***
Hari-hari kulalui dengan gembira sejak terakhir kali aku dan Galen ngobrol seru bersama mama, kak Refan dan Kak Reta beberapa hari yang lalu. Mama juga tak pernah menanyakan bagaimana perasaanku saat ini. Wanita terhebatku itu seolah menahan semua rasa penasarannya tentang keadaanku. Mama juga jarang menelponku tetapi justru rajin mengganggu Galen. Beruntung Galen tidak merasa terganggu. Dia senang-senang saja diteror calon ibu mertua, begitu katanya padaku.
Syukurlah, aku cukup senang mendengar itu. Setidaknya Galen bukan lelaki yang arrogant yang tidak suka mengenal keluargaku. Namun, yang aku sayangkan adalah aku belum pernah berbicara dengan keluarganya.
Galen sendiri sekalipun belum pernah menawari diriku tentang hal itu. Sementara aku terlalu segan untuk meminta. Padahal itu
