Pernikahan Neraka

1677 Words
Tibalah di hari pernikahan Alvaro terlihat gagah dan tampan dengan pakaian pengantin berwarna putih. Arumi sampai tak berkedip saat melihatnya. Sebenarnya Arumi tidak keberatan dengan pernikahan ini karena dia menyukai Alvaro tapi sepertinya pria itu dan anak-anaknya tidak menyukainya. Arumi duduk di samping Alvaro saat pria itu mengucapkan akad pernikahan mereka. Selesai membacakan akad akhirnya mereka dinyatakan sah menjadi suami istri di mata hukum dan agama. Arumi merasa sedih karena di hari pernikahannya seharusnya bapak yang menjadi walinya tapi bapak meninggal lebih dulu akibat penyakit yang dideritanya. Alvaro menatapnya dengan dingin sambil memasangkan cincin di jemarinya yang terlihat kurus. Arumi juga memasangkan cincin padanya. Setelah itu saat ia ingin mencium tangannya Alvaro malah dengan kasar menarik tangannya. Hal itu menjadi pusat perhatian orang-orang. Arumi sangat malu sekali karena menjadi bahan gunjingan orang-orang yang hadir di acara pernikahannya. "Alvaro jangan begitu nak, Arumi sekarang istrimu" tegur Dewi dengan suara pelan. Alvaro tak peduli dan meninggalkan acara pernikahan begitu saja sampai menbuat Arumi malu dan hampir menangis di tengah acara. Untung saja ada ibu mertuanya yang menenangkannya. Selesai acara Arumi mengetuk pintu kamar Alvaro tapi pintunya tidak kunjung dibuka oleh suaminya itu. Tok tok tok "Mas Alvaro, mas ini Arumi" ucap Arumi dari luar. Sudah 10 menit dia menunggu akhirnya pintunya dibuka juga. "Cepat masuk dan segera mandi!! " ucap Alvaro dengan dingin. Arumi hanya bisa diam mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya dan masuk ke dalam kamar. Dia segera masuk kamar mandi dan melepaskan baju pengantinnya disana. Selama 30 menit Arumi mandi lalu membalutkan tubuhnya dengan kimono panjang. Sebenarnya dia malu untuk keluar dari kamar mandi karena selama ini dia tak pernah satu kamar dengan laki-laki ataupun berpacaran. Ia menghembuskan nafas dengan pelan-pelan lalu memberanikan diri untuk keluar dari kamar mandi. Terlihat Alvaro sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan hpnya. Melihat Arumi sudah selesai mandi, ia menyimpan hpnya dan menyuruh Arumi mendekatinya. "Kesini sekarang" perintahnya. Arumi berjalan dan berdiri di hadapan Alvaro sambil merapatkan kimono di tubuhnya. Dengan kasar Alvaro menarik tangan Arumi hingga terjatuh di atas pangkuannya. "Ahkk!! " teriak Arumi kesakitan. Alvaro langsung saja melumat bibirnya. Ciumannya sangat kasar dan menyakitkan. Padahal ini adalah ciuman pertama untuknya. Arumi sampai tidak bisa bernafas dan terus memukul-mukul d**a Alvaro untuk melepaskannya. Alvaro melepaskan ciumannya dan menatap Arumi dengan tajam. "Kamu sendiri yang datang padaku Arumi sekarang rasakan neraka yang akan kuberikan padamu" ucapnya dengan penuh kebencian. Setelah itu tangan Alvaro mulai membuka paksa kimono yang melekat di tubuh Arumi. Terlihat keindahan yang terpampang di depannya sampai Alvaro tak berkedip saat melihatnya. Tubuhnya kurus tapi besar di bagian depan dan belakangnya. Arumi langsung menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. Dia sangat malu dan takut saat ini. "Buka tanganmu sekarang!! " perintah Alvaro. Arumi tidak bergeming hingga membuat Alvaro makin marah dan memaksanya untuk berhubungan badan. "Ampun sakit hiks hiks hiks!! " tangis Arumi saat Alvaro dengan kasar menghujam miliknya yang masih kering. Darah mengalir begitu banyak dari sela pahanya tapi Alvaro tetap menghujamnya tanpa rasa kasihan sama sekali. "Ini adalah balasan karena kau sudah menerima pernikahan ini!! berapa banyak uang yang kau dapatkan dari orang tuaku untuk menjual tubuhmu ini hem?!! aku akan membuat pernikahan ini seperti neraka untukmu Arumi!! " ancam Alvaro sambil menghujam Arumi makin dalam. Malam itu adalah malam yang paling menyakitkan untuk Arumi. Jeritan dan tangisannya tidak membuat Alvaro iba sama sekali. Berkali-kali Alvaro melakukannya sampai Arumi hanya bisa mengerang kesakitan sepanjang malam. *** Matahari menyinari wajah Arumi hingga penglihatannya sedikit terganggu. Ia sedikit membuka matanya dan merasakan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit sekali apalagi di area intimnya. Air matanya mengalir deras saat mengingat kejadian tadi malam. Alvaro dengan begitu kejamnya merenggut keperawanannya dengan sangat kasar. Ia melihat ke sampingnya sudah terlihat kosong. Sepertinya suaminya sudah keluar lebih dulu. Diliriknya jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Dia sudah terlambat bangun dan berusaha untuk menggerakkan tubuhnya tapi sakit sekali. "Aww" ringisnya. Ia tetap berusaha bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri di dalam sana. Setelah selesai mandi Arumi memakai dress berwarna kuning yang dibelikan oleh ibu mertuanya. Arumi terlihat sangat cantik seperti gadis 17 tahun. Ia keluar dari kamar dan turun ke bawah. Disana keluarga Alvaro sedang berkumpul sehabis sarapan pagi. "Arumi, kamu sudah bangun nak? harusnya kamu tiduran saja dulu pasti sakit sekali sudah melakukan malam pertama dengan Alvaro" sapa Desi ibu mertuanya. "Tidak apa-apa bu maaf ya saya telat bangun" ucap Arumi tak enak. "Tidak apa-apa nak wajar kalau pengantin baru bangun kesiangan. Jangan panggil ibu tapi panggil mama. Sekarang kamu anaknya mama juga sayang" ucap Desi lalu menuntun Arumi ke meja makan. "Ini mama siapkan makanan dan s**u hangat untukmu ayo di makan dulu nak" sambungnya. "Iya makasih ya ma" jawab Arumi canggung. Arumi duduk di meja makan berdua dengan ibu mertuanya. Baru makan beberapa suap dia melihat Alvaro dan Niko baru pulang sehabis joging. Mereka berdua bak pinang dibelah dua. Yang membedakan adalah Alvaro terlihat lebih dewasa dan memiliki sedikit kerutan di wajahnya. Suaminya itu mendekatinya dan mengambil botol air minum di atas meja makan. Pria itu meneguk botol air minum dengan wajah dan tubuh yang berkeringat. Terlihat sangat seksi dan menggoda tapi sayang hatinya seperti iblis. Niko anak tirinya duduk di hadapannya sambil mengambil roti bakar yang tersaji di atas meja tanpa menyapanya. Arumi sangat sedih sekali karena diperlakukan seperti orang lain dirumah ini. "Arumi makan yang banyak ya sayang." bu Desi menyadari perubahan raut wajah Arumi saat Alvaro dan Niko pulang kerumah. Tujuannya menikahkan Alvaro dan Arumi agar Nadia mantan istri anaknya itu menjauh dan tidak mengganggu anaknya lagi. Nadia adalah wanita jahat dan manipulatif. Dia menggunakan Niko, Nia, dan Nara untuk terus mendekati Alvaro. Padahal Nadia sudah ketahuan selingkuh dan membiayai hidup selingkuhannya dari uang yang Alvaro berikan selama ini. Maka dari itu Desi dan Darmawan sangat membenci mantan menantunya itu. "Tiba-tiba aku gak nafsu makan aku ke atas dulu oma" Niko langsung pergi begitu saja seakan jijik melihat wajah Arumi. Alvaro juga menatap Arumi dengan jijik dan pergi begitu saja meninggalkannya. Arumi hanya bisa diam mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari suami dan anak tirinya. Matanya berkaca-kaca sambil berusaha mengunyah makanannya. "Arumi sabar ya nak. Sebenarnya Alvaro dan Niko orangnya baik kok. Mereka hanya belum terbiasa nanti lama-lama. mereka akan menerima kehadiran kamu. " ucap Desi sambil memegang bahunya. "Iya ma" sahut Arumi seraya tersenyum pada ibu mertuanya. Seminggu setelah tinggal dirumah ibu mertuanya Arumi diboyong kerumah besar Alvaro di tengah kota Jakarta. Dia hanya membawa ras jinjing karena pakaiannya tak terlalu banyak. Alvaro dan anak-anaknya masuk lebih dulu kerumah mereka meninggalkan Arumi sendirian di dalam mobil. Arumi menyusul mereka dari belakang dan masuk ke dalam rumah mereka. Rumahnya lebih besar dari rumah mertuanya dan terdiri dari 4 lantai. Dia tampak kebingungan saat pertama kali masuk kesana karena semua orang tidak ada yang peduli dengannya. "Arumi!! " panggil Alvaro. "Iya mas"sahut Arumi lalu segera menghampiri suaminya. "Kamar kamu di dekat dapur. Ada kamar pembantu yang kosong disana. Tanya dengan bi Tuti di dapur kalau kamu bingung" ucap Alvaro memberitahunya dengan nada dingin. "Iya mas" Arumi bersyukur kalau dia dan Alvaro pisah kamar. Itu lebih baik daripada dia disiksa seperti malam-malam sebelumnya. Arumi berjalan ke arah dapur dan melihat seorang pembantu yang terlihat tua. Sepertinya itu adalah bi Tuti yang dimaksud oleh suaminya. "Permisi bi" sapa Arumi. "Iya nyonya Arumi ya? kenapa nyonya? " tanya bi Tuti. "Kamar pembantu yang kosong di sebelah mana ya bi? " tanya Arumi karena ada 3 bilik kamar pembantu yang ada di dekat dapur. "Kamar pembantu? kenapa nyonya nanya kamar pembantu? " tanya bi Tuti bingung. "Saya akan tidur di kamar pembantu di suruh oleh mas Alvaro" jawab Arumi jujur. "Astaghfirullah kok tuan Alvaro tega membiarkan istrinya sendiri tidur di kamar pembantu?! " bi Tuti sampai kaget dan mengelus dadanya sambil beristighfar. "Kasihan sekali nyonya. Sabar ya nyonya semoga tuan Alvaro segera diberikan kelembutan hatinya. Biasanya tuan tidak pernah bersikap kejam seperti ini. Semenjak cerai dari nyonya Nadia tuan Alvaro jadi berubah dingin dan suka marah-marah. Ayo saya antar nyonya" bi Tuti membawanya ke kamar pembantu yang masih kosong. Arumi masuk ke dalam kamar itu dan melihat isi di dalamnya. Tidak begitu buruk. Walaupun kamar pembantu tapi kamar ini lebih luas dari kamar dirumahnya. Ada ranjang kecil ukuran single, lemari kayu antik, meja rias, ada kamar mandi dalam ukuran 1m x 1m , dan kipas angin dinding. "Ini kamarnya nyonya tapi apa nyonya betah tinggal di kamar ini? " tanya bi Tuti prihatin. "Insyaallah bi, ini sih sudah bagus banget bi. Kamar dirumahku saja tidak sebagus ini" ucap Arumi dengan mata berbinar. "Syukurlah kalau nyonya betah semoga pintu hati tuan Alvaro segera diketuk oleh Allah. Sayang sekali nyonya secantik ini disia-siakam begitu saja. " Bi Tuti tidak habis pikir dengan jalan pikiran majikannya. Dikasih istri muda dan cantik tapi malah dianggurin. "Amin bi, apa ada yang bisa saya bantu di dapur bi? " tanya Arumi. "Tidak usah nyonya. Nyonya istirahat aja disini. Ini adalah pekerjaan saya sebagai pembantu" tolak bi Tuti. "Tidak apa-apa bi. Saya malahan bosen kalau cuma tiduran saja." Arumi tetap memaksa untuk membantu pekerjaan bi Tuti. Akhirnya bi Tuti dan Arumi memasak untuk makan siang hari ini. Selesai memasak bi Tuti dan Arumi menghidangkan makanan di atas meja. Anak-anak tirinya dan Alvaro datang dan melihat Arumi ikut menyajikan makanan. "Siapa yang memasak semua ini? " tanya Alvaro. "Saya dan bi Tuti" jawab Arumi takut. "Saya jadi gak selera makan, ayo anak-anak kita makan diluar" ajak Alvaro. "Oke pa" jawab mereka sambil menatap sinis pada Arumi. Arumi tidak bisa mencegah air matanya mengalir membasahi pipinya setelah mereka pergi dari rumah. Kenapa suami dan anak-anak tirinya seperti jijik untuk mencicipi masakannya. "Astaghfirullah kenapa tuan jadi seperti ini? nyonya yang sabar ya nyonya" bi Tuti kasihan sekali melihat Arumi. Padahal Arumi terlihat baik tidak seperti mantan istri tuannya yang dulu. "Tidak apa-apa bi saya permisi dulu" Arumi langsung pergi begitu saja dan masuk ke dalam kamarnya. Ia menangis terisak-isak di dalam kamarnya. "Ya Allah apa aku bisa tahan dengan sikap mereka yang acuh dan jijik padaku. Ini bukan kemauanku. Kenapa aku harus menanggung segala penderitaan ini hiks hiks hiks" tangisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD