Happy Reading.
"Sudut bibirmu sobek. Aku rasa dia memukul mu penuh kebencian."
Arabella berucap pelan sambil menaruh kembali kotak obat ke dalam laci. Setelah itu dia kembali menghampiri Lukas yang duduk di atas tanjang kecilnya.
"Hanya luka kecil. Percayalah aku tidak akan mati." bukannya menyesali apa yang baru saja terjadi padanya, Lukas malahan sumringah seolah-olah mendapatkan keuntungan dari lukanya itu.
Mata Arabella menyipit, mengawasi wajah Lukas yang masih belum menanggalkan senyumnya. Kemudian bibirnya menipis menyadari kearoganan di kalimat Lukas yang terasa mengganggu. Dia lalu duduk di atas ranjang begitu dekat dan hampir berhadapan dengan Lukas.
"Kau tidurlah. Sudah hampir pukul dua pagi." Arabella tidak sengaja melirik ke arah arloji Lukas, terkejut ketika mengetahui bahwa malam semakin larut.
Lukas mengangkat alisnya, senyum licik seketika mengulas di bibirnya.
"Jadi, malam ini kita akan tidur seranjang?" bisiknya pelan, sengaja ingin melihat reaksi Arabella.
"Apa maksudmu. Kita... tentu saja tidak di tempat yang berbeda." Arabella menyerukan penolakan tegas, pun dengan matanya yang membelalak kaget.
"Memangnya kau punya kamar lain. Bahkan ranjang mu pun hanya satu. Dan itu juga sangat keras dan sempit." Lukas memojokkan Arabella dengan menyatakan kebenaran, bertekad untuk mengalahkan perempuan itu.
Ekspresi Arabella berubah bingung ketika dia menyadari kebenaran dalam kata-kata Lukas. Lelaki itu berucap seolah-olah mengetahui seluruh keadaan ruman ini. Sayangnya apa yang dikatakan oleh Lukas tidak bisa dipungkirinya. Membuat Arabella kehilangan suara karena tidak tahu harus berkata apa.
Lukas memperhatikan Arabella yang terdiam sambil melamun. Perempuan itu cukup lama bergejolak dengan pikirannya sendiri hingga membuat Lukas sedikit kesal. Lukas menyentuhkan jemarinya ke serumpun untaian rambut Arabella yang lembut nan panjang, menggulungnya di jari untuk menarik perhatian Arabella.
Dan dia berhasil, Arabella langsung mendongak ke arahnya, menatap lelaki itu.
"Aku tidak akan macam-macam. Kita hanya tidur." seolah mengerti akan kecemasan Arabella, Lukas melanjutkan kalimatnya dengan nada serius, "Ayo, aku sudah sangat mengantuk."
Nada suara Lukas memang terdengar biasa tetapi mampu membuat desiran di tubuh Arabella. Wajahnya yang begitu dekat dengan wajah Lukas, membuat Arabella dapat melihat jelas keseluruhan ekspresi lelaki itu. Sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungan mereka, lalu tiba-tiba terjebak di dalam sebuah kamar, dengan cahaya temaram, hanya bermandikan sinar bulan. Suasana itu cukup membuat pertahanan Arabella goyah, sehingga ketika tangannya bergerak untuk membelai pipi Lukas, dia tampak seperti kehilangan orientasinya.
"Apakah... kau pernah bercinta?"
Bak disambar petir di siang bolong Lukas merasakan dejavu yang sangat di hatinya, ketika mendengar kalimat Arabella yang sama sekali tidak pernah di duga-duga itu. Lukas membentuk senyum ironi lalu jemarinya digerakkan untuk mengambil dagu Arabella, mengangkatnya kemudian. Malam ini sepertinya dia harus berkata jujur supaya perempuan itu tidak lagi menaruh keraguan padanya.
"Aku seorang lelaki normal. Dan aku juga bukan berasal dari negara yang sama denganmu. Aku pernah tidur dengan satu wanita saja. Tapi aku melakukannya bukan karena cinta. Hanya untukmu memenuhi kebutuhan hasrat ku, tidak ada perasaan sama sekali." ucap Lukas sungguh-sungguh, berusaha keras meyakinkan Arabella.
Arabella terlihat memindai ekspresi Lukas, membaca secara detail manakala dapat menemukan secuil kebohongan disana. Tangannya yang masih berada di wajah Lukas kemudian bergerak, mengusap lembut.
"Aku percaya padamu. Terimakasih sudah mau mengatakan kebenarannya." senyum lebar Arabella seketika mengurai ketegangan di antara mereka.
Lukas tak bisa menahan diri untuk ikut menarik kedua sudut bibirnya, membalas senyum Arabella tak kalah lebar.
"Kau menakuti ku. Aku pikir kau akan marah dan melempar ku keluar." Lukas akhirnya bisa bernapas lega, menatap Arabella dengan senyum sumringah.
"Itu sangat tidak mungkin. Kau begitu besar, mana bisa aku mengangkat mu dengan tubuh kecil ku ini." sahut Arabella.
Lukas melepaskan tangannya dari dagu Arabella kemudian menyentuh bahu perempuan itu Dan meremasnya pelan.
"Dasar gadis nakal. Beraninya kau mengatai ku. Memangnya aku ini monster." Lukas memasang wajah pura-pura serius, berniat untuk menakuti Arabella.
"Kau memang monster. Matamu, ekspresi mu, bahkan suaramu terkadang membuatku hampir mati ketakutan. Kau menyeramkan jika sedang marah dan cemburu." Nada Arabella terkesan meledek, kali ini dia tidak lagi memiliki rasa sungkan.
"Aku melakukan itu karena aku sangat mencintaimu wanita bodoh." tangan Lukas bergerak cepat menangkup kedua pipi Arabella, lalu mencium bibirnya dengan gemas.
"Lepaskan aku. Dasar m***m. Kau maniak." Arabella menarik tubuhnya mundur, hendak menjauhkan wajahnya dari lukas. Namun sayangnya, tanpa disadari hal itu malah membuat tubuhnya berbaring di ranjang, dengan posisi tubuh Lukas setengah menindihnya.
Sejenak keheningan yang tidak mengenakkan melanda kamar itu. Napas Arabella Yang terengah beradu dengan napas Lukas. Jantung Arabella berdetak sepersekian detik sementara wajahnya berubah tegang. Perasannya campur aduk, antara gelisah, syok, namun juga takut. Keduanya saling bertatapan, mengadukan pandangan yang sama-sama menyiratkan keinginan serupa.
"Ara." Lukas akhirnya bersuara meskipun terdengar serak.
Sejenak Arabella ragu tak urung menjawab. Tetapi di detik selanjutnya dia berhasil menguasai diri lalu tersenyum lemah.
"Kau... ingin mengatakan sesuatu?"
Suara lembut Arabella membuat darah Lukas langsung mengelak oleh keinginan kuat untuk mendominasi perempuan itu. Napasnya semakin berat, ekspresinya menggelap ketika menggeser dari wajah Arabella dan menggunakannya untuk mengusap leher Arabella.
"Kau sangat cantik. Dan membuatku tergila-gila." Lukas berucap lambat-lambat, lalu menundukkan kepala sebelum kemudian melabuhkan bibirnya ke telinga Arabella. "Jika kita sudah dewasa nanti, maukah kau menikah denganku? Di dunia ini hanya kau yang pantas jadi istriku dan juga ibu dari anak-anakku."
Mendengar itu Arabella langsung tertawa keras. Awalnya dia sudah hampir terbawa oleh suasana intim mereka. Akan tetapi kata-kata konyol Lukas seketika merusak segalanya.
"Jangan memikirkan pernikahan. Kita masih sangat muda. Aku bahkan belum berhasil menggapai mimpiku." Arabella menepuk punggung Lukas pelan, memperlakukan lelaki itu seperti anak kecil.
Lukas yang tengah menenggelamkan wajah di sisi leher Arabella langsung menghela napas panjang.
"Memangnya apa cita-citamu?" tanyanya ingin tahu.
Arabella tampak berpikir sejenak sebelum kemudian menjawab.
"Aku ingin melanjutkan pendidikan di luar negeri dan menjadi seorang designer terkenal."
"Kalau begitu kau hanya perlu menikah denganku. Aku akan membantumu dalam mewujudkan mimpimu." ucap Lukas sambil mengecup pundak Arabella.
"Tidak semudah itu. Aku ingin sukses tanpa bantuan mu. Supaya setiap orang yang selalu merendahkan ku tidak memiliki alasan lagi untuk terus merendahkan ku. Kau berasal dari keluarga yang sangat kaya. Setidaknya untuk bersanding denganmu, aku harus bisa memantaskan diri." Arabella memberi penjelasan secara detail, berusaha membuat Lukas mengerti.
Lukas mengangkat kepalanya, lalu menatap Arabella. Jemarinya kembali bergerak meraih dagu Arabella, memakukan matanya di mata perempuan itu.
"Persetan dengan semua itu. Aku sungguh tidak peduli. Yang ku tahu, aku sangat mencintaimu dan akan menikahi mu di masa depan. Siapapun tidak berhak memisahkan kau dan aku, bahkan status kita sekalipun. Jika kau ingin melarikan diri dariku, pastikan aku mati terlebih dahulu. Karena selama aku masih hidup, kau tidak akan ku biarkan pergi dariku." Lukas berucap dengan nada arrogan sepenuhnya, memastikan bahwa Arabella memahami setiap kata yang keluar dari mulutnya. Rasa posesif terhadap wanitanya semakin tak terkendali, membuat Lukas ingin mengklaim setiap jengkal tubuh perempuan itu. Memberikan tanda di setiap tubuhnya yang rapuh dan menunjukkan ke semua orang bahwa wanita ini adalah miliknya, "Kau gadisku, kekasihku, milikku, sepenuhnya. Kau mengerti?" Lukas mendekatkan wajahnya kepada Arabella, menggesek bibirnya ke bibir Arabella dengan menggoda, mengajukan pertanyaan menuntut.
Bibir Arabella gemetaran di bawah bibir Lukas yang panas nan dominan, "Aku.. mengerti."
"Pintar. Gadisku ini memang sangat patuh," Lukas tersenyum puas di atas bibir Arabella, kemudian lelaki itu menggeser bibirnya tepat di dekat telinga Arabella dan berbisik parau disana, "Kau sudah pernah bercinta? "
Arabella menggeleng kepala, lalu menelan ludah gugup sebelum menjawab.
"Be...belum. Aku... tidak pernah memiliki pengalaman dengan lelaki..."
Suara Arabella tenggelam di dalam lumatan Lukas yang b*******h. Lelaki itu melahap bibirnya dengan kasar, seolah-olah kelaparan, mencecap bibirnya tanpa ampun. Mencicipi permukaan bibir Arabella dengan begitu ahli hingga membuat perempuan itu melenguh nikmat. Lukas menyudahi ciumannya sebentar untuk berbisik kembali di telinga Arabella.
"Kalau begitu aku akan menunjukkan padamu bagaimana nikmatnya bercinta denganku."
Lukas mengawasi bagaimana wajah Arabella yang berubah merah karena ucapannya itu. Tangan perempuan itu bahkan langsung gemetaran. Lukas menyadari kegugupan Arabella, terlihat jelas betapa paniknya Arabella hanya karena dia mendekatkan wajahnya kembali ke bibirnya.
"Bernapas bodoh. Kau bisa mati." Lukas bersuara di depan bibir Arabella, menghembuskan udara panas yang membahas sekujur tubuh Arabella menegang.
Arabella mengerjap, ekspresi tampak seperti sedang linglung dan tidak sadar. Dia menatap wajah Lukas dalam-dalam, kemudian memaksa tenggorokannya yang tercekik untuk bersuara.
"Apa...itu bercinta?"
Setelah cukup lama menunggu Arabella bersuara, dia langsung dikejutkan oleh pertanyaan perempuan itu. Lukas tersentak kaget, kebingungan menyergapnya seketika. Bagaimana dia harus menjelaskan secara detail pada Arabella. Bisa-bisanya Arabella menanyakan hal konyol seperti itu. Perempuan di hadapannya ini benar-benar lebih lugu dari yang dibayangkan olehnya.
"Lupakan saja. Kau tidak akan mengerti kalau hanya teori saja." ujar Lukas sambil menghela napas pendek