Lisa, Leon, dan Wisnu telah mendarat sempurna di bandara kota Hogga.
Mereka kembali ke kota di mana membuat mereka kembali ke titik dasar atas kematian Ridwan.
Anwar kali ini tidak dapat kembali ikut dalam misi ini.
Dia di tugaskan dalam tugas lain.
Kali ini yang memimpin operasi n*****a dengan korban Ridwan.
Aneh ?
Dulu mereka ingin menangkapnya, sekarang mereka ingin mengungkap misteri di balik kematiannya.
Dan kembali lagi lah tim merak, eh tim perak.
Ya tim perak.
Kalian tidak salah dengar.
Di mulai dari beberapa hari yang lalu.
Flashback
Lia, Leon dan Wisnu telah sampai di depan apartement Angga lalu menyalakan bell.
Angga menyuruh mereka untuk masuk ke dalam, sebelum itu ia memastikan tak ada orang yang mengikuti mereka.
Betapa kagetnya Lisa, Leon dan Wisnu yang langsung menunjuk pria paruh baya dengan tidak sopan.
Lisa menampar tangan Wisnu dengan keras, karena pria itu tak menghormati atasan mereka.
Lisa, Leon langsung memberi tanda hormat.
Dan Wisnu yang terakhir sadar langsung mengikuti dua seniornya.
"Kita kan lagi di luar santai aja" ucap Bagas Dirga, jenderal bintang 3 sekaligus ayah dari Wisnu.
Akhirnya mereka tepatnya Lisa dan Leon bersikap santai, meski masih tegang karena Bagas merupakan salah satu elit militer.
Bagas mulai serius, ia mulai berbicara kepada mereka.
"Jadi saya yang meminta Angga untuk mengajak kalian kesini"
"Saya ingin meminta bantuan kalian"
"Kalian pasti sudah sangat tau kematian Ridwan yang sangat tak wajar"
Semua orang mengangguk, termasuk Angga yang waktu itu tidak ikut misi itu.
Dia dari awal memang seorang pasukan khusus pengawal pengurus negara.
"Aku ingin kalian terus memantau kasus itu" Bagas berhenti bicara ia menjeda perkataannya, ingin salah satu dari orang yang akan ia tugaskan untuk sekedar bertanya.
"Gak bisa dong pi ! Aku aja sekarang udah beda tugas" protes Wisnu, pemuda itu memang tak ada sopan- sopannya pada ayahnya.
"Papii pffttt" Leon malah tergelak karena mendengar Wisnu memanggil Bagas.
Wisnu malu karena keceplisan, ia yakin nanti dia akan di cengcengi oleh kedua seniornya.
"Bener pak, saya sibuk banget ngawal menteri bahkan presiden saya ngawal terus" protes Lisa.
Dia tidak bisa konsentrasi jika harus double job.
"Haha saya juga gak nyuruh kalian untuk bisa double job" Bagas tertawa mendengar protes anaknya dan bawahannya.
"Kalian bakal saya tempatin di devisi kejahatan berat di kota Hogga" ucap Bagas menjelaskan.
"Kenapa Hogga ? Bukannya lebih enak ibu kota ?" tanya Leon.
Lisa setuju dengan pemikiran Leon.
"Nah satu informasi untuk kalian, sinyal orang yang menelepon Ridwan terakhir kali berada di kota Hogga"
"Tepatnya di gedung agung" ucap Bagas.
"Dan saat itu terjadi gedung agung sedang mengadakan rapat yang isinya pegawai pusat pemerintahan" lanjut Bagas.
"Tapi bagaimana bapak tau orang yang menelepon Ridwan ada di sana ?" tanya Lisa.
"Haha kalian kira saya cuma diam saja melihat bawahan saya kesusahan mencari informasi itu ?"
"Lagian kalo berhasil mengungkap dalangnya saya juga dapet apresiasi dari negara" Bagas terlihat senang.
"Mau nambah bintang ya pak ?" tanya Wisnu bercanda.
"Halah kamu itu masih kecil diem aja" jawab Bagas.
Wisnu malu karena ayahnya mengejeknya.
Sepintas Lisa dan Leon iri melihat ayah dan anak itu.
"Udah tenang aja kalian bakal balik jadi tim lagi" ucapan Bagas membuat semuanya senang.
"Termasuk Raka yang sekarang lagi di hogga, saya juga mau tambah beberapa orang lagi kalian bisa cari orang cocok di tim kalian" lanjut Bagas.
"Tim merak bakal balik lagi asiikk" ucap Wisnu senang.
"Ah iya, tim merak udah dipakai sama tim lain. Kalian jadi tim perak aja deh ya beda satu huruf"
Leon terlihat kecewa mendengar perkataan Bagas.
"Gak kreatif amat pak" komentar Lisa.
"Laiya nama kalian tuh udah terkenal, jadi biar gak ilang sangarnya walau kalian udah bubar" ucap Bagas.
Mereka gondok mendengar pergantian nama tim meraka, merak mempunyai arti yang indah dan bermakna untuk mereka.
End flashback
"Pantesan Angga mirip banget sama elu, ternyata dia om lu ya Nu" ucap Leon pada Wisnu.
"Iya om Angga anak kesundul, selisih 27 tahun sama bapak gue" Wisnu sudah mulai mengobrol santai dengan seniornya.
"Dari pada mirip sama bapak lebih mirip sama gue, bahkan di kira om Angga itu anaknya bokap juga hahaha" Wisnu menceritakan masa kecilnya dulu.
"Eh kak kita tinggal di mana sekarang ?" tanya Wisnu pada Lisa.
"Sementara di hotel dulu" jawab Lisa.
"aku nelfon kak Raka deh buat ngasih kabar" Wisnu mengambil handphone di sakunya namun segera di hentikan oleh Lisa.
"Jangan biarin dia gak tau, biar surprise gitu hehe" ujarnya.
"Oke deh" Wisnu memasukan handphonenya kembali.
"Eh ngomongin soal Raka, itu dia orangnya" Leon menunjuk Raka sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita.
"Anjir gercep amat setengah tahun disini dapet cewek" Leon nampak bersungut- sungut, ia kalah start dari sahabat jomblonya itu.
"Mana cakep" komentar Lisa, ia senang Raka dapat moveon dari mbak- mbak operator FBA.
Sedangkan Wisnu iri, jiwa jomblonya meronta- ronta.
"Udahlah gak usah di liatin, kita pergi sekarang. Sakit hati gue liatnya" ajak Wisnu pada dua seniornya.
"Iya gue juga males" Leon mengikuti Wisnu yang sudah berjalan duluan.
"Nu, kita ke hotel bintang 5 lu yang bayar. Minta ke papi mu deh" ucap Lisa yang berjalan paling belakang.
Wisnu malu karena Lisa mengejeknya.
"Tenang aja kak, gini- gini aku kaya" ucap Wisnu memamerkan black cardnya.
"Ya ampun tuan, saya akan melayani anda selamanya" ucap Leon pada Wisnu, mata coklatnya berubah menjadi hijau.
"Ya ampun Nu, lu tuh emang ganteng banget deh"
"Mampir ke mall dulu yuk ada sepatu kets yang pengen gue beli tapi mahal banget, hehe" Lisa mendadak baik pada Wisnu.
Wisnu tersenyum miring.
'Dasar senior- senior matre' ucapnya dalam hati.
"Cari hotel dulu kak, yang itu mau gak ?" tanya Wisnu menunjuk sebuah hotel mewah yang tak berada jauh dari mereka.
"Itu bintangnya 5 kan ? Gaslah" ujar Lisa semangat.
Memang tak pernah menyesal ia ketika Wisnu masuk ke dalam timnya.
Masih muda, gampang di peralat, kaya dan jangan lupakan dia adalah anak dari seorang jenderal bintang 3.
Mimpi apa dirinya mempunyai anak buah seperti Wisnu.
Macam mendapat jackpot dari tuhan.
'Ya tuhan nikmatmu sungguh sangat tak bisa di dustakan' ucapnya dalam hati.
Mereka bertiga berjalan bersama.
Membelah suasana kota hogga di malam hari yang ramai, namun dingin.
Lisa bersenggolan dengan seorang pria yang mempunyai bekas luka bakar parah di wajahnya.
'Bau darah' Lisa melihat kembali pria itu, namun pria itu sudah terlebih dahulu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya.
"Ayo kak" Leon yang sudah berada di depan hotel berteriak memanggil Lisa.
Lisa menampik rasa curiganya itu, ia berjalan kembali menuju ke dua rekannya.
Tanpa ia sadari ia baru saja bersenggolan dengan seorang calon pembunuh berantai.