4

1834 Words
Sebelum bergabung dengan grup yang dikelola production house binaan Direktur Byan, ada beberapa diskusi yang cukup menegangkan di daftar pemeran tokoh utama. Sebagian besar melawan Dimas dan Fauzan. Meskipun beberapa penggemar Fauzan yang rasional mencoba membimbing opini publik yang arah yang lebih positif, penggemar yang tak menyukainya masih mengabaikannya. Jadi nama Fauzan lebih mengarah ke opini yang negatif. Dimas memiliki penggemar kurang dari 1.000 sepanjang tahun dan itu dapat dilihat dalam setengah tahun. Karena antusiasme yang berlebihan dari penggemar Fauzan, itu telah melampaui 1.000 beberapa kali. “Timnya bubar.” Herta menggeser ponselnya untuk menganalisis pergerakan akun media sosial baik fauzan dan Dimas. "Diperkirakan dia berlari untuk perubahan sudut." "Kenapa berubah? Peran Fauzan lebih menarik dari pada pemeran utama pria?" "Kenapa menarik? Karena komunikasi dengan keluarga jadi lebih banyak?" "Protagonis laki-laki terlalu jujur ​​dan membosankan. Dimas-lah yang menderita karena peran Dimas dalam peran ini,” terang Herta yang segera saja mendapat decak kesal dari Hani. "Tim Fauzan tidak melihatnya seperti itu." Herta melanjutkan, "Memainkan desain karakter yang sempurna, penggemar menyukainya, orang yang lewat menyukainya, dan Kamu juga dapat membangkitkan chemistry dengan Mariska. Saat drama ini dipublikasikan, itu terikat untuk bisnis. Astaga!” Melihat wajah Herta yang tiba-tiba berubah, Hani bertanya, "Ada apa?"  “Aku tahu mengapa mereka tiba-tiba melakukan ini.” Herta berkata dengan penuh semangat, “Fauzan ingin berganti peran, jadi itu karena kamu.” “Karena aku?" Hani melongo. Tidak bisa dikatakan kalau hal yang Herta ucap barusan tak mengejutkan dirinya. “Dia tidak mau bekerja sama denganmu!” kata Herta dengan marah. “Dan seenaknya meminta ganti peran? Ya Tuhan!” Meskipun tidak ada yang akan memberi tahu Herta yang sebenarnya, tebakannya pada dasarnya benar. Diskusi panas di Internet hanya lah gelombang kecil yang disebabkan oleh perubahan sudut. Akan tetapi mereka semua tau dan menyadari kalau tekanan inti berasal dari pria bernama Byan Hadinata. Selain siaran, investor utama production house berasal dari perusahaan Fauzan, dan para pemimpin proyek utama dari kedua perusahaan itu berkat Byan. Ia membuat dan emainkan Fauzan sebagai pelobi, yang membuat Byan Hadinata menjadi sangat besar. Sama terkenalnya dengan sutradara senior namun lebih dari itu, Byan tertekan. "Aku tidak suka perasaan ini," kata Byan kepada agennya, "Seseorang menaruh pisau di leherku dan meminta aku untuk mematuhinya." "Tidak apa-apa jika kau tidak mendengarkan." Agen itu tahu rutinitasnya dan berkata dengan tongkat, "Sekarang ada dua jalan di depan kamu, apakah mereka mengganti sutradara, atau kamu mengubah aktor." "Aku pikir Fauzan cukup bagus." "Jadi kamu sementara menambahkan hubungan dengan bibinya? Byan, kamu terkadang benar-benar memiliki selera yang buruk." "Rasa tidak enak juga menyenangkan, lebih baik daripada membosankan." “Opini publik saat ini sudah lama berbeda dengan masa lalu. Yang menurutmu menyenangkan adalah ‘titik hitam’ di mata publik. Fauzan, artis yang menaikkan niat baik penggemar dan penonton, terutama nilai-nilai ini." Agen itu kembali berkata dengan langkah yang cukup pasti di mana Byan dibuat sedikit tipis. “Kau bisa mendopleng namamu karena hal ini. Aku yakin, sebentar lagi akan banyak proyek kerja sama untukmu.” Byan langsung membuang senyum sinisnya dan mengubahnya menjadi senyuman tegas. "Kamu langsung ke solusi." "Studio perlu makan, tim perlu mengambil pekerjaan, dan barang-barang yang kamu hemat membutuhkan uang, jadi kamu tidak bisa ditukar." Agen yang tampak cerdik itu menghela napas, "Di belakang, kamu akan memberi tahu Dimas secara pribadi." Sebenarnya baik Byan dan Dimas sudah saling kenal untuk waktu yang lama. Mereka membuat film di tahun-tahun awal mereka, dan anggaran proyek sangat kecil. Dimas mengambil alih film dan hampir menjadi bantuan sukarela. Kali ini, Byan menariknya untuk bertindak, pertama karena kerja sama jangka panjang dan pemahaman diam-diam. Dan mereka berdua ingin untuk bekerja sama dengan baik dan mendapatkan hasil yang besar dari traffic perputaran film mereka ini. Tak bisa dipungkiri kalau uang memang dibutuhkan untuk beberapa sektor yang mendukung usaha Byan. Juga untuk Fauzan sendiri. Perayaan atau bisa dibilang soft launching serial ‘Mencintaimu selamanya’ tergolong sukses dan banyak sekali wartawan juga banyak penggemar yang datang. Tak terelakkan nama Fauzan sangat berpengaruh membuat acara mereka sukses. Di mana Fauzan berdiri dengan senyum lebar dan sangat bangga. Tak diragukan lagi, karena ini semua berasal dari perdebatkan dengan hangat hari itu tidak diragukan lagi adalah Fauzan setelah berganti peran. Setelah acara tadi, Lion menemani Hani untuk mengambil foto rias wajah dan tinggal bersama Herta untuk mengakrabkan diri dengan pemeran lainnya. Pada tahun kedua memasuki bisnis, Herta bergabung dengan perusahaan pialang terkenal dan membawa Hani bersama. Di bawah pengelolaan yang disengaja Herta, kontrak perantara Hani ditanda tangani dengan sangat longgar. Karena terlalu banyak yang terabaikan, sumber daya tingkat perusahaan kurang condong pada Hani. Merasa kalau Hani ini pastinya kurang mumpuni untuk melakukan pekerjaan yang dilamarnya dulu. Dan pada akhirnya Herta berhasil membuat Hani berada di jalur bintang di mana sepenuhnya dikelola oleh Herta sendiri. Setelah menerima drama "Mencintaimu selamanya", berita seperti ini bisa saja muncul kembali kapan saja. Pada awalnya, Hani terlalu populer karena citra pendukung wanita yang cukup berpengaruh. Lalu banyak netizen karena pengalaman pra-debutnya yang juga menjelek-jelekkannya. Jadi dia meminta Herta untuk mencari pengacara guna menanganinya. Pada akhirnya, Hani membayar untuk itu, biaya hubungan masyarakat itu sendiri. Herta ingat bahwa selama periode itulah Hani berkata dengan sedikit emosi negatif untuk pertama kalinya. Seolah mengeluarkan segala emosi yang bersarang di hatinya. "Apakah aku tidak cocok untuk industri hiburan?" Herta menasihatinya untuk tidak terlalu banyak berpikir. Tanpa diduga, dia benar-benar menangis. Pada saat itu, Herta mengira Hani hanya terlalu berada di bawah banyak tekanan. Baru kemudian Herta tahu bahwa Hani menangis karena netizen telah melibatkan seseorang yang sangat dia kagumi. Di sisi lain studio, Hani baru saja berganti ke gaun malanya-nya, dan ketika dia sedang menunggu penata rambut untuk membuat penyesuaian terakhir, dia meluangkan waktu untuk membuka pos yang dikirim Herta. Yang mana isinya kebanyakan penggemar yang marah terhadap Dimas. Kadang netizen selalu saja menganggap mereka robot yang bisa dan harus mengikuti alur yang dimau. Kalau tak bisa memenuhi keinginan mereka, yang tadinya memuja mendadak langsung membenci. Apa lagi kalau tokoh yang mereka gemari ini terlibat skandal. Makin jadi lah mereka melayangkan rasa tak suk. Hani tersenyum pahit dan memberi Herta empat kata: Dimas sangat menyedihkan. Herta menggelengkan kepalanya setelah membaca berita, sambil meneruskan posting lain, dia menjawab, "Mengapa kamu tidak mengasihani diri sendiri dulu." Hani membuka beberapa lama berita lainnya. "Pemiliknya memiliki beberapa koneksi. Aku mendengar bahwa peran Putra awalnya memiliki hubungan dengan Hani, tetapi tim akhirnya melakukan sesuatu untuk menekan sutradara, sehingga digantikan oleh Fauzan dengan Mariska. Kalau tidak, jika acaranya mulai ditayangkan, aku pasti tidak akan bisa mengalahkannya. Hani termasuk dalam pencarian utama akhi-akhir ini. Juga beberapa nama yang kurasa makin melejit namanya.” Hani menggulir ke bawah untuk berkomentar, dan dia melihat jawaban salah satu kolom komentar. "Namanya Hani. Aku ingat ia pernah bermain di beberapa film. Kita tunggu saja actingnya." Hani mencibir. Hani baru saja akan memberi Herta pesan ketika seorang staff datang sembari memeluk seekor kucing hitam ke ruang ganti. “Kak Han mengatakan bahwa ini diambil oleh Direktur Byan sendiri.” Staff itu, Lea, berkata sambil menyerahkan kucing itu ke pelukan Hani, “Awalnya, aku ingin mencari kucing ras, tetapi Direktur Byan mengatakan bahwa kucing ras kurang cocok ada di serial ini. Aku beberapa toko hewan peliharaan yang aku kunjungi seharian ini untuk mencari kucing yang pas. Dan kurasa kucing ini paling sesuai denganmu.” Lea menyeringai mendapati ekspresi Hani yang terlihat sengsara. “Kau tau, jenis ini tidak terlihat buruk sama sekali, kan?” Pada akhirnya Hani yang mencoba mengakrabkan diri demi perannya ini, tersenyum ramah. Kucing hitam ini kemudian justeru bergelung nyaman seolah juga belajar menyesuaikan diri dengan pelukan Hani. “Siapa namanya?" "Kata pemilik kucing itu namanya d**a, dia kucing jantan, dan dia suka wanita cantik." "Aku boleh berfoto dengannya?" "Kakak Mei maksudnya begini. Para kru menyewanya selama tiga bulan. Nanti kita lihat apa maksud Sutradara Byan, ​​apakah akan digunakan untuk syuting." Lea menjelaskan dengan lebih terperinci. “tapi kurasa akan digunakan selama syuting. Kalian mengakrabkan diri saja.” Hani mengangguk cepat. Kembali membelai kucing itu dengan sayang dan sesekali mengajaknya bicara. Di mana pastinya hanya ada suara ‘meong’ yang manja. Hani terkekeh mendapati kucing itu cepat sekali beradaptasi dengannya. Fakta telah membuktikan bahwa Byan memiliki mata yang luar biasa. intuisinya tajam di mana ia meyakini satu hal. Ada yang berbeda dengan Hani. Di mana ketika Hani, yang mengenakan rambut keriting cokelat yang tengah trending di warna-warna rambut paling populer di fashion Indonesia, mengenakan dress hitam berpotongan rendah di tambah anting yang sedikit menjuntai. Berjalan pelan dengan pouch berwarna silver terkait manis di lengan kanannya. Juga memegang seekor kucing hitam, banyak orang yang hadir memberikan tatapan heran yang tak tersamarkan. Mungkin Hani merasa tak ada yang salah dengan penampilannya. Beda dengan Byan yang tau, begitu Hani muncul lewat pesonanya, sudah barang tentu kalau gadis itu yang menjadi pusat perhatian kedua setelah Fauzan. Herta baru saja selesai mengobrol dengan produser salah satu PH tentang kerja sama, menyalakan ponselnya dan menerima foto-foto indah dari adegan yang dikirim oleh Lea. Di mana Hani muncul dengan dress cantik nan elegan itu serta kucing hitam bermata kuning cerah. Dan tanpa basa basi, ia pun berpamitan sejenak dan segera bergegas ke lokasi syuting untuk menonton. Melihat fotografer dan staf di sekitarnya memuji kecantikan Hani, suasana hati Herta sungguh besar sekali. Pada saat ini, dia akhirnya mau mengakui bahwa Byan Le mungkin benar-benar memiliki sedikit bakat. Untuk memoles para bintangnya tanpa sadar dan mau tak mau, Herta akui itu. Lea menyelinap ke Herta dan berbisik, "Saudariku yang manis, siapa yang kamu pertaruhkan kali ini?" Mendengar kata-kata itu, Herta melihat sekeliling area dan matanya tertuju pada Dimas yang sedang menunggu di samping Hani. “Kak Herta memilihnya?” Lea bertanya tepat di belakang Herta dengan pandangan heran. "Siapa pilihanmu?" Herta tak meggubris. Ia memilih untuk memperhatikan semuanya yang berjalan anggun sesekali menyapa banyak orang di sana. "Semua aktor yang mengambil foto dan bicara?" Lea terkikik. "Bertaruh apa?" "Kamu tadi bertanya." Herta mendengkus tak sabar. Ia terus mengamati kerumunan, mencari sosok Fauzan yang ada di dalam hatinya. "Fauzan selesai syuting?" Lea bisa dibilang setengah dari penggemar Fauzan dan dia langsung heboh saat mendengar nama itu. "Aku tidak tau! tapi aku sepertinya harus merapikan tampilanku, Kak. Astaga. Aku harus berfoto dengannya." "Apakah dia melihat Hani?"  “Aku tidak tahu, aku mungkin tidak melihatnya.” Lea kembali mendesak, “Kak Herta, cepatlah dan katakan taruhannya.” Matanya kembali fokus pada kerumunan di sudut sana. “Taruhannya kosong, pilih milikmu dulu.” Kata Herta dengan nada yang berarti dia punya kesempatan untuk menang. Ini adalah game kecil yang diciptakan oleh mereka berdua di mana untuk menebak siapa artis pertama yang meminta Wen Hani untuk menambahkan pertemanan secara pribadi. Meskipun Hani telah berperan sebagai peran pendukung wanita, dia selalu ditolak oleh protagonis pria dalam drama tersebut, dan tidak disukai oleh penonton di luar drama tersebut. Namun, situasi sebenarnya setelah bergabung dengan grup selalu adalah bahwa Hani menolak orang lain. Dalam hal ini, Hani sangat sadar, meskipun dia tidak sering mengucapkan kata-kata besar untuk mengekspresikan dirinya, Herta tahu bahwa dia dapat membedakan mana yang dia suka hanya untuk sesaat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD