When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Apa dia baik-baik saja!?" Saat Paul menemukan lokasi Isabella dan Abbas--tepatnya di bawah pohon cemara yang rindang, tidak jauh dari pekarangan tempat sebelumnya--Ia langsung menanyakan keadaan temannya yang sekarat terkena racun pada gadis berambut merah itu. Isabella, yang sedang duduk manis memangku kepala Abbas di paha mulusnya, menoleh pelan ketika mendengar suara keras Paul. Isabella tersenyum senang, melihat kedatangan Paul yang baik-baik saja. Sungguh, sebelumnya Isabella sedikit khawatir pada keadaan Paul, mengingat orang yang dihadapinya adalah seorang pembunuh bayaran. Meskipun pembunuh bayarannya perempuan, tapi serangannya cukup mematikan. Berkat itulah, melihat Paul bisa kembali tanpa sedikit pun terluka, dapat mengobati kecemasan di hati Isabella. Dia benar-benar senang