"Ma.. maaf mas tadi... " belum sempat Arumi menjawab Niko langsung memotong omongannya.
"Tadi Arumi salah masuk kamar pa. Dia kira kamarku adalah kamarnya papa" jawab Niko dengan wajah memucat.
"Ngapain kamu nyari kamar saya?! " tanya Alvaro dengan wajah galak.
"Sa.. saya disuruh bu Tuti untuk membersihkan kamar mas Alvaro" jawab Arumi bohong. Bisa mati dia kalau Alvaro tau kalau dia ketiduran di kamarnya Niko semalam. Alvaro menatap mereka secara bergantian mencari kebohongan di mata mereka. Tapi selama ini Niko tidak pernah berbohong padanya.
"Kamar saya di sebelah sana!! jangan salah masuk kamar lagi dan kalaupun harus masuk ketuk pintunya lebih dulu!! " setelah mengatakan itu Alvaro langsung pergi begitu saja. Arumi dan Niko menghembuskan nafas legah karena Alvaro sama sekali tidak mencurigai mereka.
"Makanya jangan teriak-teriak bodoh!! ini bukan hutan tapi rumah!! " maki Niko lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Arumi menepuk jidatnya sendiri. Bisa-bisanya dia ketiduran di kamarnya Niko. Setelah itu dia masuk ke dalam kamar Alvaro. Kamarnya terlihat berbeda dengan kamarnya Niko. Nuansa kamarnya banyak didominasi dengan warna hitam dan terlihat suram. Ia mulai merapikan dan membersihkan kamar Alvaro lalu tak sengaja menemukan sebuah foto yang terjatuh di bawah lantai. Arumi mengambilnya dan melihat sebuah foto keluarga. Ada Alvaro, Nadia, Niko, Nia dan Nara. Mereka tampak seperti keluarga yang bahagia. Sayang sekali kebahagiaan itu hancur karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Nadia.
"Dia cantik sekali" puji Arumi saat melihat wajah Nadia di foto itu. Pantas kalau anak-anak mereka cantik dan ganteng karena menurun pada orang tua mereka.
CEKLEKK
Alvaro masuk dan merebut foto keluarganya yang dipegang oleh Arumi. Dia sangat marah karena Arumi sudah lancang menyentuh barang-barang miliknya.
"Jangan sentuh foto ini!! " bentaknya sampai membuat Arumi ketakutan.
"Ma.. maaf mas tadi fotonya terjatuh aku hanya.. "
"KELUAR!! " usir Alvaro. Mata Arumi berkaca-kaca dan langsung keluar dari kamarnya sebelum Alvaro lebih murka dari ini.
***
"Papa hari ini papa mau kan nemenin Nia buat ambil raport? " tanya Nia penuh harap.
"Papa sibuk sekali Nia. Kenapa nggak sama mamamu saja? " tanya Alvaro.
"Nia inginnya sama papa dan mama. Ayo dong pa" rayu Nia agar papanya mau ikut . Hal ini ia lakukan agar mamanya bisa kembali rujuk dengan papanya. Setelah itu mereka akan menyingkirkan Arumi dari rumah ini.
"Nara ikut dong pa!!" Nara ikutan nimbrung dan duduk di pangkuan papanya dengan manja.
"Hem baiklah tapi Arumi ikut juga" ucap Alvaro.
"Kenapa dia ikutan sih pa?! ini kan acara kita sekeluarga!! " protes Nia.
"Arumi juga kan mama kalian. Dia juga harus ikut kalau tidak papa juga tidak mau ikut" Alvaro sebenarnya malas jika berduaan dengan Nadia lagi. Jadi adanya Arumi bisa membuat Nadia jengah dan menyerah untuk terus mengejarnya.
"Terserah papa saja!! " Nia terlihat marah karena dia tidak menyukai mama tirinya.
Jadilah hari itu Arumi ikut bersama mereka untuk mengambil raportnya Nia di sekolah. Nadia menatap tajam pada Arumi yang sedang duduk di belakangnya melalui kaca mobil. Keberadaan Arumi benar-benar menjadi ancaman besar untuknya. Dia harus putar otak agar secepatnya bisa menyingkirkan Arumi dari hidup Alvaro dan anak-anaknya.
Akhirnya mereka sampai di sekolah Nia. Arumi bertugas untuk mengawasi Nara tapi gadis kecil itu terlihat membencinya karena Nia dan Nadia selalu meracuni otaknya jika ibu tiri itu adalah orang yang jahat seperti di film Cinderella. Sementara itu Alvaro dan Nadia qmasuk kedalam kelas untuk mengambil raportnya Nia.
Nara terus berlarian di lapangan sampai Arumi kelelahan mengejarnya. Ia terus memanggil anak tirinya itu untuk berhenti berlari.
"Berhenti Nara nanti kamu jatuh!! Nara!! " panggil Arumi dengan nafas ngos-ngosan. Nara tidak mendengarkan ucapan Arumi sampai akhirnya dia tiba-tiba terjatuh. Nara menangis kesakitan karena kedua lututnya lecet dan mengeluarkan darah. Arumi segera menghampirinya dan menggendong Nara yang habis terjatuh.
"Huaaa huaaa huaaa" tangis Nara begitu keras.
Nadia, Alvaro dan Nia yang baru keluar dari kelas melihat Nara menangis dalam gendongan Arumi. Mereka segera menghampiri Arumi dan Nara. Nadia langsung merebut Nara dari gendongan Arumi sambil menatap tajam padanya.
"Kamu apain anak saya?! kamu mau mencelakai Nara?! " tuduh Nadia.
"Ti.. dak nyonya bukan seperti itu" ucap Arumi.
"Alahh mana ada maling mau ngaku!! mas kamu harus hukum dia karena sudah mencelakai anak kita!! lihat kakinya sampai berdarah seperti ini" Nadia terus mengompori Alvaro agar semakin membenci Arumi. Alvaro ikut tersulut kemarahannya dan malah menampar Arumi dengan sangat keras.
PLAKK
Pipi Arumi sudah sering menjadi bahan tamparan Alvaro. Tapi untuk kali ini ia merasa sangat malu ditampar di depan banyak orang. Orang-orang banyak yang memandanginya dengan tatapan kasihan.
"Kamu keterlaluan Arumi!! Nara hanya anak-anak!! kenapa kamu harus mencelakai anakku!! aku kira kau berbeda ternyata kamu sangat jahat!! " Alvaro mengajak Nadia, Nara, dan Nia untuk masuk ke dalam mobil meninggalkan Arumi di sana tanpa uang sepeserpun. Ia menangis sambil berjalan kaki untuk pulang kerumah. Rasanya Arumi ingin pergi melarikan diri karena tak tahan dengan sikap suami, mantan istri dan anak-anak tirinya. Tapi jika ia melakukannya nanti nasib ibu, adik dan kakaknya akan terancam. Selama satu jam akhirnya Arumi sampai dirumah Alvaro. Terlihat Alvaro, Nadia dan anak-anak tirinya sedang makan siang bersama disana. Arumi berjalan melewati mereka untuk masuk ke dalam kamarnya tapi Nadia malah memanggilnya.
"Eh babu sini sebentar" panggil Nadia. Nia dan Niko malah tertawa melihat wajah bodoh Arumi. Harusnya Arumi sadar jika disini dia tidak memiliki tempat di hati mereka.
"Tolong bersihkan meja makan ini kami sudah selesai makan. Ayo anak-anak kita keruang tengah ayo mas" ajak Nadia lalu melewatinya Arumi begitu saja. Alvaro juga melewatinya begitu saja dan menyusul anak-anaknya. Arumi segera membereskan meja makan, sesuai perintah Nadia. Sebenarnya kepalanya pusing setelah berjalan kaki dibawah terik matahari yang sangat panas. Tapi Arumi tidak ingin cari masalah dengan Nadia dan menuruti kemauannya.
"Non Arumi biar saja. Non istirahat saja di kamar. Apa non sudah makan? " tanya bi Tuti begitu perhatian. Ia merasa kasihan melihat Arumi diperlakukan tidak baik oleh orang-orang dirumah ini.
"Tidak jangan bi biar saja nanti nyonya Nadia marah" Arumi tetap mengerjakan tugasnya sampai tuntas baru setelah itu ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Esok harinya Arumi tidak keluar-keluar dari kamarnya. Bi Tuti sudah berulang kali mengetuk pintu kamarnya tapi Arumi tidak kunjung membukanya.
"Non Arumi non!! " panggil Bi Tuti dengan panik dari luar. Ia takut Arumi kenapa-napa di dalam sana.
"Ada apa bi? mana Arumi? " tanya Alvaro.
"Non Arumi tidak keluar dari kamarnya sejak kemarin siang tuan. Bahkan dia tidak makan sama sekali tuan tolong buka pintu kamarnya. Tuan kan ada kunci cadangannya" ucap bi Tuti memohon. Alvaro langsung mengambil kunci cadangan yang dipegangnya. Ia buka pintu kamar Arumi dan masuk ke dalamnya. Terlihat Arumi sedang tertidur dengan baju yang sama seperti kemarin. Alvaro mendekatinya dan memegang tangan Arumi yang sangat panas.
"Bapak... bapak... bapak.. " ucap Arumi lirih dengan mata terpejam. Di pipi Arumi terlihat lebam akibat tamparannya kemarin. Alvaro merasa bersalah karena sudah melakukan kekerasan pada Arumi karena kemarin Nara bilang padanya kalau Arumi menolongnya dan tidak mencelakainya.
"Merepotkan sekali" gumam Alvaro lalu segera mengangkat tubuh Arumi untuk dibawa kerumah sakit.
"Tuan non Arumi kenapa?! " tanya bi Tuti khawatir.
"Dia sakit bi, saya mau antar dia kerumah sakit dulu" jawab Alvaro.
Anak-anak mereka melihat papa mereka menggendong Arumi yang sedang sakit. Nia terlihat paling tidak suka dan melaporkan hal ini pada mamanya.
"Ma papa mulai perhatian dengan babu itu.Mama harus singkirkan dia ma. Aku nggak mau Arumi mengambil posisi mama di rumah ini- Nia"
Tak lama kemudian ada pesan balasan dari Nadia.
"Kamu tenang saja Nia. Papamu sangat mencintai mama dan kita akan kembali bersama seperti dulu. Tapi mama butuh bantuanmu sayang. Terutama bantuan kakakmu"
"Bantuan apa ma? " tanya Nia
"Kita akan bertemu nanti siang ajak juga kakakmu sayang. Mama akan jelaskan rencana mama pada kalian. " jawab Nadia.