Kehangatan Keluarga (Dulu)

1011 Words
"Seandainya masa lalu bisa terulang. Aku mungkin akan memperbaiki kesalahan yang pernah kubuat." **** Setelah Bhiya menikah, Bhiya memilih untuk tetap mengajar di sebuah universitas di kotanya. Padahal, Bhiya sudah menikah dengan pengusaha yang kaya tapi dia memilih untuk tetap bekerja, bukan karena dirinya kekurangan uang melainkan dia tidak ingin bosan hanya di rumah, jadi dia mengisi waktu luangnya untuk mengajar bertemu rekan seprofesi dan anak-anak didikannya. Dulu Bhiya disayang bak seorang ratu. Parasnya yang cantik, attitude nya yang sopan dan kecerdasannya. Bhiya bukanlah anak orang kaya seperti Marvel tapi dengan beruntung dia bisa mendapatkan Marvel untuk menjadi pendamping Ibunya. Semua orang kagum dan iri melihat kebahagiaan Bhiya dan Marvel dari sebelum menikah sampai mereka sudah menikah. Bhiya pun demikian dia juga merasa bersyukur memiliki suami seperti Marvel dan mertua seperti Dian. Tapi, tidak dengan adik iparnya, Mario. Mario selalu bersikap sinis dan ketus terhadap dirinya, banyak yang belum tahu aku dan Mario adalah mantan pacar sewaktu duduk dibangku sekolah menengah atas. Hubungan Kita kandas karena dulu Mario lebih memilih untuk kuliah di luar negri sedangkan Bhiya yang berasal dari keluarga sederhana hanya bisa mengandalkan beasiswa. Itupun seandainya dulu dia tidak bisa mendapatkan beasiswa dia akan memilih bekerja terlebih dahulu untuk mengupulkan uang dan melanjutkan kuliahnya. Tapi, ternyata Allah mempunyai rencana lain dia mendapatkan beasiswa dan akhirnya bisa menyelesaikan study nya sampai S2. Lambat laun Bhiya berhasil mengangkat derajat keluarganya, ia memberikan usaha untuk keluarganya agar tidak perlu lagi bekerja sebagai kuli bangunan. Memang usaha yang Bhiya berikan belum mampu menandingi usaha suaminya yang sudah besar. Tapi, dengan begitu keluarga Bhiya tidak perlu terlalu lelah lagi. Kadang kala juga Bhiya akan memberikan uang untuk mereka dan juga adiknya sebagai baktinya menjadi seorang anak. Mertuanya selalu menyayanginya seperti anaknya sendiri. Apalagi saat dia mengandung anak pertama, cucu pertama di keluarga Ambaratama. "Kamu harus terus jaga kesehatan, Bhiya. Enggak boleh capek-capek kalau mau apapun bilang aja sama Mama atau suami kamu. Aduh mama seneng banget kamu cepet hamil." "Iya, Mah. Ini 'kan juga berkat doa mama." "Aduh sayang oma udah enggak sabar untuk nunggu kamu, nak." Dia mengelus perut sang menantu yang belum terlalu besar. "Iya, sabar ya, oma," jawab Dian menirukan suara anak kecil. Mereka tertawa bersama sambil menunggu Marvel mengambil tas untuk dia dan dirinya berangkat kerja. "Ayo sayang Kita berangkat," ucap Marvel datang membawakan tasnya. "Iya, Mas. Sini aku Aja yang bawa." "Udah enggak usah kamu enggak boleh bawa yang berat-berat biar aku Aja yang bawa." "Astaga, Mas Itu isinya cuma dompet buku sama laptop aja masa enggak boleh bawa," jawab Bhiya memberengut kesal. Marvel yang gemas melihat bibir mungil istrinya lantas menciumnya sekilas. Padahal, di sana ada Ibunya tapi dengan pedenya Marvel mencium bibir istrinya di depan sang Ibu. Bhiya tersenyum malu, lantas mencubit perut suaminya Itu, "Mas kamu ini ada Ibu tahu, malu," jawab Bhiya tidak enak diperhatikan oleh Ibunya. "Enggak papa wajar dulu papa juga sering gitu kalau awal-awal menikah," jawab Makanya sambil tersenyum hangat. "Tuh, kata mama aja enggak papa. Berarti lagi boleh dong, Ma?" "Mas kamu ini, ih...." Marvel sangat senang menggoda istrinya, karena dengan menggoda istrinya dia jadi tambah menggemaskan apalagi aura hamil yang istrinya pancarkan Itu membuatnya ingin memasukkan kamar dan menerkamnya sampai habis. Tiba-tiba Mario melewati mereka dengan sinis, "Bisa enggak kalau mesra-mesraan Itu jangan di depan pintu gini. Di kamar kek lo kata ini tempat umum buat b******u lo bedua." Mario kesal melihat mereka berdua yang selalu bermesraan dengan dirinya. Apalagi melihat Bhiya bahagia dengan Kakaknya. "Sirik aja sih, Lo. Makanya buruan Cari istri biar bisa dicumbu di mana-mana." Mario hanya memutar bola matanya malas. Dia melihat Bhiya sekilas yang hanya terdiam canggung tidak berani menatap mata Mario. Mario yakin Bhiya Masih mencintainya tidak mungkin Bhiya melupakan dirinya secepat Itu. Bhiya aku pasti bakal rebut kamu lagi dari Kakak.  "Mah aku pamit. Males liat dua orang ini, artis bukan apa bukan Cari sensasi mulu di rumah," ucap Mario menyalami tangan Ibunya. "Idih, sirik aja lo," saut Marvel meledek adiknya.  "Mario kalau ngomong enggak boleh kayak gitu, mereka 'kan Kakak kamu." Mario hanya menjawab dengan deheman setelah dia segera pergi ke luar lebih dulu daripada harus melihat drama kakak dan mantan pacarnya Itu. "Maafin, Mario ya. Enggak tahu kenapa setelah Kakaknya menikah dia jadi sensi gitu, Bhiya," kata Mamanya menasihati Bhiya agar tidak terlalu memikirkan ucapan Mario tadi. "Iya enggak papa kok, Ma." Tidak banyak yang tahu kalau Bhiya adalah mantan pacar Mario kecuali dirinya dan keluarganya. Ya, keluarganya sudah tahu karena dulu Mario sering ke rumah dan keluarganya pun setuju dengan Mario. Sampai suatu Hari Bhiya tidak bisa untuk bertahan di hubungan jarak jauh kemudian keduanya memilih untuk berpisah walaupun dulu mereka Masih saling menyayangi. "Yaudah kalian berangkat gih. Nanti kesiangan loh," ucap Mamanya. "Iya, yaudah yuk, Mas," jawab Bhiya  "Ma aku sama Bhiya pamit dulu." "Iya kalian hati-hati, ya. Bhiya jaga kandungan kamu nak jangan sampai terjadi sesuatu mama enggak sabar nunggu dia lahir." Bhiya tersenyum manis dan menganggukan kepalanya. "Pasti bakal Bhiya jaga kok, Ma. Makasih ya perhatian Mama sama kayak keluarga aku." "Iyalah. Kamu Itu 'kan keluarga mama juga. Anak mama juga." Bhiya mengangguk mendekap erat Mama mertuanya. Setelah Itu mereka pamit untuk berangkat kerja. Marvel tidak membiarkan Bhiya membawa tas-tas kerjanya. Dia tidak mau Bhiya membawa tas berat-berat jadi dia memilih untuk membantu istrinya membawa tas tersebut. "Mas aku enggak enak nih kamu bawain tas aku seharusnya 'kan aku yang bawain." "Udah kamu santai aja sih. Kayak sama siapa aja akukan suami kamu," ucap Marvel sambil mendekap pinggang istrinya selama mereka berjalan ke mobil. Bhiya hanya mengangguk lantas mencium pipi Marvel. Walaupun tidak sepenuhnya tercapai karena tinggi Marvel yang tidak sepadan dengan dirinya. "Ih istri aku cium-cium," ledek Marvel. "Iiih, Mas Marvel masa aku cium enggak boleh. Yaudah aku cium orang lain ni...." Bhiya kalau sudah manja gini benar-benar ingin Marvel bawa ke kamar. Tapi, dia harus puasa dulu karena kandungan Bhiya Masih rentan. Sedangkan di belakang Ibunya menggelengkan kepala melihat keromantisan anak dan menantunya. Dia merasa menjadi mertua paling beruntung pula mendapatkan Bhiya. Dia berharap segera mendapatkan cucu dari anak pertamanya, Marvel. Penerus keluarga Ambaratama. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD