Adis melanjutkan penjelasannya.
"Waktu Adis sembunyi, mobil tempat Adis sembunyi jalan. Adis berteriak, ingin minta diturunkan, yang nyetir kaget, jadilah menabrak mobil di depannya, yang ternyata mobil Tante Yola. Adis minta tolong sama Om yang punya mobil, untuk pura-pura jadi calon suami Adis. Dia bersedia."
"Si Om itu Adam Lazuardi?" Tanya Winda.
"Iya, Oma. Adis juga baru tahu."
"Terus, kenapa gosip bisa tersebar?" Tanya Dinda.
"Waktu itu, Tante Yola tidak sendiri. Ada temannya bernama Tante Fey. Tante Fey ini kenal baik dengan keluarga Lazuardi. Adis rasa, dari Tante Fey awal mula gosip ini beredar."
"Ya Tuhan. Apa yang harus kita lakukan, Daddy? Mommy bosan ya, ditelpon teman Mommy, yang menanyakan hal ini terus. Keluarga Lazuardi itu bukan keluarga sembarangan. Mereka memang bukan keluarga selebritis, tapi terkenal karena sering mengadakan event besar yang menjadi bahan pembicaraan."
"Daddy rasa, masalah ini harus dibuat clear dengan mempertemukan dua keluarga. Kita harus bicara dengan keluarga Lazuardi." Baru saja Dimas selesai bicara, saat ponsel Juna berbunyi.
"Sebentar, aku angkat telpon dulu, dari Ayah."
"Assalamualaikum, Ayah."
"Walaikum salam. Kamu ke rumah sakit ya sekarang. Bundamu masuk rumah sakit. Ajak Dinda, dan Adis."
"Bunda kenapa, Ayah?"
"Nanti setelah di rumah sakit, akan Ayah jelaskan."
"Baik Ayah."
"Ada apa Juna?" Tanya Winda.
"Bunda masuk rumah sakit, Mom. Ayah tidak mengatakan penyebabnya."
"Ya sudah, kita ke rumah sakit sekarang."
"Ya Daddy."
Mereka berlima bergegas pergi ke rumah sakit, untuk menjenguk Dara yang baru saja dibawa ke rumah sakit.
***
Sementara itu, Adam tiba di rumahnya. Ia langsung mencari Aminya. Devita tengah duduk di ruang tengah, dengan tatapan tertuju ke layar televisi.
Adam mengikuti arah pandangan Aminya. Mulutnya terbuka, menatap tayangan di televisi. Gambar bergerak itu memperlihatkan dirinya dengan Adis tepat saat mereka berdiri menghadapi para wartawan tadi.
"Ami ...." Adam duduk di samping Devita.
"Jadi cuma untuk menolong dia, begitu, Adam."
"Mi ...."
"Kalau hanya untuk menolong, harusnya selesai saat itu juga bukan? Kenapa berlanjut, Adam?"
"Mi, ini ...."
"Kamu tahu, sejak gosip ini beredar, setiap hari ada saja yang menelpon Ami menanyakan hal ini. Dari keluarga, dari teman, dari relasi bisnis. Ami bingung harus menjawab apa, Adam ...." Suara Devita yang tadinya tinggi jadi melemah. Wajahnya basah oleh air mata.
"Maafkan aku, Ami. Maafkan aku ...."
"Kamu tidak bisa menganggap ini sebagai hal sepele. Berita ini sudah tersebar luas, bahkan sudah masuk acara gosip di televisi!"
"Aku akan klarifikasi, Ami. Kalau aku, dan Adis hanya ...."
"Kamu ingin mencoreng nama keluarga?" Devita merentak berdiri.
"Ami ...." Adam menggapai lengan Devita, Devita menarik lengannya dari pegangan Adam.
"Apa yang sudah kamu ucapkan, kalau dia adalah calon istrimu, tidak bisa ditarik lagi Adam! Beritahu dia, kalau kami akan datang untuk melamarnya secara resmi!"
"Ami ...."
"Tidak ada negosiasi, Adam. Ami lelah!" Devita meninggalkan Adam di ruang tengah. Ia merasa tertekan karena masalah ini.
Tadi, ia sudah menelpon Adrian. Adrian menyerahkan keputusan pada istrinya. Adrian tidak ingin berdebat, karena tahu, beberapa malam ini, Devita tidak bisa tidur memikirkan tentang Adam.
Adam yang ditinggalkan di ruang tengah mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. Disandarkan punggung ke sandaran sofa.
"Ya Allah, kenapa jadi serumit ini? Beri jalan keluar untukku dalam menghadapi masalah ini, Ya Allah."
Adam mengambil ponselnya, ia ingin menelpon Adis. Mereka harus membicarakan masalah ini, karena tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah kecil. Ini sudah menyangkut masalah nama baik keluarganya.
"Haah! Ini semua karena kamu, Adis Arinda Kamila. Kenapa aku harus bertemu denganmu, mengikuti maumu, yang berujung terjebak dalam masalah pelik seperti ini. Arghh! Masa aku harus menikah dengan anak kecil seperti dia. Ami ... Ami tidak akan mau menjadikan dia menantu kalau Ami sudah bertemu dia." Adam bergumam sendirian, karena Adis belum juga menjawab panggilan telponnya.
"Hallo!"
"Assalamualaikum."
"Walaikum salam. Gue belum sempat transfer, bukan nggak ada uangnya ya. Tapi, gue sedang ada urusan keluarga."
"Aku menelponmu bukan ingin menagih hutangmu Adis Arinda Kamila. Kita harus bicara!"
"Bicara apa?"
"Tentang sandiwara calon istriku, yang kamu sutradarai, sekarang ini benar-benar sudah menjadi masalah besar."
"Gue tahu, gue juga baru disidang keluarga gue. Ini salah Tante Fey, dan Tante Yola. Pasti mereka biang yang menyebarkan gosip."
"Tidak ada gunanya mencari siapa yang bersalah. Kita harus bicara sekarang."
"Hhhh ... ya sudah. Lo temui gue di rumah sakit ...." Adis menyebut rumah sakit tempat Dara dirawat.
"Rumah sakit?"
"Nenek gue baru masuk rumah sakit. Kalau Lo mau bicara sekarang, susul gue ke sini, paham Om bujang tua!"
"Hey! Apa katamu?"
"Bye!"
Mata Adam melotot ke arah ponselnya. Hatinya kesal karena Adis menyebutnya Om bujang tua.
"Awas kamu, Adis Arinda Kamila!"
BERSAMBUNG