"Apa kamu jarang pergi kencan dengan kekasihmu itu?"
"Apa penting untuk pergi kencan?" Robert menjawab pertanyaan Dara dengan sebuah pertanyaan lagi.
Dara memperhatikan wajah tampan Robert, lelaki itu sangat tampan menurutnya, rahang tegas itu adalah salah satu hal yang Dara sukai dari wajah tampan Robert.
"Penting Rob... Wanita sangat menyukai kencan dengan kekasihnya, apa kamu mencintai kekasihmu itu?" Tanya Dara, sebenarnya, tanpa bertanyapun Dara tahu jawaban apa yang akan diberikan Robert kepadanya.
Robert terkekeh pelan. "Apa menurutmu aku mencintainya? Cinta itu hanya ilusi Dara, tidak ada yang namanya cinta sejati, cinta itu bagaikan permen karet, manis di awal dan rasa manis itu akan menjadi pudar jika kamu mengunyahnya terlalu lama."
Dara menghela nafas panjang. "Jadi menurutmu cinta itu tidak ada? Dan semuanya akan membosankan jika kalian terlalu lama bersama?"
"Ya," jawab Robert singkat.
"Permen karet ya?" Gumam Dara.
"Kamu tidak seharusnya terus mengejarku Dara, aku pria yang cepat bosan, bagaimana jika suatu hari nanti aku merasa jenuh padamu?"
Dara tersenyum lebar. "Aku akan membuatmu tidak akan pernah jenuh denganku"
Robert kembali terkekeh pelan mendengarkan perkataan Dara. "Bagaimana caramu membuatku tidak jenuh padamu?"
"Banyak cara Rob, aku adalah orang yang penuh kejutan, aku akan membuatmu tidak akan pernah jenuh padaku." Dara mengedipkan sebelah matanya.
Robert menatap Dara sekilas, ia tidak tahu apakah ia tidak akan pernah merasa jenuh kepada Dara. Selama ini baginya cinta itu hanya ilusi, kebersamaan dalam waktu yang panjang selalu membuatnya merasa jenuh dengan hubungan monoton itu. Ia sering heran di saat melihat pasangan menikah yang bisa bertahan hingga usia senja, baginya mereka bertahan hanya karena anak-anak yang mereka miliki, sama seperti kedua orang tuanya, hubungan mereka yang dingin membuat Robert semakin sadar bahwa kejenuhan itu pasti akan datang di antara dua orang yang sudah lama bersama.
Dara mengarahkan pandangannya keluar, pikirannya melayang entah kemana. Perkataan Robert sedikit membuatnya takut, bagaimana jika Robert mulai jenuh padanya? Bagaimana jika Robert tidak pernah merasakan cinta yang sama? Apakah ia benar-benar bisa membuat Robert tidak pernah merasakan jenuh padanya. Ia tidak tahu jawaban dari semua pertanyaannya itu, tetapi Dara yakin bahwa cinta itu akan berakhir dengan indah.
Cinta, satu kata itu adalah satu kata yang sangat sulit untuk diterjemahkan. Sangking sulitnya, tidak akan ada kata-kata yang mampu menjelaskan secara detail apakah artinya cinta itu. Robert maupun Dara tidak tahu bagaimanakah akhir kisah mereka, bagaimanakah mereka dapat bersatu dengan dua pandangan berbeda tentang cinta. Dara hanya mengikuti kata hatinya dan berusah untuk menaklukkan hati Robert, Dara akan mengajarkan lelaki itu caranya mencintai dan dara akan membiarkan Robert merasakan indahnya cinta.
***
Menit demi menit telah berlalu, mereka berdua sudah berada di dalam apartement mewah milik Dara. Dara mulai memasak makan malam untuknya dan Robert, Robert hanya duduk di meja makan dan sibuk memperhatikan Dara yang tengah asyik memasak. Wanita itu selalu membuatnya tersenyum dan heran, baginya Dara adalah makhluk dari planet lain, ia wanita yang gigih dan tidak mengenal kata menyerah untuk mendapatkannya, tetapi ia sangat tahu akhir dari kisahnya dengan Dara.
Jenuh, suatu saat rasa itu pasti hadir diantara mereka, karena baginya cinta itu adalah ilusi dan cinta itu semu. Ia pernah mencoba membuka hatinya untuk seorang wanita, tetapi tampaknya ia salah membuka hati untuk seorang wanita dingin bernama, Cora Dianthe.
Di saat ia mulai yakin dengan perasaannya pada wanita itu, hanya ada kata terlambat di antara mereka, di saat Robert ingin menyatakan cintanya kepada Cora, malah sebuah kenyataan pahit yang harus diterimanya, kenyataan pahit yang mengharuskannya untuk menyerah sebelum bertempur. Ia sangat menyukai sikap Dara yang bertolak belakang dengannya.
"Mari makan..." Dara membawa dua piring spagethi yang tampak begitu lezat dikedua tangannya.
Robert segera berdiri dan membantu Dara untuk membawa makan malam mereka, ia meletakkan kedua piring penuh dengan spagethi itu ke atas meja makan berbentuk bundar yang terletak tidak jauh dari dapur Dara.
"Maaf... aku cuma bisa nyediain spagethi,"
Robert tersenyum manis. "Ini udah lebih dari cukup, kamu mau ngajak aku nonton film apa?"
"Banyak film... Anabelle, my bloody valentine, saw satu sampe tujuh, dan kawan-kawannya." Dara tersenyum lebar sedangkan Robert menatapnya nanar, ia kira seorang Dara adalah wanita pencinta film drama Korea dan semacamnya, ternyata ia salah, Dara benar-benar adalah seorang wanita yang tidak mudah ditebak.
"Kamu suka nonton film genre horror dan thriller begitu ya?"
"Ya suka banget malah," jawab Dara dengan antusias.
Makan malam mereka diselingi dengan cerita tentang kegiatan mereka di saat weekend, sesekali canda tawa turut menghiasi perbincangan mereka. Robert merasakan rasa hangat menjalar ke penjuru hatinya, entah sudah berapa lama ia tidak menyantap makan malam dalam suasana hangat seperti saat ini.
***
Ini adalah film horror ketiga yang ia saksikan bersama dengan Robert. Dara meninggalkan lelaki itu di ruang keluarganya untuk mengambilkan minuman untuk mereka berdua.
Dara mengeluarkan sebotol pil dari saku celana pendeknya, ia menatap sebotol pil itu dengan ragu. Dalam hati, ia merutuk kebodohan dan kegilaan dirinya karena ingin berbuat sesuatu yang gila seperti saat ini. Ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan lelaki yang membuat jantungnya berdebar dengan tidak menentu itu.
Dengan ragu ia mengeluarkan sebutir pil dari dalam botol kecil itu, ia mencampurkan pil tersebut ke dalam minuman milik Robert. Salahkah jika ia gila karena cinta?nyatanya cinta selalu berhasil merusak akal sehat seseorang bukan?
Setelah mempersiapkan minuman itu, Dara memberikan minuman tersebut kepada Robert. Lelaki itu yang tengah asyik menikmati film di hadapannya tidak menyadari pandangan penuh arti Dara yang ditujukan padanya.
Robert mulai menyesap secangkir teh hangat yang diberikan Dara padanya, Dara mulai menghitung di dalam hatinya, menghitung sampai dengan sepuluh setelah lelaki itu menyesap teh hangat yang ia berikan, disaat hitungannya sampai pada angka sepuluh, lelaki disampingnya mulai terlihat kepanasan dan tidak nyaman.
"Kamu kenapa Rob?" Dara menyentuh pundak Robert.