Hari biasa, sebelum kejadian.

1160 Words
Lisa tidur dengan gelisah, ia kini sedang bermimpi. Di mimpinya ia di tembak oleh Ridwan dengan sebuah pistol, pria itu tersenyum senang sambil membawa mayat Lisa di pundaknya. Di jidatnya tertulis kode 1154 is dead, menandakan ia sudah di eksekusi oleh bandar n*****a itu. Sedangkan Raka, Leon dan Wisnu sudah menjadi mayat. Kuburannya berada di tepi tempat pembuangan s****h akhir. Semua manusia di bumi menggunakan n*****a dan berubah menjadi zombie. Mereka hanya makan dan minum n*****a, bahkan Ridwan di mimpinya telah menjadi raja. Ia juga melihat Anwar disana, komanandannya itu di rantai bagai anjing. Anwar menatap sedih Lisa dan timnya yang sudah meninggal di tembak Ridwan. Lisa kemudian bangun dari tidurnya. "Anjir gara- gara semalem mikirin Ridwan jadi mimpi buruk gue" ucap Lisa ada dirinya sendiri. Ia bergidik membayangkan mimpinya akan terjadi jika Ridwan berhasil kabur dari negara ini. Lisa keluar dari kamarnya dan turun ke bawah, disana Leon masih mengintai rumah targetnya. Untuk menghemat energi mereka bergantian mengintai Ridwan selama 6 jam perorang. Mereka juga butuh istirahat dan fokus, untuk yaah siapa tau besok akan ada hal yang tak di inginkan terjadi. Manusia tempatnya berusaha tuhan yang menentukan alurnya, iya kan ? "Mau gantian ?" tanya Lisa pada Leon. "Eh kak, gapapa gue udah biasa ngintai begini btw kak gue minjem kamar lu ya soalnya strategis" "Gue bakal nyiapin senapan gue disana" ucap Leon, dia memang seorang sninpper handal di tim merak. "Yaudah lu langsung ke atas aja, gue takut dia beneran kabur dari simi" ucap Lisa. Semalam setelah mereka mendengar pembicaraan Ridwan yang akan kabur dari negara ini mereka langsung melaporkan hal itu pada Anwar. Anwar meminta mereka untuk fokus mengintai Ridwan, ada juga beberapa intel dan petugas yang berjaga. "Ya kak gue ke atas dulu" ucap Leon lalu mulai naik ke kamar yang Lisa tempati. Pukul 08.00 pagi suasana kompleks mulai ramai, ibu- ibu mulai berjalan melewati kontrakan mereka. Mungkin ibu- ibu itu mulai bertanya- tanya kenapa mereka tak juga berjualan sayur seperti biasanya. Lisa membangunkan Wisnu, meminta laki- laki paling muda di timnya untuk menemui ibu- ibu yang sedari tadi caper di depan kontrakan mereka. "Nu lu tulis deh di kertas terus lu tempelin ke depan" Lisa meminta Wisnu untuk bangun dan mengerjakan hal yang di suruhnya. "Iya kak, bentar pegel banget nih" ucap Wisnu, badannya pegal- pegal karena semalam ia berselfie dengan gaya yang ekstrem agar para penjahat di kapal tak mencurigainya. Ia berpose ala model di pelabuhan semalam, membuatnya encok. Wisnu menggoyang- goyangkan dan meregakan badannya ke kanan dan ke kiri. Wisnu mencari kertas lalu mulai menuliskan kata- kata. 'LAGI LIBUR ! CAPEK ! INGIN TIDUR GANTENG !' tulis Wisnu yang sepertinya curhat. Ia membuka pintu, ibu- ibu caper pun mulai menggoda pria muda itu. "Eh mas inuu gak jualan ni ?" tanya Anju. "Tau nii mas Wisnu tuh padahal aku dah rela loh buka toko ku agak siang" kini Tina yang mencoba berbicara pada Wisnu. "Eh maaf maaf ibu ibu saya capek habis eh anu habis apa ya lupa" Wismu malah lupa akan beralasan apa pada ibu- ibu itu. "Gak jelas deh mas Wisnu" ucap Celine sok imut, lalu mencubit lengan Wisnu. "Gak usah sentuh sentuh itu calonku !" Bentak Lastri. "Huuu kaya mau aja sama kamu" seru Anju. "Tau tuh nanti di marahi sama Tejoo malah" Tina yang sipit semakin sipit karena memandang sinis pada Lastri. "Idih biarin" potong Lastri galak. "Yaudah ya ibu- ibu semua saya mau lanjut istriahat lagi" ucap Wisnu yang pusing mendengar keributan itu. "Gak mau ah mau disini aja" ucap Celine genit. Janda itu memakai baju seksi yang menonjolkan payudaranya, mata Wisnu sudah ternoda sekarang karena itu. "HADUH PAGI- PAGI RIBUT AJA ! LAGI LIBUR JUALAN UDAH SANA PERGI ! GANGGU AJA" Bagai mendengar suara bidadari surga, Wisnu melihat ke arah sang sumber suara. Ndari yang masih membawa tas dan memakai baju rapi serta hijab keluar dari dalam rumahnya. Sepertinya wanita bertubuh tambun itu habis keluar berjalan- jalan atau sepertinya pulang kondangan. "Ganggu aja bu Ndari" ucap Lastri yang langsung membuat Ndari naik darah. "Apa ?!" Ndari berjalan cepat menuju keran, dengan emosi ia mulai menyemprotkan air ke rombongan ibu- ibu itu. "Aaaaaaaaaaaaabasah semua" Anju berteriak sambil berlari menjauh dari kontrakan Ndari. "Aduhhh dinginn banget udah stop bu saya mau buka toko" ucap Tina berlari mengikuti Anju. "Dasar gembrott" ucap Lastri lalu ikut berlari ke arah berlawanan dari Anju dan Tina. Sedangkan Celine yang memakai baju ketat semakin membuat wajah Wisnu memerah, bajunya semakin basah memperlihatkan lekuk tubuh janda itu. "Aduuh tau aja saya belum mandi" ucap Celine pada Ndari. Celine sepertinya ingin menguji iman pria tampan seperti Wisnu. Wisnu yang tadinya melotot segera melihat ke bawah. "Ya allah jagalah mataku agar terus suci, maafkan aku melihat hal indah eh hal yang tak boleh ku lihat itu " ucapnya pelan. "Udah deh kamu pergi dari sini aja mbak saya mau masuk" ucap Wisnu masih melihat ke arah tanah. "Yaudah deh besok saya mampir ya. Byee mas Wisnu byee bu Ndari" ucap Celine dengan nada manis. Setelah janda itu pergi Wisnu segera berterimakasih pada Ndari. "Makasih ya buk saya capek banget, udah mau libur deh jualan sayurnya" ucap Wisnu. "Iya gakpapa ibu- ibu disini emang kaya gitu, kecuali saya loh" ucap Ndari sembari mematikan keran airnya. "Ibu emang top markotop hehe, eh ibu habis pergi ya ?" tanya Wisnu kepo. "Iya nih udah beberapa hari ini ke rumah ibu saya soalnya dia lagi sakit" jawab Ndari dengan wajah sedih. "Udah sembuh sekarang ? Gakpapa di tinggal ?" tanya Wisnu dengan nada khawatir, ia teringat juga dengan neneknya yang sudah sakit- sakitan. "Oh tentu, malah kemarin naik gunung haha dia emang gitu caper sama anaknya" ucap Ndari dengan nada bercanda. "Ibu sama anaknya juga ?" tanya Wisnu lagi, dirumah Ndari memang sepi seperti tak berpenghuni. "Aduh anak itu mah di kamar, saya cuma ninggalin mie instan aja kapan- kapan anak saya diajak main dong biar gaul" ucap Ndari. "Iya bu pasti besok ya kalo keluar aku ajakin ngobrol" Wisnu memang yang baik hati mengiyakan permintaan pemilik kontrakannya. "Makasih ya anak ganteng" ucap Ndari lalu mengelus lengan Wisnu. "Aku tinggal masuk ya" lanjut Ndari lagi, Wisnu menangguk. Ia juga ikut masuk. "Heboh banget ya ?" ucap Lisa puas melihat ibu- ibu itu di guyur air untuk kedua kalinya oleh Ndari. "Iya tapi ada enaknya juga kak lihat pemandangan, eh astagfirllah" ucap Wisnu keceplosan, ia menutup mulut dengan tangannya. "Dasar cowok" komentar Lisa. Raka yang tiduran di sofa ikut tersenyum, ada ada saja anggota termudanya itu. "Eh kak Leon dimana ya ?" tanya Wisnu pada rekan- rekannya. "Diatas sana temenin Leon di kamar gue" jawab Lisa memberitau keberadaan Leon. "Yaudah kak aku ke atas" ucap Wisnu berjalan ke atas menuju Leon berada. Setelah sampai di atas Wisnu melihat Leon dengan wajah memerah. "Kenapa kak ?" tanya Wisnu khawatir. "Lihat pemandangan indah bikin mupeng" jawab Leon lalu meringis ke arah Wisnu. Wisnu tau apa yang dipikirkan oleh Leon, membuatnya memikirkan hal tadi membuatnya beristigfar. "Ya ampun kak" ucap Leon wajahnya memerah lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD