"Hah... Hah... Hah..., maaf, sepertinya hanya sampai sini aku bisa mengantarkanmu, Veronica." Koko menjatuhkan dirinya saat sampai di tengah-tengah warga yang rusuh di depan Istana Presiden. Dengan rambut kusut dan gaunnya yang robek, Koko menundukkan kepalanya, ia sedang mengatur napasnya. Veronica yang ada di samping Koko, berdiri tegap memandangi Istana Presiden yang terbakar hebat di depannya. "Tidak, justru aku sangat berterima kasih padamu, Yankoko!" Setelah mengatakan itu, Veronica langsung berlari kencang, menerobos ribuan orang yang menghalangi jalur menuju gerbang Istana. Perlahan-lahan, Koko mengangkat kepalanya, memandangi kepergian Veronica dengan senyuman hampa. "Berjuanglah, Veronica," lirih Koko dengan napas yang terengah-engah. "Maaf... aku tidak bisa mendampingimu."