Bab 1 Emy

1203 Words
Sudah dua minggu Emy datang ke ibu kota. Sementara belum mendapatkan pekerjaan Emy numpang tinggal di apartemen sepupunya. Ternyata mencari pekerjaan di kota juga tidak semudah yang dia bayangkan. Sudah beberapa kali Emy mengirim lamaran pekerjaan, bahkan sudah ada yang sempat interview tapi belum juga ada yang berhasil. "Apa interview-mu yang kemarin juga belum ada kabar?" tanya sepupunya dan Emy hanya tersenyum lesu sembari menjatuhkan kepalanya kembali ke atas meja di depan layar laptopnya yang masih menyala. Pengalaman kerjanya sebagai bendahara selama tiga tahun kemarin sepertinya juga tidak terlalu berguna untuk bisa mendapatkan pekerjaan di kota. "Sebenarnya aku ada satu lagi info lowongan pekerjaan, tapi aku khawatir kau tidak akan mau. " Anna terlihat ragu-ragu ketika menatap sepupunya. "Gajinya lumayan, " tambahnya sembari menunggu reaksi Emy. "Pekerjaan apa? " "Bosku memerlukan pengasuh untuk anaknya. " "Pengasuh! " heran Emy. "Ya, kupikir kau tidak akan mau jadi pengasuh. " Emy terlihat berpikir sebentar sebelum kemudian bicara, " Berapa gajinya? " "Lima belas juta untuk bulan pertama. " "Lima belas juta untuk seorang pengasuh? " Emy makin heran, "kau yakin aku tidak disuruh mengasuh anak singa? " "Itu juga yang membuatku curiga," jeda Anna yang kembali ragu. "Kudengar putranya mengalami kecelakaan tahun lalu." "Maksudmu pengurus untuk anak cacat? " tanya Emy dan Anna mengangguk. "Sepertinya dia mengalami cedera serius dan jadi kurang stabil." "Lima belas juta untuk mengurus anak cacat dan pemarah," Emy berpikir sebentar sambil mengetuk-ngetuk dagunya. "Sepertinya tidak masalah." Emy merasa dirinya bisa jika hanya untuk mengatasi anak-anak, tapi Anna kelihatanya masih ragu. Karena lima belas juta untuk seorang pengasuh memang agak mencurigakan. "Yang kudengar sudah beberapa kali pengurus yang sebelumnya resign gara-gara tidak tahan. " "Selama dia tidak menggigit dan menularkan rabies sepertinya tidak masalah. " Emy masih cukup percaya diri. " Beri aku alamatnya! " Tapi Anna masih saja tetap ragu.... "Oh, ayolah aku bosan menjadi pengangguran aku butuh pekerjaan dan tidak mau terus-terusan nebeng di tempat tinggalmu." "Bukankah kau juga masih ingin mencari ibumu?" tanya Anna tiba-tiba. "Entahlah, bahkan aku tidak yakin apa dia masih hidup," sesal Emy tiap kali teringat tujuan awalnya datang ke ibu kota. Memang itu adalah salah satu tujuan Emy pergi meninggalkan kampung halamannya. Setelah ayahnya meningal tiga bulan lalu, Emy yang merasa sudah tidak punya siapa-siapa lagi memutuskan keluar dari pekerjaannya dan merantau ke ibu kota sekaligus untuk mencari ibunya. Ibu Emy pergi dari rumah sejak Emy masih anak-anak, mungkin ibunya pergi karena tidak tahan dengan ayahnya yang pengangguran dan pemabuk. Tapi dulu Emy masih belum sepenuhnya paham dan sempat membenci kepergian ibunya. "Baiklah, akan kusampaikan dulu pada bosku jika kau berminat dengan pekerjaan ini. " Anna langsung sibuk mencari nomor kontak di HP-nya, baru kemudian terlihat sedang bicara dengan seseorang yang Emy duga sebagai bosnya. "Kau bisa langsung datang untuk interview di kantorku, besok kita bisa berangkat bersama." Anna bekerja sebagai staf keuangan di sebuah perusahaan expedisi, dia memang beruntung karena begitu lulus kuliah dia langsung mendapatkan pekerjaan yang memberinya gaji besar. Tak mengherankan jika sekarang Anna menjadi wanita yang sangat modis dan berkelas. Hari ini Emy akan ikut Anna untuk pekerjaan yang dia tawarkan kemarin. "Menurutmu apa perlu aku berpakaian seperti ini hanya untuk menjadi seorang pengasuh? " Emy kembali berputar agar Anna mengoreksi penampilannya. "Aku kurang tahu, tapi sebaiknya kau tetap pakai itu karena aku tidak mau membawamu yang hanya mengenakan T-shirt dan celana belel." "Kau bisa nyetir, kan? " tanya Anna sebelum melempar kunci mobilnya kepada Emy. "Apa kau lupa jika dulu aku bekerja dengan para supir truk?"____"Jangankan mobil seperti ini, mobil kontainer pun aku bisa. " "Kau yang menyetir karena aku harus menyelesaikan beberapa E-mail yang harus segera kukirim. " Sambil sibuk menyelesaikan pekerjaannya Anna beberapa kali memberi instruksi pada Emy untuk memilih jalan menuju ke kantornya, karena Emy juga belum tahu di mana Anna bekerja selama ini. "Jadi kau bekerja di gedung seperti ini? " heran Emy yang segera menyusul Anna untuk berjalan lebih cepat menuju lobby. "Tidak ada yang hebat semuanya sama saja, di sini aku tetap karyawan bukan Bos," kata Anna masih sambil terus berjalan dengan langkah cepat. "Kau tetap membuatku iri." "Kau boleh iri jika ada Bos kaya yang mau menikahiku, " canda Anna memaksa Emy ikut tertawa. "Apa kau mau jika ada Bos berperut buncit dan tua yang melamarmu? " "Asal jangan banyak anaknya, " timpal Anna dan mereka kembali tertawa di dam lift yang kebetulan isinya hanya mereka berdua. Waktu masih di kampung Anna juga sudah sangat populer di kalangan pria. Banyak yang tergila-gila dan hendak melamarnya, tapi sayangnya dia memang tidak pernah mau menanggapi karena selera Anna terlampau tinggi dalam urusan laki-laki. Anna tiga tahun lebih tua dari Emy tapi sampai sekarang dia masih saja betah melajang. "Langsung temui bosku di ruangannya karena sepertinya dia sudah datang. " Anna menunjuk sebuah pintu besar lengkap dengan seorang resepsionis cantik yang siap sedia di depan ruangannya. Emy langsung berjalan menghampiri resepsionis tersebut dan menyampaikan janjinya. Wanita cantik itu langsung tersenyum dan mempersilahkannya masuk. Emy bersyukur sudah mengikuti nasehat Anna untuk memakai pakaian yang layak. Karena kalau tidak pasti dia akan terlihat sangat canggung di tempat seperti ini. Emy langsung masuk karena pintu di depannya otomatis terbuka dan resepsionis itu kembali tersenyum mempersilahkan. "Kau sepupu Anna? " tanya Mr. Hardy, terdengar cukup ramah ketika menyapanya lebih dulu. Emy sebenarnya masih tidak menyangka jika bos Anna adalah seorang pria yang terlihat masih sangat bugar dan tampan meskipun sudah berumur, penampilannya juga modis untuk ukuran usianya. Tipe pria yang memiliki karisma kuat untuk menjadi seorang pemimpin yang dominan, tapi tetap humble dan elegan. Mr. Hardy mempersilahkan Emy untuk duduk, dan mengoreksi gadis itu sejenak baru kemudian tersenyum. "Benarkah kau tidak keberatan untuk menjadi seorang pengasuh? " "Jujur saya belum pernah bekerja sebagai seorang pengasuh tapi saya janji akan cepat belajar. " "Putraku tidak memerlukan pengurus profesional, karena kami sudah beberapa kali mengambil dari agen ternama tapi tetap saja gagal. " "Saya tidak keberatan untuk belajar. " "Apa kau bersedia untuk tinggal selama dua puluh empat jam? karena putraku akan selalu memerlukan bantuan. " Emy sempat diam sebentar, dia pikir dirinya juga tidak punya tempat tinggal dan tidak mungkin numpang terus di tempat sepupunya "Sepertinya tidak masalah," jawab gadis itu. "Baiklah, tapi sebelumnya aku perlu memberitahumu." Mr. Hardy kembali memperhatikan Emy dengan lebih seksama tapi sepertinya dia tidak hanya sekedar menyukai semangat wanita muda itu. "Putraku mengalami kecelakaan satu tahun lalu, karena itu dia kehilangan penglihatannya dan jadi sedikit tempramen." Pria itu menunggu sebentar agar Emy bisa mencerna ceritanya sebelum kembali bicara, "Kami perlu orang yang bisa bertahan menghadapi egonya. " Emy hanya mengangguk. "Dan tidak hanya itu, aku ingin kau juga berpura-pura menjadi bisu. " "Bisu? " heran Emy. "Ya, aku berharap putraku bisa sedikit bersimpati padamu agar semua ini bisa berhasil." "Ingat kami sudah pernah mencoba berbagai cara untuk mendekatinya tapi hasilnya selalu gagal. " "Aku akan menaikkan gajimu dua kali lipat jika kau bisa bertahan setelah bulan pertama." Kedengarannya agak aneh, karena tiga puluh juta pastinya bukan jumlah yang main-main untuk seorang pengasuh. Tidak masalah bagi Emy meskipun dirinya sudah susah payah menghabiskan waktu empat tahun di bangku kuliah dan hanya berakhir sebagai seorang pengasuh, asal dengan gaji tiga puluh juta. "Baiklah aku setuju!" tegas Emy. Bayi gajah pun akan dia urus demi tiga puluh juta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD