Adam ke luar dari restoran tempatnya makan siang. Ia baru saja selesai makan siang bersama saudara kembarnya Dara, dan Arka, suami Dara. Juga seorang gadis bernama Hanna, dan ibunya.
Keluarganya, memang kerap memperkenalkan dengan anak-anak gadis teman mereka, agar Adam bisa membuka hati untuk segera menikah, setelah patah hati yang ia alami. Adam bukannya tidak berusaha membuka hati, tapi menepis Asifa dari dalam hati yang sulit ia lakukan.
Asifa sendiri sekarang sudah memiliki seorang putri. Dan, hidup bahagia bersama Aska. Kakak angkat yang akhirnya menjadi suaminya.
Aska, orang yang Adam percaya menjaga Asifa untuknya, sementara ia kuliah di luar negeri. Namun, takdir yang menuntun Aska akhirnya berjodoh dengan Asifa.
Awalnya Adam sangat marah pada Aska, yang dianggapnya sebagai penghianat. Namun, Adam berpikir ulang, setelah mendengarkan nasehat dari beberapa orang. Pernikahan Asifa, dan Aska adalah takdir. Aska sudah berusaha menjaga Asifa untuk Adam. Namun kuasa Allah yang akhirnya menyatukan Aska, dan Asifa dalam sebuah pernikahan.
Apalagi, Aska adalah keponakan dari Arka, tidak mungkin ia terus menyimpan amarah pada Aska.
Namun, yang sekarang jadi masalah, adalah tuntutan dari ibunya agar ia segera menikah.
Adam menjalankan mobilnya.
"Hey!"
Adam terjengkit kaget, seseorang tiba-tiba berteriak tepat di dekat telinganya.
Brakkk!!
Tak bisa terhindarkan, Adam menabrak mobil di depannya.
"Kamu siapa? Kenapa ada di dalam mobilku?" Adam menolehkan kepala.
Belum lagi orang itu sempat menjawab, ketika kaca mobil Adam digedor oleh seorang wanita.
"Tolong gue ya, Om. Please ...."
"Tolong apa? Kamu sudah membuat masalah."
"Suaminya Si Tante di luar itu, mengejar gue terus. Om harus bantu gue, pura-pura jadi calon suami gue."
"Kita tidak saling kenal."
"Please, Om. Please ... masa Om tega melihat gadis secantik gue digampar, dan dijambak tante-tante di tepi jalan. Tolong berperikegadisan sedikit dong, Om. Bayangkan kalau ibu Om yang berada di posisi gue. Ba ...."
"Iya ... iya ... iya."
Adam membuka pintu mobilnya.
"Kamu ya, kenapa menabrak mobil saya!"
Belum sempat Adam menjawab, saat gadis yang tadi mengejutkan Adam, ke luar dari pintu mobil Adam.
"Hey kamu!" Si Tante langsung mengangkat kedua tangan, siap menjambak rambut si gadis.
Si gadis langsung bergerak untuk berlindung di balik tubuh Adam.
Adam mengangkat kedua tangannya, mencegah Si Tante menyerang gadis di belakangnya.
"Tolong tahan emosi anda, Tante."
"Bagaimana aku bisa menahan emosi, dia ini pelakor!"
"Gue bukan pelakor ya! Suami Tante yang tidak tahu malu, mengejar gue terus!"
"Mana ada pelakor mengaku!"
"Maaf, Tante. Mungkin ada salah paham saja di sini. Tidak mungkin calon istri saya menjadi pelakor."
"Calon istri!?"
"Iya, dia calon istri saya, kami akan segera menikah."
"Adam!"
Adam, Si gadis dan Si Tante menoleh ke arah asal suara.
"Tante Fey!"
Adam sungguh terkejut melihat orang yang baru ke luar dari dalam mobil yang ia tabrak.
"Jadi kamu yang nabrak mobil Yola?"
"Maaf, Tante. Tidak sengaja."
"Kamu kenal, Fey?" Tanya Si Tante pemilik mobil yang bernama Yola.
"Iya, ini Adam Lazuardi, putra Adrian Lazuardi, cucu Malik Lazuardi. Kamu tahu keluarga Lazuardi, Yola? Crazy rich Kalimantan."
"Ooh ...."
"Gadis ini siapamu, Adam?"
"Gadis pelakor ini calon istrinya, katanya."
"Ooh, aku sudah katakan, Yola. Tidak mungkin gadis ini yang mengejar Kemal. Pasti Kemal yang mengejar gadis ini. Masa sudah punya calon suami seperti Adam, dia masih melirik Kemal!"
"Nah, benar itu, Tante. Lagipula, gue kaya dari lahir, Tante. Dari Nenek moyang gue sudah kaya. Gue nggak kekurangan materi ya. Jadi buat apa gue morotin harta cowok."
"Sekaya apa orang tuamu, coba sebutkan, aku ingin mendengar omong kosongmu!" Seru Yola yang belum surut emosinya pada si gadis yang sudah ia anggap ingin nemoroti hartanya.
"Sudahlah, Yola. Untuk apa diperpanjang sih," Fey berusaha menenangkan.
"Urusan mobilku bagaimana?" Yola menatap Adam. Suaranya yang keras pada si gadis tadi, berubah lembut saat bicara pada Adam.
Adam membuka pintu mobil, lalu mengambil sesuatu dari dalam dashboard mobilnya. Selembar kartu nama ia serahkan pada Yola.
"Mobil Tante bawa saja ke bengkel ini. Semua biaya saya yang tanggung."
"Oke, terima kasih. Saran Tante, sebelum terlambat lebih baik kamu ganti calon istri." Yola melirik sinis pada si gadis. Si gadis hanya diam saja.
"Tante pergi dulu ya, Adam. Senang kamu sudah punya calon istri. Kedua orang tuamu pasti senang sekali ya. Tante pergi dulu ya."
"Ya, Tante."
Yola, dan Fey masuk ke mobil mereka, Adam menarik nafas lega.
"Terima kasih ya, Om."
Adam menolehkan kepala.
"Urusan kita belum selesai dengan ucapan terima kasihmu."
"Maksud, Om?"
"Kamu harus mengganti perbaikan mobil Tante tadi, juga perbaikan mobilku."
"Itu sih gampang, Om. Orang tua gue kaya raya."
"Mana KTP kamu?"
"Buat apa?"
"Buat jaminan, dan biar aku tahu ke mana aku harus menagih hutangmu."
Gadis itu membuka tasnya, mengeluarkan dompet, dan menarik KTP dari dalam dompetnya. Lalu menyerahkan pada Adam.
Adam membaca perlahan.
"Adis Arinda Kamila, sembilan belas tahun ...."
BERSAMBUNG