kali ia ingat jatuh cinta pada seseorang itu saat kelas lima SD, ada seorang perempuan dari kelas lain yang membagi bekal makanannya hanya karena ia melihat bahwa Zavier satu-satunya anak yang tidak membawa bekal satupun.  Padahal di saku pemuda itu ada bekal uang senilai 50.000 ribu rupiah.                 TEEETT....             Zavier buru-buru melangkah ke arah monitor lagi, tapi layar tersebut tidak hanya menampilkan Gefari, melainkan Ibunya turut berdiri sambil memandangi kamera fish eye kecil dengan mata yang menghakimi.             Zavier segera membuka pintu kamarnya.            “Zavier Chrysander! Kenapa masih dikamar? Itu Mey udah cantik kayak tuan putri di bawah nungguin kamu, kamu masih disini?!” Mami melotot, jurus andalannya.             Zavier memberi kode dengan menatap mata Gefari.             “Gini, tante, Zavier tadi ngehubungin aku minta ke kamarnya, dia tegang banget buat ngadepin hari sepenting ini, dia takut bikin keluarganya ataupun keluarganya Mei-Mei—eh maksudnya Mey, kecewa sama dia, tante.” Gefari tersenyum meyakinkan.             Zavier susah payah menelan ludahnya ketika tatapan menghakimi Mami malah semakin menjadi-jadi. Namun sesaat kemudian, kedua tangan wanita itu sudah mencubit kedua pipi Zavier, “Aduuuuh, anak mami udah besar aja! Mami bangga sama Zavier, uuuuu!!”             Zavier protes kesakitan dan mengusap pipinya ketika tangan Elizabeth sudah lepas.             “Oke! Mami bilangin buat tunggu sebentar lagi!” Mami kemudian menatap Gefari, “Gefari, bantuin Zavier ya supaya bisa lancar! Mami tunggu kalian berdua di bawah,b tapi jangan lama-lama ya?”             Gefari dan Zavier kompak mengangguk.             Setelah Mami meninggalkan keduanya, Zavier dengan cepat mengunci pintu kamar dan menoleh ke arah Gefari, “lo bilang kayak gitu gua jadi ngerasa bersalah, anjir!”             “Bilang apaan?”            “Kalo lo kesini karena gua takut ngecewain keluarga gua atau keluarga Si Mey.” Zavier menghela nafas kasar, “yang mau kita lakuin sekarang juga udah pasti bakal bikin mereka kecewa.”             Gefari melonggarkan dasi pita yang terikat di kerah kemejanya, “terus lo mau apa? Lo mau gua bilang kalo gua kesini buat bantuin lo batalin acara ini?”             Zavier diam tidak membalas. Namun Gefari dapat melihat kefrustasian di wajah sahabatnya. Jujur, Gefari juga bimbang sama rencana mereka berdua. Tapi pemuda tiang listrik itu tidak bisa menyaksikan Zavier tersiksa oleh keputusan yang bukan miliknya. Gefari tahu persis Zavier, begitu juga sebaliknya. Persahabatan yang mereka bangun selama lima tahun lebih telah membuat keduanya mengerti satu sama lain bahkan lebih dari orangtua mereka sendiri.             “Lo mau turun atau batalin acaranya?” tanya Gefari.             Zavier menoleh, “Kita nggak bisa batalin acara ini, lo kira nyokap gua bakal setuju kalau gua bilang gua nggak mau? Di hari H? Di beberapa menit lagi nyokap gua pasti dateng?”             “She doesn’t have to know.” Gefari mengangkat kedua bahunya.             Zavier ngeh apa maksud Gefari, “kabur?” Gefari mengangguk.             “Lo pikir gampang? Rumah gua ada CCTV nya b**o!”             Gefari tersenyum miring dan menjentikkan jarinya, “Itulah kenapa lo butuh gua. Dua hari lalu gua berhasil nge-hack CCTV rumah, pinjem laptop!”             “It’ll take a long time and we don’t have much, nyokap gua bisa aja tiba-tiba dateng!”             “I’m a pro just shut the f**k up! Kalo lo banyak omong mana gua bisa konsen!”             Zavier mendengus, “Lagian, kalopun lo hack, gua keluar lewat mana?”             “Emang nggak ada yang bisa bantuin lo keluar ya di rumah ini? Misalnya, pura-pura jadi lo?” tanya Gefari tanpa mengalihkan pandangan dari laptop Zavier, sedangkan pemuda Chrysander itu sedang berpikir, mencari jawaban untuk pertanyaan Gefari.             “Kayaknya nggak—eh, bentar dah! Gua baru inget anjir!” Zavier dengan gesit membuka lemari pakaiannya, ia mengambil satu set pakaian kemudian mengganti bajunya.             “Gef, liat gua!” tidak sampai satu menit, Zavier sudah memakai baju lain, bukan kemeja putih dan celana bahan berwarna merah muda yang akan ia gunakan untuk acara tunangannya, tetapi satu set pakaian janitor atau cleaning service.             “Gila lo sial, masih muat!?” Gefari melotot melihat Zavier mengenakan kostum Halloween di tahun ketiga SMP. Memang aneh, jujur Gefari juga nggak ngerti alasan Zavier memilik kostum itu untuk dipakai.             “Muatlah, ya, orang lo nggak tumbuh!”             “Kalo gua nggak butuh lo, mulut lo apes di tangan gua!” Zavier merotasi bola matanya.             Gefari terkekeh sambil menatap laptop, beberapa detik kemudian menghampiri Zavier dan menatapnya, “lo serius mau kabur?”             Zavier menatap ruang kamarnya.             “Dammit! Kalo lo ragu, gua juga jadi ragu.”             Zavier akhirnya menggeleng, “gua yakin, I wanna run away from this f*****g nonsense."             Gefari mengangguk.             “So, what’s the plan?”             “Oke.” Gefari mengangguk-angguk dari menarik nafas kemudian menatap Zavier dengan serius, “Dengerin gua baik-baik, Zav. Jadi gini rencananya....”          

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.8K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
286.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
198.3K
bc

Head Over Heels

read
16.4K
bc

DENTA

read
17.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
216.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook