"Naya mana?" tanya Erza pada Rani yang baru saja keluar dari kelas.
"Naya masih didalem kak, lagi beresin buku!" jawab Rani dan berlalu dari sana.
Erza pun memutuskan untuk masuk ke dalam kelas Naya dan melihat sendiri apa yang tengah Naya lakukan.
"Naya kamu lagi ngapain?" tanya Erza membuat Naya beralih menatapnya
"Kamu udah gak marah lagi?" tanya Naya.
"Aku tanya kamu lagi ngapain?" ulang Erza bertanya.
"Aku lagi nyari catetan aku, tapi kok gak ada." jawab Naya yang sekarang tengah menggendong tasnya.
"Udah?" tanya Erza.
"Udah, " Naya mengangguk cepat.
Erza menautkan jari-jarinya pada jari jari cantik milik seorang Rainaya.
"Kamu udah gak marah lagi yah?" tanya Naya.
"Menurut kamu?" ucap Erza balik bertanya.
Naya sedikit berpikir dengan ekspresi yang mampu membuat Erza terkekeh geli dan langsung melepaskan tautan tangannya dan beralih merangkul pinggang ramping Naya.
"Aku udah gak marah." ucap Erza dan Naya langsung tersenyum senang.
"Baru aja aku mau nebak itu." pekik Naya.
"Iya yang pinter nebak." sahut Erza yang kini mereka sudah sampai diparkiran, "Masuk Nay!" ucap Erza membukakan pintu mobil untuk Naya.
"Makasih," ujar Naya dan masuk ke dalam mobil.
"Langsung pulang?" tanya Erza saat sudah berada dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya.
"Aku mau kerumah kamu, boleh kan?" tanya Naya menatap Erza yang juga menatapnya.
Erza hanya menatap Naya datar tanpa ekspresi.
"Gak boleh yah, ya udah pulang aja kalo gitu." ucap Naya beralih menatap keluar jendela.
"Kenapa sedih sih? Kapan pun kamu mau, kamu boleh dateng ke rumah aku."ujar Erza tersenyum manis membawa tangan Naya ke dalam genggamannya dan mengecupnya dalam.
"Serius?" tanya Naya memastikan dengan senangnya.
Erza mengangguk dan menjalankan mobilnya dengan senyuman yang tak hilang dari wajahnya.
"Bunda juga kangen sama kamu loh," ujar Erza melirik Naya sekilas
"Emhh aku juga kangen Bunda kamu, i love her like i love my mom." ucap Naya senang diakhiri dengan lirihan ketika ia membayangkan ibunya yang sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Tak lama akhirnya mereka sampai dirumah keluarga 'cantwell' dengan halaman luas dan bangunan megahnya.
"Udah nyampe!" ucap Erza.
Dengan semangat Naya melepas sabuk pengamannya, hingga Erza memegang lengannya.
"Bunda aku itu Bunda kamu juga, jangan pernah sedih lagi apalagi dihadapan aku, aku gak suka itu." ucap Erza bergetar menatap Naya dalam dengan mata yang terlihat seperti tengah menahan tangis.
"Mata kamu kenapa? kok merah?" tanya Naya dengan polosnya.
Erza tersenyum dan keluar dari mobilnya begitupun dengan Naya.
"Bunda Erza pulang!" ucap Erza saat pintu rumahnya terbuka dan pastinya salah satu asisten rumah tangganya yang telah membukakannya.
"Naya? akhirnya kamu inget juga sama Bunda..." ujar Vena bunda dari Erza Jeon Cantwell.
"Hehe maaf Bun, tapi asal Bunda tau hampir setiap hari Naya itu selalu inget Bunda makannya hari ini Naya maen ke rumah cuma buat ketemu Bunda!" ujar Naya memeluk ibu dari kekasihnya itu.
"Iya deh iya Bunda percaya, oh iya Bunda udah masak loh, kalian makan siang di rumahkan?" tanya Vena.
Naya menganggukan kepalanya dengan segera.
"Tiap hari Bunda masak ayam goreng karena Bunda kira kamu bakalan main ke sini, eh ternyata gak dateng. Tapi gak pa-pa yang penting sekarang kamu udah ada di sini." ujar Vena seraya merangkul bahu Naya dan membawanya keruang makan.
Sedangkan Erza melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mengganti pakaianya
Naya duduk tepat dihadapan Vena, "Bunda, Om Karan di mana?" tanya Naya menanyakan keberadaan calon ayah mertuanya itu.
"Om masih kerja, pulangnya nanti sore." jawab Vena seraya mengalaskan nasi untuk Naya.
"Siang wanita wanita cantiknya Erza!" ucap Erza seraya duduk disamping Naya.
"Udah jangan gombal mulu, makan." sahut Vena pada Putra semata wayangnya itu
"Naya kamu jangan makan itu Nay, itu pedes perut kamu bisa sakit!" cegah Erza saat Naya akan memakan ayam balado buatan ibunya itu.
Naya tersenyum menantang dengan mendekatkan ayamnya pada mulutnya.
"Naya jangaaan... " cegah Erza kembali dengan menahan tangan Naya agar tidak memakan ayamnya.
"Aku makan ah..." tantang Naya hendak memakan ayamnya namun dengan segera Erza mengambilnya dan tak sengaja mengenai pipi Naya.
"Erzaaa ih jadi kena muka aku kan.." keluh Naya berusaha membersihkan pipinya.
"Haha ya ampuun kamu lucu, haha makannya jangan main main kan jadi kenaa muka kamu haha..." tawa Erza pecah seketika.
Vena hanya tersenyum dalam diam memandangi putranya tengah tertawa lepas.
"Terimakasih tuhan karena engkau sudah memberikan kebahagiaan untuk putraku, putra kesayanganku!Kumohon abadikanlah kebahagiaanya, jangan pernah kau renggut kembali." mohon Vena dalam hati.
"Ekhem kayaknya Bunda kangen sama Om Karan nih!" Goda Naya membuyarkan lamunan Vena.
"Udah bercandanya, sekarang kita makan dulu nanti lanjutin lagi ngobrolnya!" ujar Vena dan merekapun melanjutkan makan siangnya.
Ting!
Tanda pesan masuk dari ponsel Erza.
"Za kita mau keluar bareng yang lain, lo ikut kan?"
Pesan itu dikirim dari Aland.
"Gue gak ikut, sorry." balas Erza dan kembali memakan makan siangnya.
••••
Karena hari sudah malam akhirnya Erza pun memutuskan untuk mengantarkan Naya pulang, walaupun sebenarnya ia tidak tega membiarkan Naya berada di rumahnya sendirian hanya ditemani seorang asisten rumah tangga dan penjaga rumahnya.
"Kamu yakin?" tanya Erza memastikan sebelum ia meninggalkan kediaman Naya.
Naya mengangguk pasti, "Kamu gak usah khawatir dan yah hati-hati dijalannya, aku masuk yah!"
"Ya udah hati-hati di rumah,daah!"
"Daah love you!" ucap Naya melambaikan tangannya.
"Aku tau itu, daah... " dan Erza pun benar-benar meninggalkan kediaman Naya.
Dengan senangnya Naya pun memasuki rumahnya, mengganti seragam sekolahnya, mandi dan membaringkan diri menjelajahi mimpinya.
Dilain tempat terlihat Aland tengah meneguk segelas minuman, beralkohol atau tidak?entahlah yang pasti kini Aland tengah menerwang jauh kehadapan.
"Erza Naya!" dua nama itu memenuhi pikiran Aland terutama Naya.
Ia melirik jam ditangannya, "Erza pasti udah nganterin Naya pulang." gumamnya yang kemudian beranjak dari duduknya.
"Kalo aja cuma gue yang jatuh cinta, gue pasti udah berjuang mati matian tanpa perlu merasa sungkan dan bersalah!" sambung Aland kembali kemudian masuk ke dalam mobilnya meninggalkan tempat hingar bingar kehidupan malam di sudut kota.
Waktu berlalu begitu cepat dan seperti biasa pagi ini terlihat siswa siswi yang tengah berlalu lalang di koridor, gerbang bahkan lapangan sekolah,begitupun dengan Naya dan Rani,entah kemana Chaca hari ini.
"Erza gak nganterin lo?" tanya Rani.
"Nganterin kok, kenapa?"
"Tumben aja lo ke kelas sendiri biasanyakan pacar lo suka nganterin." jawab Rani dan merekapun memasuki kelas.
Sedangkan Erza, ia tengah berjalan menyusuri koridor kelas menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas yang seharusnya kemarin dikumpulkannya.
Tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya, bahkan bukan hanya Erza hampir semua siswa yang tengah berada di sana terpaku pada seorang siswi baru dengan rambut panjang yang tertiup angin menambah kecantikannya.
"Lagi ngapain Za?" tanya Aland membuyarkan pandanganya.
"Cewek itu." gumamnya.
Aland mengerutkan keningnya, "cewek?maksudnya?"
"Dia cewek yang gue liat dikedai es krim itu." jelas Erza kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruang guru dan mengabaikan gadis yang dimaksudnya.
Aland tersenyum penuh arti, "Cewek itu mirip Diana dan dengan adanya dia gue bisa dapetin Naya." ucapnya dan berlalu menuju kelas.
Ternyata itu alasan Aland ingin membantu Erza mencari tau siapa wanita yang ia lihat dikedai es krim hari itu, dan dengan gadis itu menjadi salah satu siswa disekolah yang sama itu sama saja tuhan memberikan jalan untuk seorang Aland,berjuang dibalik takdir yang didatangkan.