Malam Pertama

1172 Words
“Jadi, itu suami kamu, Kris?” “Yoi.” “Lumayan keren juga.” “Kamu mau?” “Memangnya boleh diambil?” “Ambil saja kalau kamu mau.” “Gila juga kamu! Hahahaha...” Telinga Raga masih sangat normal untuk mendengar obrolan para anak muda yang ada di halaman belakang rumah megah itu. Raga pun hanya bersikap pura-pura tidak mendengarnya saja, meski hatinya begitu sakit karena menjadi bahan ejekan mereka. Baru sekitar dua jam yang lalu Raga dan Krisan telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Pernikahan yang dilakukan secara sederhana itu hanya dihadiri oleh kerabat terdekat saja, lantaran pernikahan mereka dilakukan secara mendadak. Krisan yang sudah berbadan dua membuat Alfonso tidak ingin putrinya hamil tanpa suami. Sebagai seorang pebisnis yang sangat sukses, baginya reputasi adalah di atas segala-galanya. Dia akan melakukan berbagai cara demi bisa menjaga reputasinya di mata para rekan bisnisnya agar tetap baik, termasuk menikahkan putri tunggalnya dengan seorang office boy yang bekerja di perusahaan pusat miliknya. Raga pun sudah muak mendengar ejekan yang tertuju untuk dirinya tanpa henti. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamar duluan yang berada di lantai dua. Rumah bertingkat tiga itu memang masih sangat asing untuknya, karena Raga baru saja menginjakkan kakinya di rumah itu sesaat sebelum dia mengucapkan ijab kabul untuk perempuan berparas cantik dengan body bak model itu. Dia memasuki sebuah kamar yang cukup luas dengan fasilitas yang cukup lengkap setelah di antar oleh seorang pelayan rumah tersebut. Aroma wangi dan dinginnya dari pendingin ruangan langsung menulusuri seluruh bagian tubuhnya. Dia masih tidak percaya kalau dirinya akan berada dalam situasi seperti ini. Bagaikan mimpi buruk yang harus tetap dia jalani demi kebutuhan finansialnya, Raga harus tetap bertahan dalam kondisi apapun. Tidak lama Raga baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size, suara seseorang membuka pintu kamar langsung membangunkan tubuhnya dari atas ranjang. “Apa yang sedang kamu lakukan di sana?” Krisan memekik, sembari berjalan memasuki kamarnya. “Aku hanya ingin merebahkan tubuhku saja yang kelelahan.” “Jangan bercanda kamu! Aku tidak sudi kamu menyentuh area penting di dalam kamar ini, termasuk ranjang itu.” “Oh, maaf.” Raga segera menyingkirkan tubuhnya dari ranjang. “Selama kita menikah, kamu akan tidur di sofa sana!” Krisan menunjuk ke arah sofa yang berada di dekat jendela kamar. Raga melihat sekilas sofa tersebut, lalu mengembalikan tatapan matanya ke arah Krisan yang tengah berdiri sambil mengambil rokok elektrik dari atas meja bar. “Apa kamu masih merokok?” “Bukan urusanmu!” “Memang bukan urusanku, tapi aku merasa kasihan pada bayi itu karena terus diracuni oleh ibunya sendiri.” “Jangan ikut campur dengan urusanku apapun itu. Tugasmu hanya sebagai suami bayaran saja dengan segel status palsu!” “Kamu yakin akan memperlakukan aku seperti itu?” “Apa maksudmu?” Raga beranjak dari atas kursi, kemudian dia berjalan mendekati Krisan. “Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan macam-macam kamu! Sampai kamu menyentuhku seujung jari telunjuk tanganmu saja, maka aku akan—“ Belum selesai Krisan mengatakannya, Raga sudah membuat tubuh Krisan terhempas pada sandaran dinding dan menguncinya dengan kedua tangannya yang kekar, hingga Krisan tidak bisa melepaskan tubuhnya dari kurungan pria bertubuh tinggi itu. “Sudah aku katakan, kalau kamu jangan sampai berani menyentuhku!!” “Aku tidak akan menyentuhmu, karena bagiku kamu menjijikan!” Raga membalas ucapan Krisan dengan ekspresi yang sama. Ekspresi wajah yang jijik. “Apa katamu!?” “Kamu tidak akan menjijikan kalau saja kamu bisa menjaga harga dirimu sebagai seorang perempuan. Kehamilan ini bukti nyata kalau uangmu kamu pakai dengan hal yang tidak baik. Betapa kasihannya tuan Alfonso bisa memiliki anak seperti kamu!” “b******k kamu, Raga!!” Raga langsung menahan cepat tangan Krisan begitu tangan perempuan itu ingin menampar wajahnya. “Aku ini suami sah kamu. Terlepas dari apapun status pernikahan kita, kamu harus tetap patuh padaku selama kamu menjadi istriku. Aku tidak akan tinggal diam kalau kamu sampai berani bermain-main denganku.” “’Oh. Jadi, ini sifat asli kamu yang sebenarnya? Akan aku adukan pada papa kalau kamu telah menyiksaku!” “Silahkan saja kalau kamu ingin mengadukan perlakuanku pada tuan Alfonso, aku sama sekali tidak takut!” “Kurang ajar sekali kamu!” Krisan memekik tajam dengan suara pelan. Dia kesal bukan main telah diperlakukan seperti ini oleh pria yang dia anggap sampah. Raga pun melepaskan tangannya yang sempat mengunci tubuh Krisan di dinding. Dia menjauhkan tubuhnya lalu mengambil sebuah map di atas meja dan memberikannya pada Krisan. “Apa ini?” Krisan bertanya. “Bacalah. Nanti kamu juga akan mengetahuinya.” Jawab Raga. “Selagi kamu membaca isinya, aku akan membersihkan tubuhku terlebih dahulu.” Kata Raga, yang kemudian dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Hanya berselang lima belas menit, Raga sudah selesai mandi. Krisan yang sedang duduk di atas ranjang langsung dibuat terpesona oleh tubuh atletis Raga yang ternyata sangat terawat dengan baik. Batinnya pun berkata, “Apa dia benar-benar office boy di perusahaan papa? Aku tidak percaya.” “Sudah selesai membacanya?” Tanya Raga, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Pertanyaan Raga langsung melepaskan tatapan mata Krisan yang langsung berubah ketus. Dia segera bangkit dari tepi ranjang dan berjalan mendekati Raga. “Aku tidak menyetujui isi surat perjanjian ini. Lagipula, surat perjanjian pernikahan ini sudah kamu tanda tangani dengan papa. Lalu, kenapa harus ada surat perjanjian lainnya yang hanya merugikan aku saja? Kamu pikir, aku akan bersedia mematuhinya?” Krisan mengatakan dengan suara pelan, namun penuh dengan tekanan emosi. “Apa kamu yakin tidak mau menandatangani isi surat perjanjian itu?” Tanpa menjawab, Krisan langsung merobek kertas tersebut tepat di depan wajah Raga. Raga terdiam sesaat. Dia merasa harus memberikan pelajaran pada perempuan ini. “Kamu ini hanya kacung yang telah dibayar mahal oleh tuan Alfonso, jadi kalau kamu mau berbuat sesuatu sesuka hati kamu, mikir! Siapa kamu sampai berani membuat aturan sendiri!!” Decitnya kasar. Raga langsung menarik tangan Krisan saat Krisan mau berbalik badan. Dia mendorong pelan tubuh wanita itu hingga terhempas ke atas ranjang. “Hei! Lepaskan aku! Lepaskan!!” Krisan berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari cengkraman Raga, tapi sayangnya tangan Raga jauh lebih kuat darinya hingga membuatnya tidak berdaya. “Kalau kamu tidak mau menandatangani surat perjanjian itu, maka aku akan bertindak lebih dari ini!” “Oh, jadi kamu bermaksud mengancam aku?” “Iya!” Jawabnya, tegas. Tiba-tiba saja jari telunjuk Raga masuk ke dalam area inti tubuh Krisan. Perempuan itu bukannya menghindari serangan nikmat tersebut, yang terjadi padanya malah mengeluarkan desahan yang tengah menikmati keluar masuk jari telunjuk Raga di dalam area intinya tersebut. Memang sudah lama sekali Krisan tidak mendapatkan sentuhan dari seorang pria sejak pacarnya meninggalkannya setelah mengetahui kalau Krisan hamil. Raga pun semakin memperdalam kenikmatan itu ketika desahan kenikmatan semakin keluar kencang dari mulut Krisan. Ketika klimaks hampir Krisan dapatkan, dengan sengaja Raga mengeluarkan jarinya dan menyudahi aktifitas itu. “Dasar perempuan munafik!!” Decitnya, lalu Raga meninggalkannya untuk masuk kembali ke dalam kamar mandi. “Sial!!” Krisan merasa sangat kesal karena tidak mendapatkan puncak klimaks yang hampir membuatnya merasa lega. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD