41

1930 Words

Dia menundukkan kepalanya dan melihat ke bawah, alisnya yang tampan berkerut, "Giok ini kualitasnya lebih buruk." Hani menggigil pelan, rambutnya berdiri tegak, dia tiba-tiba teringat penampilan mayat yang tergeletak di kakinya dan perlahan menyeka jari-jarinya. "Juga ... masih lupakan saja, ini tidak mengantuk." Sandi tersenyum, "Terima kasih atas baju daerahnya." Penampilan Hani juga merupakan yang terbaik di lingkaran indah Kota Jakarta, dia adalah inti halus yang telah dibudidayakan dengan hati-hati di cabang-cabangnya. Pria itu tampan, tidak mungkin untuk mengatakan bahwa Sandi tidak tersentuh oleh penampilannya ketika dia pertama kali melihat putri kecil ini, tetapi setelah kejutan kecil itu, tidak ada yang istimewa. Keduanya tidak pada tingkat yang sama dalam usia dan pikiran.D

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD