1. Gosip
Hari begitu panas sepanas hati seorang wanita yang berjalan tergesa-gesa.
" Pa....pi....Tolong jelasin sama Mami. Apa maksud ini semua?" Bu Yusuf langsung masuk ke ruang kerja suaminya.
Ia tampak memendam amarah yang luar biasa. Dengan tabloid di tangannya ia berjalan ke arah dimana suaminya berada.
Melihat istrinya yang tidak biasa seperti itu Pak Yusuf malah bingung.
" Mi, Mami kenapa sih datang-datang malah marah. Bukannya ngucapin salam." Pak Yusuf tampak kaget dengan sikap istrinya yang aneh dan terkesan tidak sopan.
" Nih baca....." wanita itu menjawab sambil melemparkan tabloid yang dipegangnya ke atas meja kerja sang suami.
Pak Yusuf mengambilnya dan melihat halaman depannya. Ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
" Jadi gara-gara ini ya." lelaki tua itu menggelengkan kepala lagi.
Istrinya masih berdiri di hadapannya dengan roman wajah yang tidak menyenangkan. Rupanya ia sudah terbakar api cemburu. Sejak dulu wanita itu selalu cemburuan.
" Mami percaya dengan gosip murahan ini? Sejak kapan Mami lebih percaya kepada orang lain daripada suami sendiri ?" Pak Yusuf menatap istrinya.
Sebenarnya ia juga heran mengapa ia dan sekretaris cantiknya bisa jadi berita hangat di tabloid mingguan itu.
" Bisa saja itu benar, bukannya selama ini setiap hari Papi dan Heni selalu bersama? Kemana-mana Pi...kalian selalu berdua. Heni kan cantik, seksi masih muda lagi." Bu Yusuf mulai menangis. Ada perasaan takut hinggap di dirinya.
" Papi sudah menganggapnya seperti anak Papi sendiri jadi mana mungkinlah Papi berbuat yang bukan-bukan. Heni itu temannya Diana." Pak Yusuf memberikan penjelasan.
" Terus kenapa Papi dan Heni berpelukan?" Istrinya masih menyangsikan. Kasus perselingkuhan antara bos dan sekretaris yang belakang marak terjadi membuat wanita paruh baya itu takut.
" Papi juga tidak tahu. Tapi kalau tidak salah sih itu baju yang Papi pakai seminggu yang lalu sebelum Papi dilarikan ke rumah sakit. Sebelum Papi pingsan." Pak Yusuf mengingat-ingat kejadian seminggu yang lalu saat ia pingsan di kantornya dan kebetulan Heni sekretarisnya yang sudah menolongnya. Bisa jadi ada orang iseng yang memanfaatkan momen itu.
" Kalau Mami tidak percaya tanya langsung sama Heni, Fikri juga tahu." Tantang Pak Yusuf.
***
Hari Senin
Seorang perempuan cantik dengan rambut panjang lurus terurai menggunakan blazer dan rok pendek warna marun turun dari mobilnya dengan tas yang ditenteng. Ia berjalan menuju Lift. Ia hendak menuju lantai 6 ruangan tempatnya bekerja.
" Selamat pagi Heni?!" Seorang laki-laki tampan menyapanya ketika ia sampai di ruangannya.
"Pagi Mas Fikri, kamu sedang apa di ruanganku sepagi ini?" Ia merasa aneh assisten pribadi bosnya sudah ada di sana.
" Hari ini Pa Bos masih belum bisa masuk kerja." ujarnya. Lalu pria itu menatap Heni.
" Aku belum sempat menjenguknya. Kemarin aku baru Pulang dari Bandung habis jenguk anakku." jawab perempuan bernama Heni tersebut.
" Sebenarnya ia sudah sehat namun efek dari berita di tabloid itu membuatnya kembali drop." laki-laki bernama Fikri itu memberikan penjelasan.
" Astaghfirullah, jadi bener dong gosip hari Sabtu yang dibilang sama si Vio. Aku dituduh selingkuh sama bos." Heni mulai kesal.
" Aku udah curiga siapa pelakunya." Fikri berkata sambil mengernyitkan keningnya. Menebak-nebak dalang dibalik gosip murahan yang melibatkan bos serta sekretarisnya.
" Paling juga si cowok brewok itu..." Heni langsung menuduh direktur pemasaran yang melakukannya. Orang itu sudah lama naksir dirinya.
" Ssttt..Aku tidak bisa tinggal diam. Dia harus dikasih pelajara. Tunggu saja sebentar lagi dia pasti dipecat." Fikri mulai marah.
" Udah deh mas mending diemin aja lama-lama juga gosip berakhir. Sekarang kita hadapi Tante Ratih saja. Dia pasti bakal mengintrogasi aku habis-habisan." seru Heni. Ia tidak takut karena ia merasa tidak bersalah.
" Nanti siang kamu memang harus menghadap dia. Tadi dia telpon aku." Fikri berdiri hendak pergi meninggalkan Heni.
" Oke deh jam istirahat aku ke rumah Om Yusuf." Heni berkata sambil membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Menghadapi istri Bos yang super galak dan cerewet dalam menghadapi perempuan yang dekat dengan suaminya tak terkecuali dirinya. Padahal Heni sudah menganggap mereka seperti orang tuanya.
" Nanti bareng aku ke sananya." seru Fikri yang dulunya pernah naksir Heni. Ia lalu meninggalkan ruangan Heni. Perempuan itu pun larut dalam kesibukannya.
*****
Jam istirahat Heni dan Fikri tiba di kediaman keluarga Yusuf Hadiwijaya.
" Akhirnya kamu datang juga." Bu Yusuf yang memiliki nama asli Ratih itu berkata sinis kepada Heni saat sekretaris itu datang menghadapnya sesuai perintah wanita itu melalui Fikri. Fikri sendiri langsung menuju ruangan Pak Yusuf. Sementara Bu Ratih dan Heni berada di teras belakang, ia sengaja menghindari pembicaraannya didengar oleh sang suami.
" Aku tahu Tante pasti kesal dengan pemberitaan di tabloid itu kan?" Heni mulai angkat bicara.
" Pasti lah. Wanita mana sih yang rela melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain apalagi sama sekretaris nya sendiri." Perempuan itu terlihat kesal. Menatap Heni penuh kemarahan.
" Aku memang memeluknya Tante." Heni memberi pengakuan.
"Apa?!" Bu Ratih kaget.
" Iya, waktu Om Yusuf pingsan aku yang membantunya. Makanya difoto itu terlihat begitu..."Heni berkata lirih. Berusaha memberikan penjelasan.
" Mungkin seseorang telah mengambil gambar ini.." lanjutnya.
Bu Ratih cuma diam membisu masih bimbang. Haruskah ia percaya kepada sekretaris suaminya itu.
" Tante jangan salah sangka gitu sama Heni, Om Yusuf udah seperti Ayah aku. Begitu juga dengan Tante yang udah aku anggap seperti ibuku. Perlu Tante ingat aku udah lama kerja sama om Yusuf. Aku tidak mungkin berkhianat kepada kalian." Heni menitikkan air matanya. Terlihat kejujuran di matanya.
Melihat itu Bu Ratih merasa bersalah. Benar juga yang dikatakannya selama ini hubungan ia dengan Heni sangat baik bahkan tak ada gelagat jika Heni macam-macam. Terlebih suaminya juga bukan tipe laki-laki genit yang suka mengejar perempuan muda seperti Heni yang statusnya janda. Heni memang perempuan baik-baik ia bukanlah w************n yang dengan mudah bisa menerima seorang laki-laki.
" Maafin Tante ya, udah nuduh kamu macam-macam. Tante hanya takut Om Yusuf selingkuh. Makanya kamu cepet nikah dong Hen.." Istri bosnya itu memeluknya. Ada penyesalan pada dirinya telah menuduh Heni berselingkuh dengan suaminya.
***
TBC