BAB 3 Italia

1255 Words
Pagi hari James masih berada di balik selimut. Saat ini dia masih tertidur di kediaman orang tuanya di Italia. Tok..Tok..Tok.. "James, bangunlah Nak. Daddy ingin bertemu" terdengar suara wanita separuh baya dari balik pintu kamar James. "Mom. 10 menit lagi" teriak James. Terpaksa waktu tidurnya terganggu. James melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Dia mulai menyalakan shower untuk membasahi seluruh tubuhnya. Tepat sekali 10 menit kemudian James sudah duduk di ruang makan bersama dengan kedua orang tuanya. James sangat menghargai waktu. Dia termasuk pria tidak suka berbelit-belit. "James, sudah lama kamu tidak menemui orang tuamu ini" ucap Lucas Cooper Ayah dari James. "Aku sangat sibuk mengurus perusahaan Grandma, Dad". "Ehem. Mom dengar kamu telah menikah. Setega itu kau pada kami sampai tidak mengundang kami untuk datang" ucap Rose Ibu James. "Mom. Ayolah, kalian tahu. Aku hanya mengikuti perintah nenek tua itu. Kalau bukan demi kalian berdua aku juga tidak mau menikah dengan wanita itu" ucap James sambil mengusap punggung tangan Rose. "Kamu memang anak Momy" ucap Rose mengukir senyumannya. "Ngomong-ngomong, dimana istrimu?" tanya Lucas. "Dia sedang belajar memasak di Paris" jawab James santai. "COSA (Apa) ?" ucap Rose tidak percaya. James hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Sementara Lucas hanya memperhatikan interaksi istri dan anaknya. "Terlalu berlebihan. Ingin memasak saja harus repot-repot ke Paris. Pelayan di rumah kita pintar memasak tanpa harus ke Paris. Pemborosan" ucap Rose ketus. "Aku tidak peduli, Mom. Terserah dia mau jadi apa. Yang terpenting tidak menggangguku" ucap James acuh. Setelah obrolan ringan itu. Mereka melanjutkan acara sarapan bersama. James rindu sekali berkumpul bersama kedua orang tuanya. Hubungan Rose dengan Victoria sangat buruk. Lucas menikahi Rose secara diam-diam, yang mengakibatkan Victoria marah. Setelah mengetahui Rose hamil. Victoria mengambil James saat berumur 10 tahun. Selama 17 tahun James tinggal bersama Victoria. Walau sesekali waktu dia mencuri waktu untuk bertemu dengan orang tuanya tanpa sepengetahuan Victoria. ---- Gadis cantik dan seksi itu berjalan menaiiki lift. Rambut coklat bergelombangnya dia biarkan tergerai. Wanita itu mengenakan baju tanpa lengan dengan belahan d**a rendah. "James. Mi manchi" ucap wanita itu seraya memeluk James. Mi manchi : Aku merindukanmu James memeluk pinggang wanita itu dengan mesra. James mulai mencium bibir wanita itu dengan gairahnya. Sudah hampir setahun selama dia di New York tidak bertemu dengan Siera. Siera adalah salah satu kekasih  James di Italia. Dia adalah salah satu anak dari Senator disini. "James, apa gosip tentang pernikahanmu itu benar?" tanya Siera yang masih mengalungkan tangannya di leher James. "Apa kau percaya gosip murahan itu?" James balik bertanya. "Entahlah. Aku ingin kamu mengatakannya sendiri" ucap Siera sambil menggesekkan hidungnya dengan hidung James. "Kamu lihat diriku, apa ada yang berubah?" tanya James lagi. "Kurasa tidak" jawab Siera sambil menatap James dari ujung rambut sampai ujung sepatunya. "Mungkin aku akan berada di Itali untuk beberapa waktu. Apa kau tidak senang? Kita akan menghabiskan waktu bersama" bisik James di telinga Siera. "Betulkah itu James?" tanya Siera berbinar. James tersenyum kepadanya. "Ti amo, James" " I love you too" James kembali melumat bibir Siera. Ti amo : Aku mencintaimu. ----- Sudah hampir dua tahun James berada di Italia. Dia memang sudah merencanakan ini semua. Dia sudah tahu Victoria akan menjodohkannya dengan seorang wanita pilihan neneknya itu. James sengaja menyetujuinya. Saat dia tahu Alexa yang akan menjadi istrinya. James menyelidiki semua tentang Alexa. Dan pas sekali. Alexa ingin study Culinary art. Kesempatan emas untuknya agar bisa tinggal di Itali dengan waktu yang lama. "James, Mom. Mengajakku berbelanja. Apa kamu ingin menitip sesuatu?" tanya Siera. James menggelengkan kepalanya. James masih mengemudikan Ferrari hitamnya. James dan Siera baru saja pulang setelah seminggu ini dia liburan di Tuscany. "James. Kapan kamu mengajak aku berkenalan dengan Nenekmu?" tanya Siera. "Nanti, bila saatnya tiba" jawab James. Siera hanya merengut. Selalu saja jawaban itu yang dia terima. Padahal dia ingim James segera menikahinya. Tetapi James belum bisa memberikan kepastian tentang hubungan mereka. "Jangan merajuk. Aku paling benci wanita yang suka merajuk". "Hem. Baiklah. Kamu selalu menang James. Papa selalu bertanya tentangmu, bertanya kapan kamu akan menemuinya?" ucap Siera ketus. "Tenang. Aku akan secepatnya mengatakan kepada tua bangka itu" ucap James, sambil terkekeh. "Kau! Tua bangka itu Papaku James" pekik Siera. Sementara James masih saja terkekeh. ------ Setelah mengantarkan Siera bertemu dengan Rose. James mengemudikan mobilnya ke Perusahaan milik keluarga Ibunya. Perusahaan Wine terbesar di negara ini. James memasuki gedung perkantorannya. Baru saja James melangkah memasuki lobby utama, seluruh karyawan wanita menatapnya dengan penuh takjub. Siapa yang tidak kenal, satu-satunya keturunan De Lucca dan Cooper yang akan menjadi pewaris semua perusahaan besar itu. Pria dengan tubuh yang diidamkan para wanita. Semua wanita menatap kagum pada Direktur mereka. Apalagi hampir dua tahun ini James benar-benar selalu datang ke kantornya. Banyak karyawan wanita yang siap menawarkan dirinya menjadi teman bermain James. Sayangnya James mengacuhkan mereka. Baginya cukup satu wanita di setiap negara. Agar image tetap baik apalagi sampai Victoria tahu kelakuan cucu satu-satunya ini. "Siang, Pak" "Siang, Pak" Dua orang karyawan wanita menyapa sambil sedikit membungkuk untuk memberi hormat kepada James. James hanya melirik saja tanpa menjawab sapaan mereka. Ting James masuk ke dalam kotak besi itu. James menekan tombol 21, dimana ruangan tempatnya berada. Ting Pintu itu terbuka kembali. Masuklah salah satu karyawan dengan rok hitam super ketat, dengan kemeja dengan kancing yang hampir saja terlepas dari tempatnya. Wanita itu tersenyum menatap James. "Siang, Pak. Apa anda tidak lapar, Pak?" tanya wanita itu dengan berani menyentuh bahu James dengan tangannya. James menyeringai, melingkarkan satu tangannya pada wanita tersebut. Lalu James merekatkan pelukannya, wanita itu dengan sengaja membusungkan dadanya, hingga menempel di d**a James. "Fi..red" bisik James tajam. Wanita itu terkejut dan menjauhkan tubuhnya dari James. Dia menunduk ketakutan. Dia tidak menyangka Bos ini memang sulit ditaklukan. Wanita itu ketakutan. Dia tahu setelah ini karirnya akan hilang. Ting Tepat di lantai 21, James menyeringai dan keluar dari lift meninggalkan wanita yang sudah mencoba menggodanya. Sampai negara api menyerang pun James tidak akan mengencani karyawannya. Itu sama saja cari mati. Dia tidak ingin namanya kotor hanya karena wanita-wanita seperti itu. James sedang berkutik di depan laptopnya. Dia sedang menganalisa laporan Cash flow selama tiga bulan ini. James sedikit memijid keningnya. Melihat data perkebunan anggurnya sedikit mengalami gagal panen. "Tuan, maaf saya menggangu" ucap Pedro, dia adalah kaki tangan James. Orang terpercaya yang dimiliki James. "Katakan ada apa?" tanya James sambil menyandarkan punggungnya di kursi empuknya itu. "Ini mengenai istri anda, Tuan" ucap Pedro. James menatap Pedro dengan sinis. "Maaf, maksud saya Nyonya Alexa" ucap Pedro sedikit menunduk. "Apa?" "Minggu depan dia akan ke Roma" "Untuk apa dia mencariku?" tanya James to the point. "Maaf, Tuan. Dia ke Roma bukan untuk mencari anda. Tetapi dia liburan bersama teman kampusnya" ucap Pedro sedikit menunduk, dia takut Tuannya tersinggung. "Liburan? Menyenangkan. Wanita itu hanya bisa menghamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting" ucap James ketus dan kembali menatap laptopnya. "Tuan, maaf. Tetapi Nyonya Alexa sama sekali tidak pernah menggunakan credit card anda. Selama dua tahun ini dia masih menggunakan uang tabungan pribadinya untuk keperluan sehari-hari" jelas Pedro. "Good. Setidaknya wanita itu tidak menghambur-hamburkan uangku. Bagus, ikuti dia terus. Jangan sampai dia mengetahui keberadaanku" ucap James dengan bangga. "Heh. Kita lihat sampai dimana wanita sombong itu bertahan" ucap James pelan sambil menyeringai. James bukannya tidak tahu kalau Alexa sama sekali tidak pernah menggunakan credit card yang dia berikan. Setelah 3 bulan James berada di Italia. Dia baru tahu bahwa tidak ada tagihan credit card yang di pakai oleh Alexa. Akhirnya James meminta Pedro untuk mengawasi Alexa selama di Paris. Bukan karena dia peduli, tetapi cuma ingin keadaan Alexa tetap terkendali. Dan keluarganya di New York, termasuk Victoria tidak khawatir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD