Mari Belanja!

1539 Words
Nara yang tidak berhasil memejamkan mata memutuskan untuk keluar kamar. Gadis itu memperhatikan setiap sudut ruangan tempat tinggal Elang tersebut. Ada banyak pakaian berserakan di sana sini. Bungkus makanan, botol minuman, kotak nasi, dan beberapa mangkok ada di atas meja. Hal itu membuat jiwa kebersihan Nara timbul. Dia tidak lagi mengingat siapa wanita yang sudah membawa Elang pergi. Nara sadar itu bukan urusannya. Di dalam perjanjian juga sudah tertulis dengan jelas kalau mereka tidak akan saling mengurusi urusan masing-masing. Terutama untuk hal pribadi. "Sebenarnya, sudah berapa lama Elang tidak pernah kembali ke apartemen ini? Mengapa tempat ini terlihat begitu kacau sampai seperti kotak sampah? Benar-benar sesuai dengan penampilan dia yang sedikit berantakan," Nara bermonolog sambil mengumpulkan baju-baju kotor Elang dan membawanya ke mesin cuci. Gadis itu langsung mencucinya, dia tidak tahan melihat banyaknya pakaian yang berbau tidak sedap. Gadis itu kembali ke ruang tamu, memasukkan semua sampah ke dalam kantong plastik dan membawa mangkok dan gelas yang berada di sana ke tempat pencucian piring. Ternyata di sana juga terletak beberapa buah piring, gelas, dan juga sendok yang kotor. "Astaga! Benar-benar jorok!" keluh Nara, tetapi gadis itu tetap mencuci semua perkakas kotor yang ada di sana. Dia mulai mengelap meja satu per satu, menyapu lantainya, dan terakhir mengepel. Setelah semuanya selesai, Nara duduk di sofa, menatap ke arah jam dinding yang tergantung tidak jauh darinya. Jelas sekali, jarum panjang jam tersebut menunjuk ke angka dua, tetapi Elang belum juga kembali. Nara tertarik pada sebuah buku yang ada di atas meja. Gadis itu sedikit keheranan, bagaimana pria seperti Elang menyimpan buku n****+ romantis di dalam apartemennya. Dengan teliti, Nara membaca lembar demi lembar n****+ tersebut. Merasa sesuai dengan selera bacanya, Nara meneruskan kegiatan membacanya. Hingga tanpa sadar, gadis itu tertidur pulas di sana. Saat jarum jam bergeser ke angka tiga, pintu apartemen terbuka. Elang langsung membuka jaketnya, berniat menaruhnya ke sandaran sofa, tetapi dia menyadari ada yang berubah di ruangannya. Setiap sudut apartemennya begitu berkilau. Tidak ada sampah atau pakaian yang mengganggu pemandangan. Tatapan lelaki itu tertuju pada Nara yang tertidur dengan n****+ menutupi wajahnya. Dia yakin gadis itu kelelahan karena sudah membersihkan apartemennya yang begitu berantakan. Dengan gerakan pelan, Elang mengambil n****+ yang menutupi wajah Nara. "Bisa-bisanya dia tidur di sini, bukannya besok bisa beres-beres? Merepotkan saja," gerutu lelaki yang kemudian mengangkat tubuh langsing itu dan membawanya ke kamar tempat Nara tidur. Elang menidurkan Nara di ranjang dengan perlahan. Dia segera menutup tubuh gadis itu dengan selimut, mengatur suhu ruangan, dan mematikan lampu. Lelaki itu keluar dengan segera setelah tugasnya selesai. --- "Selamat pagi, Elang. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Karena ada kopi, aku pikir kamu minum kopi, jadi aku membuatkan secangkir untukmu," Sambut Nara. Gadis itu sudah duduk di meja makan minimalis milik Elang, dengan dua porsi roti panggang isi telur mata sapi setengah matang. Di depannya ada secangkir teh dan di ujung terdapat secangkir kopi untuk Elang. Sejujurnya Elang cukup terkejut. Setelah sekian lama dia hidup sendirian, dengan pola hidup yang tidak beraturan, kali ini ada Nara yang menyambutnya. Dengan segera, lelaki itu duduk tepat di hadapan gadis itu. "Selamat pagi, Nara. Terima kasih untuk sarapannya," Elang segera menyeruput kopi buatan Nara. Cukup mengesankan, rasa kopi buatan Nara jauh lebih enak daripada buatannya. "Bukankah kita partner? Ah ya, terima kasih untuk semalam. Aku yakin kamu pasti kerepotan harus membawaku ke kamar." Nara terlihat begitu sungkan. Sebenarnya dia cukup khawatir saat bangun dan memeriksa dirinya. Menyadari tidak terjadi apa-apa, Nara memutuskan untuk memberikan ucapan terima kasih pada lelaki itu tanpa ragu. "Soal itu. Tidak masalah. Bukankah kamu kelelahan karena sudah membersihkan tempat tinggalku yang sangat berantakan? Seharusnya, sebelum membawamu kemari, aku membersihkannya terlebih dahulu." Kini giliran Elang yang terlihat sungkan. Nara masih mengingat dengan baik, bagaimana Elang saat awal mereka bertemu. Lelaki di hadapannya itu tidak banyak bicara. Tapi lihatlah, sekarang dia bahkan tidak keberatan untuk berceloteh di pagi hari. "Tidak masalah. Kedepannya kita akan tinggal bersama. Masalah bersih-bersih, tentu itu bagian dari kewajiban ku." Nara menyeruput isi cangkirnya. Apa yang dikatakan Nara ada benarnya. Dia memang akan tinggal bersama Elang. Membersihkan ruangan itu sama saja dengan menjaga kebersihan bersama. Untuk kenyamanan mereka berdua. "Lain kali aku akan membantumu membersihkan tempat ini. Hari ini apa ada jadwal kuliah?" tanya Elang kemudian, lelaki itu ingin mengganti topik obrolan mereka. Nara menerawang, seakan sedang mengingat-ingat jadwalnya hari ini. Dia yakin hari ini tidak ada jadwal. Dia hanya akan berdiam diri di dalam apartemen Elang. "Tidak ada. Hari ini jadwalku kosong. Ada apa?" Nara mulai menggigit roti yang tadi ada di atas piringnya. "Bagus. Aku akan mengajakmu pergi ke supermarket. Di rumah ini hanya tersedia barang-barang khusus pria. Aku rasa kamu juga butuh beberapa kebutuhan untukmu," Elang ikut-ikutan memakan roti panggang buatan Nara. "Tidak perlu repot-repot, aku nanti akan membelinya setelah uang kiriman ibuku sampai," Nara tidak ingin merepotkan Elang, apalagi hubungan mereka hanya di atas kertas. "Kamu tidak perlu sungkan, Nara. Kamu kan kekasihku walau hanya pura-pura. Aku rasa, membelikanmu beberapa barang tidak ada salahnya," Elang tersenyum. Senyuman lelaki itu bahkan terlihat sangat tulus. "Kalau begitu, terserah padamu saja. Maaf, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Elle terlihat takut-takut. "Mau tanya apa? Silakan saja, tidak perlu sungkan." "Apa wanita semalam itu ... kekasihmu yang sebenarnya?" Elang meletakkan roti yang sudah dia makan setengah kembali ke atas piring. Lelaki itu lalu menyeruput kopinya. Dia tampak bersiap untuk menjawab pertanyaan Nara. "Tentu saja bukan. Dia hanya teman tidurku. Oh, maaf. Mungkin budaya seperti itu tidak berlaku padamu. Maaf kalau pernyataan ku kurang sopan. Aku hanya tidak ingin menutupi status kami sebenarnya." Bukan pembelaan diri, Elang justru menjelaskan dengan gamblang siapa wanita yang membawa dia pergi semalam. Nara sedikit terkejut mendengar pernyataan Elang, tetapi sejurus kemudian dia berpikir kalau itu hak dia. Lagipula, untuk lelaki yang terbiasa di dunia gelap seperti Elang, tentu saja tidur dengan wanita tanpa hubungan yang jelas merupakan hal yang sangat biasa. Sesaat kemudian gadis itu berusaha untuk tertawa. Dia tidak ingin terlihat syok. Sebagai roommate, dia harus tetap menghargai privasi Elang. "Oh, ternyata begitu. Pantas saja kamu tampak tidak terlalu mengindahkan. Benar katamu, aku memang tidak pernah tidur bersama lelaki manapun. Tapi tenang saja, aku menghargai kebiasaanmu. Tidak masalah. Lagipula kita berdua hanya partner, bukan pacar sesungguhnya." Nara lega. Setidaknya dia sudah berusaha untuk mencairkan suasana. Berharap Elang tidak melihat keterkejutannya. "Baguslah. Sebenarnya aku ingin menghentikan kegiatanku bersamanya. Hanya saja, wanita itu selalu saja datang dan merayuku. Sebagai lelaki normal, tentu saja aku tidak bisa tahan," curhat lelaki itu. Nara tidak tahu, apakah Elang sadar saat menceritakan semua itu atau tidak. Dia hanya menilai bahwa ucapan Elang jujur dari dalam hatinya. "Kalau kamu memang mau menjauhinya, ada baiknya kamu menunjukkan sikap antipati terhadap wanita itu. Sebaliknya, kalau memang merasa nyaman, kamu bisa melanjutkan hubungan kalian," Nara hanya memberikan masukan. Selanjutnya, tentu saja terserah Elang. "Aku akan mencobanya nanti. Sekali lagi terima kasih untuk sarapannya. Aku harus mandi sekarang. Kita akan pergi setelah ini," "Baiklah. Aku juga akan segera bersiap." --- Nara mengedarkan pandangannya ke sekeliling supermarket. Suasana di sana lumayan ramai. Dia hanya berjalan mengikuti Elang yang membawa troli di depannya. Tidak hanya keperluannya, ternyata mereka juga belanja bahan makanan. Mulai dari sayur, buah, hingga beberapa produk makanan instan. Menurut pandangan Nara, Elang sudah sangat terbiasa belanja keperluan rumah. "Pilihlah barang-barang yang ingin kamu beli. Tidak perlu sungkan. Aku akan membayar semuanya." Elang mengingatkan. "Baiklah. A-apa aku boleh beli pem-ba-lut?" Nara sangat ragu saat mengucapkan pertanyaannya. Tentu saja itu sangat memalukan bagi gadis itu. "Beli saja. Itu juga termasuk kebutuhanmu sebagai wanita, bukan?" ucap Elang santai. "Terima kasih," ucap Nara yang kini melangkah ke rak yang menawarkan beberapa merek pembalut merek terbaik. Nara mengambil satu pack berisi tiga puluh pads, dia juga mengambil sabun muka karena persediannya akan segera habis, pasta gigi, dan juga sabun mandi. Gadis itu yakin, hanya itu yang dia butuhkan sekarang. Dia kemudian memasukkan barang-barang yang dia pilih ke troli yang sama dengan barang yang dibeli oleh Elang. Lelaki itu memandangi barang pilihan Nara dan mengalihkan pandangannya pada wanita itu. "Yakin, kamu hanya membutuhkan ini? Ambil lagi, sebanyak yang kamu butuhkan. Aku benar-benar tidak keberatan untuk membelikan semua keperluanmu." Elang yang merasa barang yang dibeli Nara terlalu sedikit pun menyarankan wanita itu untuk membeli lebih banyak lagi barang. Nara menemukan satu lagi kebaikan yang ada di dalam diri Elang. Pria itu tidak pelit. Sejak masih berada di tempat kost-nya, lelaki itu memang terlihat sangat loyal. "Baiklah, aku akan membeli sedikit barang lagi." Nara pergi ke rak makanan ringan. Dia membeli beberapa bungkus. Nara juga mengambil beberapa botol minuman yang sebagian merupakan kesukaan Elang. Setidaknya itu dia ketahui saat membersihkan botol minuman milik lelaki itu. "Sekarang sudah cukup," ucap Nara setelah memasukkan lagi belanjaan yang dia pilih. "Baiklah. Sekarang ayo kita pergi ke kasir. Aku akan membayarnya lalu kita pulang. Oh, atau kamu ingin pergi ke suatu tempat? Kebetulan aku sedang libur, jadi ada cukup banyak waktu untuk kita pergi kemana atau sekedar jalan-jalan." Elang kembali menawarkan diri untuk Nara. Lelaki itu bersedia mengantarkan Nara pergi jika memang dia ingin. "Aku rasa, hari ini ingin menghabiskan waktu di dalam apartemenmu saja. Bukankah saat libur bagus untukmu beristirahat? Lebih baik kamu manfaatkan waktu libur kamu dengan baik." Nara mengingatkan. "Sepertinya kamu benar. Baiklah, aku akan tidur setelah pulang dari sini." "Ide bagus. Ayo kita ke kasir," "Ayo,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD