PENDOSA 16

1528 Words

“Inggita Alia Senabhumika!” teriakku marah memanggil putri kecilku yang kini sudah berusia tiga tahun dan saat ini tengah bermain tanah di halaman kos. Masih pukul enam pagi dan Alia sudah berhasil membuat emosiku membuncah. Dengan berkacak pinggang, kuhampiri Alia yang tersenyum tanpa rasa bersalah. Kucubit pipinya dengan gemas, sembari berkata, “Alia, kan Mama sudah bilang, jangan mainan tanah pagi-pagi! Dibilangin nggak nurut!” “Kan Alia belum mandi, Mama, jadi nggak apa-apa kalau main tanah,” jawabnya membela diri seraya tersenyum, memamerkan gigi susunya yang putih bersih. Kuhela napas agar tidak semakin terpancing emosi mendengar jawaban Alia yang selalu membuatku tercengang. “Iya, tapi ini masih pagi Alia. Kan tadi Mama bilang, Alia nonton TV saja di kamar, bukan mainan tanah di

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD