Ciuman lembut Jupiter menjalar dari bibir sampai ke lidah. Hembusan napas mint yang menyegarkan masuk melalui lidah Jelita yang dibelai hangatnya lidah Jupiter di mulutnya. Ada desah halus yang terdengar dari balik napas dan bibir Jelita yang ternyata lebih ranum dari dikira oleh Jupiter sebelumnya.
Bulu roma Jelita naik meninggi dengan selentingan gai rah yang menggelitik birahi*nya. Tapi Jupiter juga merasakan hal yang sama. Bedanya, Jupiter mencoba menggunakan Jelita untuk menghilangkan sisa rasa cintanya pada Putri.
Jupiter lalu melepaskan perlahan bibir dengan lip tint nude pink yang menggoda itu. Bukan hanya warna lipstiknya yang lembut tapi menggoda yang membuat Jupiter jadi lupa diri, tapi bentuk bibir dan cara Jelita mencium disukai oleh Jupiter. Di antara ahli dan polos, kemampuan mencumbunya berada di pertengahan.
Jupiter memandang Jelita dari jarak sangat dekat dan gadis itu masih menundukkan padangan sampai bulu matanya naik dan terlihat bola mata hitam yang punya gai rah yang tak biasa itu. Saat Jupiter hendak mengecap lagi, sebuah suara tiba-tiba muncul dan mengejutkan mereka berdua.
“Jelita?” panggil Samuel yang berdiri di dekat meja Jelita bersama kekasih barunya. Jelita yang terkesiap langsung menoleh dan itu sesungguhnya membuyarkan semuanya. Samuel sedikit memicingkan matanya dan bisa melihat jika yang dilakukan Jelita hanya pura-pura. Ia bisa mencium sebuah rencana yang tengah dijalankan gadis itu untuk membuatnya cemburu. Itulah mengapa ia memasang sikap tubuh angkuh dan itu dapat dibaca dengan baik oleh Jupiter. Sayangnya Jelita tak bisa.
“Sam?” Jelita malah kembali terpesona oleh Samuel dan itu membuat Jupiter jadi mual. Sedikit ia berpaling ke kanan dan menggelengkan kepalanya pelan tak kentara.
“Apa yang kamu lakuin?” tanya Samuel dengan bahasa Indonesia yang membuat Jupiter sedikit mengernyit. Matanya lalu melihat ke arah pria yang dipanggil Samuel itu dengan ujung mata. Pria itu tak tahu jika Jupiter sangat fasih berbahasa Indonesia. Masalahnya Jupiter tak tahu asal muasal Jelita sama sekali.
“Aku ... aku sudah pacaran sama orang lain!” jawab Jelita gugup berniat pamer sekaligus membuat Samuel cemburu. Namun bukan itu yang ia dapatkan melainkan dengusan sinis dari Samuel. Jupiter yang mengernyit jadi ingin sekali memukul wajah pria itu. Tapi ia benar-benar harus mengendalikan diri. Jupiter sedikit menatap sinis pada pria bernama Samuel tersebut. Rasanya pria itu bukan orang biasa.
“Udah deh, kamu gak perlu kayak anak kecil mau ngebalas aku segala. Udahlah, putus ya putus aja! Aku gak akan cemburu sekalipun kamu tidur sama cowok lain!” sindir Samuel dengan amat sinis lalu melirik pada Jupiter memberikannya delikan sekaligus menyeringai.
Wanita yang bersama Samuel ikut tersenyum sinis meski ia mungkin tak tahu persis apa yang diucapkan prianya namun ia paham jika ia sedang menyindir mantan kekasih. Matanya lalu melirik pada Jupiter dan menyeringai nakal.
Sedangkan Jelita bahkan tak tahu harus menjawab apa saat ia dikonfrontasi seperti itu oleh seseorang jadi kebingungan tak bisa menjawab.
Jupiter tak mau membalas namun ia tahu sedang diperhatikan. Samuel lalu sedikit mendekat dan makin menusuk Jelita yang rasanya ingin menangis.
“Kamu gak usah nge stalking aku lagi. Aku uda hilang rasa sama kamu, lebih baik kamu terima kenyataan!” sambung Samuel dengan sombongnya. Jupiter yang mendengar lalu menyentuh pisau yang digunakan untuk memotong makanan. Jika boleh ia ingin menusukkan pisau itu di leher Samuel.
Samuel pun menarik wanita sek si yang ia bawa bersamanya dengan gaya paling norak yang pernah dilihat oleh Jupiter. Bukannya marah, Jupiter malah kasihan pada Jelita. Ia menoleh pada Jelita yang kesal setengah mati. Tapi Jupiter harus tetap berakting.
“How about it?” Jelita langsung menoleh pada Jupiter dengan mata membesar seperti akan memarahi.
“Bagaimana yang apanya? Kamu tidak tahu jika tadi dia tadi mengejekku? Dia tahu jika aku hanya pura-pura!” sahut Jelita separuh menghardik kesal. Jupiter hanya tenang memandangnya dan itu membuat Jelita sadar jika Jupiter pasti tak mengerti apa yang dikatakan oleh Sam.
“Oh aku lupa kamu tidak bisa bahasa Indonesia, maaf!” ucap Jelita dengan nada lebih rendah.
“Jadi kalian orang Indonesia?” tanya Jupiter pura-pura tidak tahu. Jelita mengatupkan bibirnya dan mengangguk.
“Ayahku orang Indonesia. Jadi kami bicara dua bahasa.” Jupiter mengangguk mengerti. Ia mengangguk dan mengajak Jelita untuk sarapan.
“Kamu mau roti yang mana? Aku rasa mereka semua enak!” tawar Jupiter membuat Jelita jadi makin kesal. Ia memajukan bibirnya dan mendelik pada Jupiter yang malah menawarkan makanan di saat seperti ini.
“Kamu malah ingin makan sementara kita sudah gagal!” tukas Jelita menaikkan lagi nada suara. Jupiter menghela napasnya.
“Aku sudah lapara. Lagi pula jika gagal kan kita bisa coba lagi. Kita punya satu minggu kontrak bukan? Itu waktu yang cukup panjang untuk membuat pria itu cemburu!” jawab Jupiter dengan tenang memindahkan beberapa menu ke piring milik Jelita. Jelita awalnya tak sadar sampai dia sadar jika Jupiter seperti tengah melayaninya.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Kenapa? Kamu belum pernah dilayani oleh pacarmu ya? Hehe ... aku biasa melakukan ini. Terutama untuk pelanggan VIP.” Jelita membulatkan mulutnya dan mengangguk mengerti. Tentu saja Jupiter melakukannya demi uang. Akhirnya Jelita ikut makan meski ia tak makan banyak.
“Aku tidak makan banyak karbohidrat dan gula.” Jupiter mengangguk pelan.
“Wow, kamu hidup sehat?” Jelita mengangguk lagi dan meminum teh hijaunya.
“Pantas tubuhmu seksi.” Jelita hanya mengangkat ujung bibirnya dan kembali berpikir lagi.
“Lalu bagaimana lagi sekarang?” tanya Jelita dengan nada pasrah.
“Apa yang bagaimana?” tanya Jupiter mengelap ujung bibirnya. Jelita lalu menoleh pada Jupiter.
“Ya misi membuat dia cemburu!” Jupiter mengangguk dan tersenyum pelan.
“Kamu harus tenang jika tidak rencanamu tak akan berjalan dengan baik!” Jelita hanya bisa memajukan bibirnya dan mendengus kesal.
“Aku harus pergi, ada janji. Aku minta imbalanku!” sambung Jupiter lagi. Jelita menoleh ke arahnya dan mengernyitkan keningnya.
“Huh, apa maksudmu?” tanya Jelita dengan wajah bingung.
“Bukankah tadi kamu setuju memberikan aku imbalas setiap kali aku selesai melaksanakan permintaanmu?” Jelita sedikit tertegun bingung dan diam sementara Jupiter jadi makin nakal dan mendekat membuat wajah Jelita jadi merah merona.
“Kamu mau apa?”
“Quickie!” jawab Jupiter singkat tanpa malu. Kening Jeliat mengernyit. Apa itu?
“Huh?” Jelita tampak tak mengerti. Jupiter sedikit terkesiap dan tak tahu jika gadis seperti Jelita tak tahu apa itu quickie.
“Kamu tidak tahu apa itu?” Jelita menggeleng dengan polos. Wow, kejutan buat Jupiter.
“Quick se x!” sambung Jupiter santai membuat mata cantik melebar lagi. Wajah kebingungannya membuat Jupiter benar-benar gemas.
“A-Aku tidak mengerti!”
“Apa kamu pernah berhubungan intim? Kamu bukan perawankan?” Jelita mengangguk.
“Itu sama saja hanya waktunya lebih singkat. Dimana kamu mau melakukannya, di kamar mandi atau kita di mobil saja!” Jupiter mengambil tangan Jelita hendak mengajaknya ke salah satu bilik. Jelita yang tak tahu apa-apa jadi panik.
“T-Tunggu dulu!” Jelita menarik tangan Jupiter.
“Kita kan sudah ada perjanjian!” Jupiter memaksa. Jelita yang tak siap tetap menolak.
“Tapi kan tidak berhasil. Aku akan memberikan imbalan jika kamu berhasil!” Jupiter terpaksa duduk lagi dan menghela napasnya kesal. Sedangkan Jelita perlahan tersenyum karena menang dari Jupiter.
***
Setelah urusan pekerjaannya selesai, Jupiter menepati janjinya untuk menemui Ares di rumah sakit. Sayangnya, Ares ternyata tak ada di kamarnya.
“Lo duduk di sini, nanti sakit lagi!” tegur Jupiter yang tiba-tiba datang. Ares terkesiap dan langsung menoleh lalu tersenyum. Jupiter lantas duduk di samping Ares yang terlihat sangat senang karena kembarannya yang datang berkunjung.
“Kenapa lo bisa tau gue ada di sini?” tanya Ares dengan senyumannya.
“Telepati, gue tau apa yang lo pikirin, hehehe!” Ares ikut terkekeh masih memandang Jupiter.
“Gak, tadi gue tanya sama perawat!” sambung Jupiter masih tersenyum.
“Ayo masuk ke dalam, di sini dingin. Lo kan gak suka dingin,” celetuknya lagi. Ares masih tersenyum dan menyandarkan punggungnya di bangku tersebut. Jupiter pun menghela napas dan ikut bersandar.
“Lo bilang datangnya malam.” Jupiter mengangguk dan memandang ke arah beberapa pohon yang ada di taman rumah sakit itu. Beberapa dokter terlihat berseliweran di tempat mereka tengah bicara.
“Rencananya, tapi biar sisa kerjaan Rhodes yang ngerjain. Gue mau liat adek gue sakit! Gak boleh?”
“Jadi gue masih adek lo?” Jupiter terkekeh dan mendengus.
“Trus lo mau jadi kakak? Boleh!” Ares menggeleng masih menyengir dan mendekat pada Jupiter lalu menyandarkan sejenak sisi kepalanya dengan sikap yang menggemaskan. Jupiter sampai terkekeh dan tak menolak kepala Ares yang mulai kembali seperti sedia kala.
“Udah gak usah sok imut!”
“Abisnya gue senang lo datang!” sahut Ares cepat. Jupiter hanya tersenyum saja lalu matanya ikut memperhatikan pasangan baya yang ada di depan mereka. Begitu pula dengan Ares yang menegakkan kembali tubuhnya. Mereka terdiam beberapa saat dan tak bicara sampai Ares memulai semuanya.
“Gue minta maaf, Pit. Gue bener-bener salah dan bodoh udah nyakitin lo. Lebih dari itu gue udah mengkhianati lo,” gumam Ares setelah diam terlalu lama. Jupiter masih tak menjawab dan bernapas dengan tenang.
“Gue mengakui kalau malam itu gue memang datang untuk ketemu sama Putri. Gue ingin meninggalkan semua perasaan gue sama dia. Tapi kemudian gue menyerah dengan kebodohan gue dan mencium dia. Gue minta maaf, Pit. Itu semua salah gue. Putri gak salah sama sekali.” Pandangan Jupiter masih lurus sedangkan Ares sudah menundukkan matanya. Tangan Ares mengepal. Ia ingin melepaskan beban di hatinya selama ini. Itulah mengapa ia meminta Jupiter untuk datang.
“Yang gue lakukan apa pun itu yang menyakiti lo, gue minta maaf. Hak lo jika lo gak mau memaafkan gue. Kesalahan gue memang sangat besar untuk dimaklumi,” tambah Ares lagi.
“Tapi gue sayang banget sama lo. Gue gak mau kehilangan lo. Gue lebih rela kehilangan semua hal kecuali lo, Pit.” Ares menoleh pada Jupiter dengan wajah sendu dan Jupiter ikut menoleh padanya. Ia menghela napasnya dan sedikit tersenyum. Jupiter mengucek rambut Ares dan mendengus tersenyum.
“Jujur, gue kecewa. Sangat kecewa sama lo ....” Jupiter melepaskan tangannya dari kepala Ares.
“Res, gue juga sayang sama lo. Gue selalu punya ketakutan saat lo duduk jadi Leader tertinggi Golden Dragon, nyawa lo akan terancam. Gue sampe stres berbulan-bulan mikirin itu. Tapi ternyata itu gak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang lo berikan ke gue kemarin.” Ares menundukkan kepalanya dan hanya mendengar saja.
“Ini bukan soal rasa cinta lo sama Putri atau lo yang mau melepaskan perasaan sama dia. Bukan ... bukan soal itu gue marah dan kecewa. Gue marah karena ternyata gue orang yang paling terakhir tahu di dunia ini kalo selama ini lo menyimpan cinta lo untuk Putri!” sahut Jupiter meluapkan isi hatinya.
“Gue pikir gue kenal sama lo. Gue bahkan bisa merasakan lo ada di mana. Karena ikatan batin kita yang sangat kuat, gue seharusnya tau apa yang lo rasain! Tapi ternyata, lo bohongin bertahun-tahun! Gue kecewa ... sangat kecewa!” Jupiter menarik napasnya dengan tenang. Cepat atau lambat ia memang harus menyelesaikan urusannya dengan Ares, suka atau tidak. Mungkin ini saat yang tepat sehingga tak ada lagi kebohongan di antara mereka.
“Bahkan Andy dan Rei lebih duluan tau dari gue! Kalo lo memang sayang sama gue, apa pantas gue berada di posisi seperti itu?” Jupiter menoleh pada Ares dengan wajah serius. Ares ikut menoleh dan memejamkan sejenak matanya lalu mengangguk.
“Maafin gue. Gue menyimpan itu semua karena gak mau menyakiti lo!” Jupiter terkekeh kecil dan tersenyum sinis.
“Pada akhirnya kita seperti ini. Kita bertengkar hebat gara-gara cinta segitiga. Kalau Mommy dan Daddy tau hal ini, gue gak tau harus gimana ngejelasinnya sama mereka!” tukas Jupiter lagi.
“Sebenarnya gue berencana untuk ngaku sama Daddy dan Mommy!” Jupiter langsung menoleh dan mendelik.
“Kalo lo berani, gue pukul kepala lo!” Ares langsung cemberut.