Ana naik ke motor rekal, dengan memegang bahu nya rekal, sebenarnya rekal sedikit meringis namun yang lain tak mendengar, memar di bahu nya yang di tendang keras oleh denan baru ia rasakan. Lalu ia melajukan motor nya mengarah kerumah ana, dan di ikuti riki dan bimo. Setelah sampai, mereka memarkirkan motornya di garasi halaman milik ana.
"Eh ko lu tau rumah ana kal" ucap riki
"b**o nya kebangetan nih gini" ucap bimo
"Lah malah di katain gue" ucap riki
"Ya jelas tau, kan rekal pernah anterin gue" ucap ana
"Ayuk masuk" ucap ana, lalu mereka masuk kedalam ana. Riki dan bimo cukup terkagum melihat elegant milik ana
"Eh na, lu sendiri?" Ucap riki
"Berdua ama nyokap, eh ama bibi juga si" ucap ana
"Bokap lu?" Ucap bimo
"Udeh lama meninggal" ucap ana dengan nada sedih dan tatapan mata yang sendu.
"Maaf na" ucap bimo
"Iya santai aja" ucap ana
"Eh duduk dulu, gue mau ambilin p3k" ucap ana, ketika sudah sampai di ruang tamu. Rekal yang cuek tidak menggubris seperti apa rumah ana, ia langsung duduk di sofa yang tersedia di ruang tamu ana.
"Nih obatin semua" ucap ana lalu meletakkan obat p3k di meja. Lalu riki dan bimo mengambil obat merah dan kapas untuk mengobati luka nya, sedangkan rekal hanya diam dengan memainkan hape nya walau hanya keluar masuk sosmed nya.
"Obatin dulu" ucap ana, lalu merebut handphone dari tangan nya. Rekal yang melihat hanya mendengus kesal, lalu menatap ana dengan malas, dan tajam. Pasalnya baru ana yang berani songong kepada rekal. Riki dan bimo yang melihat pun di tatap rekal, mereka bergedik ngeri lalu mengalihkan pandangan nya dan mengoleskan kembali obat merah di bagian muka nya.
"Balikin hape gue" ucap rekal
"Gak!" Ucap ana, rekal menatap tajam namun tak di gubris oleh ana. Lalu ana sibuk mempersiapkan obat merah yang ia tetesi di kapas, dan mengoleskan perlahan ke sudut bibir rekal yang terluka
"Gue bisa sendiri" ucap rekal, berusaha untuk merebut kapas dari tangan ana, namun ana mengelak. Sedangkan riki dan bimo hanya mendengus malas, mereka seolah menyaksikan drama percintaan.
"Gue aja!" Ucap ana
"Udeh kal nurut aja si" ucap riki
"Tau nih, di obatin si gak mau. Aneh" ucap bimo, lalu rekal menatap tajam kembali ke arah mereka berdua, sedangkan riki dan bimo cengengesan ke arah rekal.
"Bdw, tadi kalian lawan denan ketua gengs Grats?" Ucap ana yang masih dengan telaten mengolesi luka rekal, namun tanpa sadar rekal, riki dan bimo menatap bengong ke arah ana seolah bertanya kenapa ana mengenalnya.
"Lu kenal denan?" Ucap bimo
"Kenal" ucap ana
"Gue pernah satu sekolah, dan dia mantan gue" lanjut ana.
"Hah? Mantan lu?" Ucap riki, ana lalu mengangguk. Sedangkan rekal menatap lekat ke arah ana. Ana yang merasa di lihati lekat, menatap kembali ke arah rekal. Dua mata yang saling menatap, membuat mereka diam beberapa detik, sebelum rekalnsadar dan memutuskan kontak mata.
"Mau aja lu ama pengecut kek gitu" lanjut riki
"Gue juga nyesel" ucap ana
"Lu kenapa putus?" Ucap bimo
"Dia selingkuh" ucap ana, rekal melihat ada luka yang masih tersirat di mata ana.
"Nyokap lu mana" ucap rekal
"Biasa nya jam segini lagi ngcek butik nya" ucap ana. Tak terasa Jam sudah menunjukkan jam 15.00 sore. Sudah cukup lama mereka bertiga di dalam rumah ana, mengobrol hingga lupa waktu.
"Balik" ucap rekal, sambil melirik jam.
"Oh iya balik yuk, udeh sore ini" ucap riki
"Iya anjir gak kerasa" ucap bimo
"Yaudah gue anter ke depan ayuk" ucap ana, lalu mereka berjalan keluar. Rekal, riko dan bimo sudah di atas motor dan memanasi motor untuk siap pulang.
"Kita balik dulu ya" ucap riki
"Iya hati-hati kalian, jangan ribut lagi kalian" ucap ana, lalu riki dan bimo mengangguk.
"Siap bos" ucap riki dan bimo secara barengan, sedangkan rekal hanya memutar bola mata nya dengan malas, lalu ia melajukan motornya dengan sangat kencang, riki dan bimo saling menatap satu sama lain lalu tersenyum
"Emang lu beda kal, semakin lu jauh semakin gue ter tantang" ucap ana ketika memandang motor rekal yang sudah sedikit menjauh. Tak lama rekal dkk pergi, ibu ana telah sampai dan memarkirkan mobil nya di garasi. Ia menuruni mobil, dan menghampiri anak nya yang berada di depan gerbang sambil mengarah ke jalanan.
"Ada siapa na?" Ucap ibu nya
"Tadi ada temen ana mah main" ucap ana
"Sayang banget mamah tadi belum balik" ucap ibu nya
"Yaudah yuk masuk mah" ucap ana, lalu menggandeng ibu nya dengan sangat manja. Sedangkan ibu nya tersenyum lembut, dan mengelus pucuk rambut anak nya dengan pelan.
"Jumat kita ke makam ayah ya na" ucap ibu nya
"Iya mah, ana juga pulang cepet kaya nya" ucap ana
"Nyonya, non makanan sudah siap" ucap bibi
"Kamu tadi gak ngajak makan temen kamu?" Ucap ibu nya
"Ngajak ko mah, kita masak mie" ucap ana
"Yaudah ayuk kita makan dulu" ucap ibu nya, ana lalu mengangguk dan mendempet ibu nya saja. Ya ana memang lah manja jika sudah bertemu ibu nya.
"Bi sini gabung" ucap ana
"Eh gak usah non, bibi makan di dapur aja" ucap bibi
"Ih bibi sini, atau anak mogok makan" ucap ana dengan nada cemberut, dan bibir yang di cemberutin. Sedangkan bibi menengok ke arah majikan nya, untuk menunggu persetujuan.
"Sudah bi ikutin aja anak manis ini" ucap ibu nya, lalu bibi nya mengangguk dan menggeser kursi makan.
"Nah gitu dong, lain kali bibi harus makan di meja bareng kita" ucap ana
"Iya non" ucap bibi, lalu mereka melanjutkan aktifitas mereka dengan makan bersama.
"Mah, aku belum nemu" ucap ana, ibu nya yang mendengar nya langsung menghentikkan aktifitas nya.
"Sudah lah na, jangan di paksa" ucap ibu nya
"Tapi ini amanah ayah mah sebelum dia pergi" ucap ana, ibu nya menatap pasrah, ana emang anak yang baik yang selalu mau meneoati janji atau amanah yang di titipkan oleh nya.
"Berdoa, semoga allah mempertemukan" ucap ibu nya
"Mamah juga kangen, dan mau meminta maaf" lanjut nya, ibu nya menangis dalam diam. Air mata yang keluar dari sudut mata ibu nya, membuat ana langsung berdiri dan memeluk ibu nya dengan erat.
"Maaf" ucap ana, ia sangat merasa bersalah sudah mengungkit kejadian yang membuat ibu nya selalu merasa bersalah.
"Mamah salah na, tidak seharus nya mamah seperti itu waktu dulu" ucap ibu nya, Ana kembali memeluk erat dan semakin erat ketika tangisan ibu nya semakin dalam.
"Ana pasti nemuin dia mah, dan dia pasti memaafkan segala nya" ucap ana.
.
.
.
Sedangkan di sisi lain rekal sudah sampai di rumah nya, tebtu saja di ikuti oleh dua teman nya. Ya mereka akan nginep di rumah rekal nanti nya, di banding harus balik kerumah dengan ke adaan tidak ganteng seperti itu. Mereka memarkirkan motornya di garasi milik rekal.
"Om boby mana kal?" Ucap riki, ya mereka sudah sering kerumah rekal bahkan mereka akrab dengan ayah rekal
"Ntar juga balik" ucap rekal
"Keatas apa di sini" lanjut rekal.
"Di sini aja dulu, kali ada cemilan ciki-ciki gitu" ucap riki yang mengkode keras kepada rekal, sedangkan rekal ke arah dapur tanpa membalas perkataan riki.
"Yah gue di cuekin" ucap riki
"Mampus" ucap bimo yang melihat muka melas yang ada pada riki, mereka berdua lalu duduk, tak lama kemudian rekal membawa banyak ciki dan minuman kaleng intuk dua teman nya. Ya rekal memang selalu menyetok makanan ringan.
"Ahh sayang banget deh ama rekal" ucap riki
"Gue gak!" Ucap rekal, Raut wajah riki berubah menjadi cemberut yang membuat bimo tertawa terbahak-bahak.
"Yaallah kesian banget dah lu ki" ucap bimo
"Jahat banget lu k*****t" ucap riki, lalu melempar kuaci ke arah rekal.
"Assalamuallaikum" ucap ayah rekal dari arah pintu, ia langsung masuk ketika mendengar ketawa nya bimo yang tak di kontrol
"Wah anak-anak ayah pada ngumpul" ucap ayah.
"Wah om udeh balik?" Ucap bimo
"Udeh dong" ucao ayah
"Bawa apa tuh om" ucap riki yang melihat ayah rekal membawa bigbox pizza lalu menaikkan kedua alisnya.
"Bawa pizza nih, kalian mau gak?" Ucap ayah
"Gak usah yah" ucap rekal
"Ih apaan si lu kal, orang gue mau juga" ucap riki
"Iya gue juga mau" ucap bimo, sedangkan rekal hanya memutar bola mata nya dengan malas, sedangkan ayah rekal hanya tertawa kecil. Untung saja anak nya ini punya teman, ia bahkan mengira anak nya tidak akan punya teman.
"Yaudah nih buat kalian, om mau ke atas dulu" ucap ayah rekal. Lalu meletakkan box pizza dan pamit ke atas.
"Awas lu minta" ucap riki, lalu memgambil sepotong pizza dan menghirup aroma nya, dan seakan meledek rekal. Sedangkan rekal hanya menatap datar.
"Wah enak banget ini ki" ucap bimo, sambil memakan pizza nya
"Iya bim, ah nyesel si gak nyobain" ucap riki, sedangkan kali ini rekal menatap kesal lalu ia ingin mengambil sepotong pizza, ia tak tahan di ledek oleh dua curut itu.
"Eh gak boleh" ucap riki sambil menahan tangan rekal yang ingin membuka box pizza nya, rekal kesal! Ia mengambil pizza dari tangan riki, lalu melahap nya. Riki yang melihat bengong tak berkedip.
"Rekal pizza gue" ucap riki seolah merengek seperti gadis.
"Bodo" ucap rekal
"Bangcat lu" ucap riki, lalu melempar bantal yang ada di sofa ke arah rekal.
"Hey hey kalian ini kenapa si?" Ucap ayah rekal yang lagi menuruni tangga mendengar keributan
"Pizza riki di ambil ama tuh curut" ucap riki mengadu, lalu menunjuk ke arah rekal.
"Kalo abis beli lagi" ucap ayah rekal. Ya boby sangat senang jika banyak teman rekal kerumah, jadi kerumah seakan hidup dan ramai.
"Om kita nginep di sini ya" ucap bimo
"Telpon dulu orang tua kalian" ucap ayah rekal
"Siap captain" ucap riki dan bimo secara barengan.
"Kal gue minjem baju lu ya" ucap bimo
"Iya gue juga" ucap riki
"Enggak!" Ucap rekal
"Ah rekal gitu deh" ucap riki, lalu duduk di samping rekal dan mulai menggoda rekal. Karena riki tau rekal pasti akan mengiyakan jika ia sudah bertindak menjijikan.
"Jauh-jauh lu k*****t" ucap rekal, namun riki semakin mendekat dan memonyongkan bibir nya seolah ingin mencium rekal
"Iya iya gue pinjemin" ucap reka
"Nah gitu dong" ucap riki, lalu kembali duduk di bawah untuk memakan pizza yang tersisa. Bimo dan riki tersenyum kemenangan, sedangkan rekal mendengus kesal karena harus terpaksa mengiyakan.