5

1520 Words
Lynn mengemasi barang-barang penting yang ia butuhkan. Ia mengambil beberapa lembar baju dari walk in closet. Gerakannya terhenti sesaat, ia memegangi perutnya yang masih datar. “Mom tidak akan pernah menggugurkanmu, Nak. Mari kita jalani kehidupan kita bersama. Ajari Mom untuk mencintaimu.” Lynn mengelus perutnya. Hidupnya ke depan akan lebih sulit, tapi ia tidak akan menyerah. Ada kehidupan yang harus ia perjuangkan. Ia harus lebih kuat dari sebelumnya, untuk dirinya sendiri dan janin yang ia kandung. Dengan sebuah koper, Lynn keluar dari kamarnya. Ia melangkah menuruni tangga dengan hati-hati, menyeret kopernya perlahan. Di ruang tamu, ayah, ibu tirinya dan Shirley sudah menunggu. Ayah Lynn sangat membenci sikap keras kepala Lynn yang diturunkan darinya itu. Kenapa putrinya harus begitu keras mempertahankan janin yang bahkan tidak diketahui siapa ayahnya? Apakah hidup di luar memang jauh lebih baik dari pada tinggal di kediamannya yang megah? Memikirkan hal itu ayah Lynn menjadi sangat marah. “Terima kasih untuk semuanya. Aku pergi.” Lynn hanya mengatakan kata perpisahan yang singkat. “Kau benar-benar tahu cara membalas budi dengan baik, Lynn.” Ayah Lynn bersuara dingin. “Maaf karena telah mengecewakanmu, Dad. Selamat tinggal.” Lynn bersiap hendak pergi, ia memegangi gagang kopernya pasti lalu melangkah. “Berhenti!” suara tegas itu terdengar. Shirley mengerutkan kening. Kenapa ayahnya harus menghentikan Lynn. Apakah ayahnya berubah pikiran? Pemikiran yang sama terdapat di otak ibu Shirley. Ia sudah sangat muak melihat Lynn setiap hari, jika suaminya berubah pikiran itu artinya ia harus bertahan lebih dalam rasa muak itu. “Kau akan tinggal bersama ibumu untuk sementara waktu. Pergilah ke sana.” Ayah Lynn melemparkan tiket pesawat ke meja. “Aku tidak akan pergi ke sana,” tolak Lynn. “Jika kau terus membangkang, aku akan mempersulit setiap gerak-gerikmu, Lynn. Percayalah, Daddy mampu melakukannya.” Ayah Lynn mengancam. Meski pria ini tidak begitu mencintai putrinya dari hasil hubungan terlarang, tapi ia tetap tidak ingin putrinya berkeliaran sendirian di luar sana. Bagaimanapun terdapat darahnya yang  mengalir di tubuh Lynn. Lynn diam sejenak sebelum akhirnya ia meraih tiket yang diberikan oleh ayahnya. Ia yakin bisa hidup di luaran sana tanpa kemewahan dari ayahnya, tapi jika ayahnya berniat ingin menekannya dan membuat ia kesulitan maka mungkin itu tidak akan bisa ia lewati dengan mudah. Tidak masalah ia tinggal di mana setelah ini, yang penting ia bisa melahirkan janin yang ia kandung saat ini. “Sopir akan mengantarmu ke bandara. Pergilah!” seru ayah Lynn. Lynn tidak mengatakan apapun lagi selain menarik kopernya bersamanya. Ayah Lynn segera meninggalkan ruang tamu setelah ia melihat Lynn pergi. Ia masuk ke dalam ruang kerjanya, mulai menenggelamkan diri dalam kesibukannya. Sejujurnya ia tidak ingin melepas Lynn pergi, tapi membiarkan Lynn berada di sisinya dengan kenyataan bahwa saat ini Lynn mengandung maka itu hanya akan menjadi aib untuknya. Lynn adalah bayangannya, ia menyadari itu sepenuhnya. Ketika ia melihat Lynn, ia merasa melihat dirinya sendiri dalam bentuk wanita. Awalnya ia memang tidak bisa menerima kehadiran Lynn. Bukan karena Lynn anak dari p*****r, tapi karena fakta p*****r yang merupakan ibu Lynn meninggalkannya begitu saja tanpa mengatakan apapun. Lenyap seolah ditelan bumi. Setelah beberapa bulan menghilang, wanita itu meninggalkan bayi mungil yang disebut sebagai putrinya. Ia tidak percaya mengingat ia tahu dari mana wanita yang berhasil menghancurkan hatinya itu berasal. Namun, tes dna menghempas keraguannya. Lynn memang putrinya dengan wanita itu. Setelah meninggalkannya, wanita itu juga meninggalkan putrinya sendiri. Ia sangat kecewa, mungkin wanita itu ingin hidup lebih bebas dengan tidak mengambil tanggung jawab merawat Lynn. Memikirkan masa lalu membuat dadanya terasa sesak. Ia pikir ia sudah berhenti mencintai wanita itu, tapi ternyata rasanya masih ada. Ia masih mencintai wanita yang telah meninggalkannya. Ayah Lynn menyudahi pemikirannya. Saat ini wanita itu yang harus mengambil tanggung jawab menjaga Lynn. Ia tidak berpengalaman dengan wanita hamil, tapi ibu Lynn berpengalaman dengan itu. Lynn pasti akan baik-baik saja di sana. Setelah Lynn melahirkan, ia akan memerintahkan Lynn kembali ke negaranya. Tentang janin yang Lynn kandung, ia akan memikirkannya nanti. Sementara itu ruang tamu, Shirley dan ibunya merasa tidak puas. “Daddy masih memikirkan anak p*****r itu, Mom. Aku benar-benar geram.” Shirley berkata dengan wajah buruk. “Daddymu tidak rela melepaskan anaknya dengan mantan simpanannya.” Ibu tiri Lynn mencibir.   “Aku penasaran siapa ayah janin yang Lynn kandung.” Shirley mengeluarkan apa yang ada dipikirannya saat ini. “Jika laki-laki itu hebat, maka Lynn pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengikat pria itu. Mungkin Lynn meniduri seorang sampah, jadi ia tidak mengejar pria itu,” jawab ibu tiri Lynn. “Mom benar. Lynn mendapatkan seseorang yang tepat untuk tidur dengannya.” Bibir Shirley melengkung, membuat sebuah senyuman merendahkan yang tidak pernah ia lihatkan di depan banyak orang.     Lynn kini sudah berada di negara tempat ibunya berada. Ia menaiki taksi dan menyebutkan alamat tempat tinggal ibunya. Lynn tidak asing dengan ibunya, karena ia beberapa kali bertemu dengan wanita itu. Selama 25 tahun ia hidup, mungkin ia bertemu dengan ibunya kurang dari sepuluh kali. Wanita itu sesekali akan menghubunginya, sedikit menanyakan tentang kabarnya lalu menutup panggilan. Benar, hubungan Lynn dan ibunya memang hanya sebatas itu. Taksi berhenti di depan sebuah kediaman yang jauh lebih kecil dari kediaman keluarga Archerio. Namun, dari luar rumah itu tampak nyaman. Di bagian depan rumah terdapat sebuah taman kecil yang indah. Lynn menatap rumah itu sejenak, sebelum akhirnya ia keluar dari taksi setelah membayar tagihan. Ia menyeret kopernya menuju ke depan pintu, lalu setelah itu ia mengetuk pintu. Selang beberapa detik pintu terbuka, wanita berusia kurang dari setengah abad berdiri di tengah pintu. “Lynn?” Wanita itu terkejut melihat keberadaan putrinya di kediamannya saat ini. “Aku akan tinggal di sini untuk sementara waktu.” Lynn mengatakannya tanpa basa-basi. Dari raut terkejut ibunya, ia yakin ibunya tidak tahu bahwa ia akan datang. “Masuklah.” Ibu Lynn tidak bertanya apa yang terjadi, ia membukakan pintu lebih lebar untuk putrinya. Lynn melangkah masuk melewati ibunya. Ia melihat ke dalam rumah sederhana itu, terdapat beberapa foto dirinya yang terpajang di dinding kediaman itu. Tidak ada rasa terharu yang Lynn rasakan melihat fakta bahwa ibunya ternyata memiliki beberapa fotonya. Ia bahkan sebagai seorang putri tidak memiliki foto ibunya. “Ibu akan membuatkan minuman untukmu. Duduklah dulu,” seru Letha, ibu Lynn. Kemudian wanita itu melangkah menuju ke dapur. Ia membawa segelas jus jeruk dan cemilan untuk putri cantiknya. “Minumlah. Ibu akan membereskan kamar untukmu.” Letha kembali meninggalkan putrinya. Di kediamannya ia memiliki dua kamar, satu kamar ia huni dan kamar lainnya kosong. Letha tidak pernah berpikir Lynn akan tinggal dengannya, tapi ia memang sudah menyiapkan kamar untuk Lynn. Mungkin saja suatu hari nanti putrinya akan sudi tinggal di kediamannya. Setelah selesai, ia kembali ke Lynn yang berada di ruang tamu. Ia duduk di sofa single yang ada di sebelah sofa Lynn. “Aku hamil.” Lynn memberitahukan Letha tentang kehamilannya. “Dad mengirimku ke sini agar tidak ada yang mengetahui tentang kehamilanku.” Sejenak Letha tidak bereaksi. “Apakah kau mengenal ayah janin yang kau kandung?” “Tidak.” Lynn berbohong. “Itu terjadi ketika aku mabuk.” Letha menatap putrinya campur aduk. Kenapa tragedi seperti ini terulang kembali. “Tidak apa-apa. Ibu akan membantumu merawat bayimu nanti.” “Aku tidak membutuhkan orang lain untuk merawat anakku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Lynn tidak bermaksud menyindir ibunya, tapi ia memang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Ia akan merawat anaknya dengan kedua tangannya sendiri. “Ibu tahu kau mampu melakukannya, tapi biarkan ibu membantumu. Ibu tidak bisa merawatmu dengan baik, dan ibu ingin menebusnya melalui cucu ibu.” Letha merasa sangat bersalah pada Lynn. Akan tetapi, ia berpikir semua untuk kebaikan Lynn. Tidak ada yang bagus dengan tinggal bersama ibu yang  merupakan seorang pekerja seks. Lynn hanya akan mendapatkan cemoohan dari banyak orang. Ia tahu Lynn tidak diperlakukan baik di keluarga Archerio, tapi setidaknya tidak ada orang yang berani menghina Lynn selain dari keluarga Lynn sendiri. Dan juga di keluarga Archerio, hidup Lynn lebih terjamin. Lynn mendapatkan semua kemewahan yang tidak mampu ia berikan dahulu. Sebagai seorang ibu ia tahu ia tidak pantas disebut ibu hanya karena melahirkan Lynn. Ia tidak merawat Lynn sama sekali. Tidak menghapus air mata putrinya ketika sedih. Ia juga tidak menyusui putrinya. Namun, ia tetaplah seorang ibu yang menyayangi putrinya. Ia tidak akan melakukan pembelaan dengan ia juga merasa tersiksa jauh dari Lynn, tapi faktanya memang seperti itu. Ia mencintai Lynn, satu-satunya darah daging yang ia miliki di dunia ini. Belahan jiwanya yang terpaksa ia pisahkan darinya karena keadaan. Ia sangat beruntung memiliki putri seperti Lynn, meski ia telah meninggalkan Lynn, putrinya tidak membenci dan menolak kehadirannya. Lynn masih memanggilnya dengan sebutan ibu ketika mereka bersama. Mungkin inilah hukuman baginya, ia tidak bisa mengakui Lynn di depan orang lain sebagai putrinya. Sejak ia menyerahkan Lynn ke Zach Archerio, ia telah kehilangan hak untuk menyebut Lynn putrinya. “Aku lelah. Aku akan istirahat sekarang.” Lynn tidak ingin memberikan jawaban mengenai ucapan ibunya. Ia hanya tidak ingin melukai dirinya sendiri dengan mengingat bagaimana ibunya meninggalkannya dan membiarkan orang lain merawatnya. “Ya, istirahatlah. Kau pasti lelah dengan penerbangan yang berjam-jam. Ayo ibu tunjukan di mana kamarmu.” Letha berdiri, ia melangkah lebih dahulu dari putrinya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD