When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tiba-tiba, air matanya menetes, tak kuat terus-menerus ditahan, apalagi setelah mendengar perkataan laki-laki berparas cantik itu, yang sedang berdiri dan tersenyum di hadapannya. Sungguh, ini aneh. Mengapa lelaki cantik berambut ungu panjang itu menganggap seolah-olah dunia ini indah, meski yang menerima keberadaannya hanya segelintir orang, padahal perempuan botak itu yakin, itu tidak akan cukup untuk membuat diri bahagia hanya dari penerimaan dari beberapa orang saja. Dengan mata yang masih menetes-netes, dan suara yang sesenggukan, perempuan botak itu menjatuhkan lututnya, dia jadi terduduk dan menunduk lemas. "Kau ini bodoh, ya?" Suaranya benar-benar parau, penuh dengan kesenduan. "Kau juga... pasti memilikinya, kan?" Koko bersuara dengan pelan-pelan, ikut mendudukkan badannya di la