"Papa bisa jadi pria ini adalah maling yang masuk ke dalam rumah kita. Kita lihat apa yang ada di dalam tas yang ia bawa" Niko membuka paksa tas milik pria itu dan menemukan barang-barang berharga di dalamnya. Nia sampai terperangah tak percaya karena orang suruhannya malah ikut mencuri barang-barang di rumahnya. Kalau begini dia bisa gagal mengusir Arumi dari rumah ini.
"Benar kan pa?! dia maling!! lagian kemana satpam dirumah ini sampai maling bisa masuk ke rumah ini!! " Niko menggeret pria itu keluar dari kamar Arumi. Sedangkan Nia malah kalang kabut takut jika pria itu akan menyebutkan namanya. Dia bisa dihukum oleh papanya jika ketahuan.
"Bagaimana ini apa yang harus aku lakukan? " batinnya resah. Nia ikut keluar menyusul mereka dan segera menelpon mamanya untuk menolongnya. Sedangkan di dalam sana Arumi hanya menangis sambil memegang pipinya yang ditampar oleh Alvaro.
"Maafkan aku" ucap Alvaro menyesal. Dia pun pergi meninggalkan Arumi untuk menghajar maling yang sudah melecehkan istrinya.
Dari luar terdengar suara ribut-ribut. Arumi melihat di balik jendela Alvaro menghajar pria itu sampai babak belur.
"Jangan hentikan!! aku hanya disuruh oleh dia hentikan ahkkk!!! " pria itu menunjuk Nia di hadapan Alvaro dan Niko. Wajah Alvaro mengeras saat mendengarnya. Dia tak menyangka Nia bisa melakukan perbuatan kotor seperti ini.
"Nia apa benar yang dikatakan pria ini?! " tanya Alvaro sambil menatap putrinya itu dengan tajam.
"Maafkan Nia pa, Nia... "
PLAK PLAKK
Alvaro tidak akan memberi ampun meski itu adalah anaknya sendiri. Arumi langsung berlari menghentikan Alvaro agar tidak menyakiti Nia.
"Hentikan mas!! ingat dia anakmu darah dagingmu!! " ucap Arumi menyadarkannya. Setan bisa saja lewat dan membuat suaminya khilaf melakukan kesalahan yang akan dia sesali seumur hidupnya.
Nia memegang pipinya yang kebas akibat tamparan yang dilayangkan oleh papa kandungnya sendiri. Bukannya terharu saat Arumi membelanya Nia malah semakin membencinya.
"Ada apa ini?! " Nadia tiba-tiba datang melihat kekisruhan yang terjadi. Nia langsung menangis memeluk mamanya.
"Mama!! hiks hiks hiks hiks" tangis Nia di dalam pelukan mamanya.
"Kenapa pipi kamu?! siapa yang memukulmu?! " tanya Nadia.
"Aku yang memukulnya!! ini semua karena didikanmu Nia jadi kurang ajar dan seenaknya begini!! Dia membayar orang untuk melecehkan Arumi dan mencuri barang-barang dirumahku!! " seru Alvaro.
"Ohh jadi gara-gara wanita ini kamu memukul anakmu sendiri?! Nia bereskan pakaianmu sekarang juga!! ikut mama pergi dari rumah ini!! " suruh Nadia.
"Nia tidak akan kemana-mana. Hak asuh anak seluruhnya jatuh ke tanganku!! kalau kau nekat membawanya aku akan melaporkanmu ke kantor polisi!! " ancam Alvaro.
"Alvaro!! " Nadia sampai tak bisa berkata-kata lagi karena kalau dia nekat Alvaro tak akan segan-segan memenjarakan dirinya. Nia memandang Arumi dengan penuh kebencian lalu berlari masuk ke dalam kamarnya.
"Puas kamu mas!! kamu harusnya lebih membela Nia bukannya wanita itu!! " Nadia ikut masuk menyusul Nia ke dalam kamarnya. Alvaro menghela nafas kasar. Nadia selalu saja memanjakan anak-anaknya hingga tumbuh menjadi orang yang suka melawan dan membangkang pada orang tua. Itulah salah satu alasan dirinya menceraikan Nadia.
Arumi merasa tidak enak karena dirinya Alvaro bertengkar dengan anak dan mantan istrinya. Dia juga tak menginginkan semua ini terjadi.
"Maafkan aku mas ini semua salahku" ucap Arumi.
"Aku yang minta maaf padamu. Maaf sudah memukulmu. Sekarang masuklah ke dalam kamarmu." perintah Alvaro.
"Iya mas" Arumi kemudian masuk ke dalam rumah sementara itu Alvaro mengurusi maling tadi untuk dibawa ke kantor polisi.
***
Arumi tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian kemarin yang menimpanya. Dia membolak-balikkan tubuhnya dengan gelisah takut jika ada orang lain masuk ke dalam kamarnya. Ia memutuskan untuk keluar dari kamar untuk membuat segelas kopi untuk dirinya sendiri tapi malah bertemu dengan Alvaro yang sedang menyeduh kopi sendirian.
"Mas" sapa Arumi.
"Kenapa belum tidur ? ini sudah jam 2 pagi" tanya Alvaro dengan nada sedikit galak.
"Aku gak bisa tidur mas" jawab Arumi takut.
"Kenapa? "
"Aku takut"
"Tenang saja satpamnya sudah aku ganti dan penjagaan juga sudah ku perketat. Tidak akan ada orang lain yang masuk ke dalam rumah ini seperti kemarin. Jika mau masih takut tidurlah denganku malam ini" tawarnya.
"Tidak usah mas aku ingin tidur di kamarku saja" tolak Arumi tak enak.
"Terserah kau saja. Jika kamu takut datanglah ke kamarku" ucapnya. Alvaro kemudian naik ke atas kamarnya sambil membawa kopi buatannya. Arumi urung membuat kopi karena merasa legah sekarang tidak perlu ada yang khawatirkan.
Esok paginya Arumi memasak seperti biasa dan menaruh bekal untuk suaminya bawa ke kantor.
"Bekal siapa ini? untuk Nara? " tanya Niko.
"Untuk mas Alvaro" jawab Arumi malu-malu.
"Oh untuk papa aja ya, buat aku mana?"
"Kamu mau juga ya? tunggu sebentar" Arumi membuat bekal satu lagi untuk Niko bawa ke kampus. Nia tidak ikut sarapan dan pergi pagi-pagi sekali hingga hanya ada Alvaro, Nara, dan Niko yang makan bersama di meja makan. Alvaro menatap tanpa minat kotak bekal yang disiapkan oleh Arumi. Seumur hidup dia tidak pernah dibuatkan bekal makan siang oleh mantan istrinya.
"Mas bawalah ini ke kantor" ucap Arumi setelah mereka selesai sarapan.
"Kamu pikir aku ini anak Tk?! kasih aja ke Nara atau Niko. Aku mau pergi sekarang minggir!! " usir Alvaro.
"Tapi mas aku susah payah membuatnya" ucapnya sedih. Melihat mata Arumi yang berkaca-kaca membuat Alvaro jadi tidak tega.
"Sini kemarikan!! " Alvaro mengambil kotak makan itu dengan terpaksa. Mata Arumi langsung berbinar saat Alvaro membawa kotak bekal yang dibuatnya. Setelah itu Alvaro kembali berjalan keluar dari rumahnya tapi Arumi malah menyusulnya sampai di teras.
"Ada apa lagi?! " tanya Alvaro galak. Arumi mencium tangan Alvaro lalu berlari masuk kembali ke dalam rumah. Alvaro sempat terpaku di tempatnya karena kejadiannya begitu cepat. Selama ini Nadia tidak pernah mencium tangannya. Baru kali ini dia merasa dihormati dan dihargai sebagai seorang suami. Tiba-tiba saja hatinya menghangat mendapatkan perlakuan seperti ini.
"Tidak Alvaro jangan lupa Arumi adalah wanita yang menjual tubuhnya demi uang. Dia sama seperti mantan istrimu. Semua wanita itu mata duitan dan tak ada yang benar-benar tulis mencintaimu. Yang mereka mau hanyalah uang uang uang dan uang saja" Alvaro menatap kotak makan itu sejenak dan langsung membuangnya di kotak sampah di luar rumahnya. Tidak akan ia biarkan Arumi masuk ke dalam hatinya walau hanya secela saja. Cepat atau lambat dia akan menceraikan Arumi dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.