32. Dhika dan Temannya

2218 Words

Sejak malam itu, entah kenapa aku merasa Mas Dhika seperti menjaga jarak. Dia masih menyapa, kadang mengirim pesan, tetapi aku merasa ada yang sedikit berbeda. Ketika kami berpapasan, sapaannya pun juga sekedarnya. Di mata orang luar, mungkin itu normal. Namun, di mataku sama sekali tidak. Tidak apa-apa. Jika memang dia ingin menjauh, malah bagus kalau sekarang. Mumpung perasaanku masih sekuncup bunga yang baru akan mekar. Tak terasa, bulan depan sudah masuk semester enam. Aku sudah menyisihkan uang untuk membayar semesteran. Rifa juga masih memberiku uang hasil sewa mobil, jadi uang di ATM-ku masih sangat cukup untuk bertahan hidup. Sebulan terakhir, aku mulai rajin mengerjakan tesis. Jika bosan, aku keluar ke mall atau cafe untuk cari suasana baru. Itu manjur, semangatku bisa terasah.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD