Excel Aliando

1309 Words
Excel Aliando bukan lahir karena cinta kedua orang tuanya tetapi kesepakatan bisnis dua perusahaan besar antara Vanco Aliando dan Marimar untuk mendapatkan pewaris hebat dan cerdas. Excel didik keras untuk menjadi penerus perusahaan kedua orang tuanya sehingga ia harus kuliah dan menjalankan bisnis bersamaan. Ketika berusia remaja ia menyadari bahwa kedua oranag tuanya memiliki pasangan masing-masing dan itu menyadarkan Excel bahwa tidak butuh cinta hanya untuk mendapatkan keturunan yang sempurna seperti dirinya hanya perlu sebuah kesepakatan antara dua orang yang berkuasa. Excel Aliando adalah pria paling sempurna yang telah Tuhan ciptakan, dengan ketampanan, kecerdasan dan kekayaan yang luar biasa. Kelahiran tanpa cinta membuat pemuda itu merendahkan wanita yang hanya ia anggap sebagai makluk materialistic sehingga hanya dijadikan mainan yang bisa dibuang begitu saja ketika telah bosan. Excel Aliando tidak mengikuti upacara kelulusan, pria itu langsung melakukan penerbangan ke luar negeri setelah selesai ujian, menjalankan bisnis keluarga dengan membawa dendam dan rasa malu yang diberikan oleh Elena. Ia benar-benar menikmati kesibukannya. Excel duduk elegan di tepi pantai menikmati pemandangan sore hari dengan segelas minuman dingin berwarna merah menemani dirinya, ia menatap langit yang mulai memerah memainkan bibir gelas dengan jarinya. Ponsel berdering sebuah pesan media muncul di layar. Mata Excel melotot, Mahasiswi terbaik dan mendapatkan penghargaan tahun itu di pegang oleh Elena Sanjaya, Diego Almanzo meraih juara kedua dan dirinya juara ketiga. Foto Elena dan Diego bersama di atas podium pada hari kelulusan, harusnya ia juga berada bersama mereka. “Cantik dan cerdas.” Excel tersenyum. “Excel Sayang.” Mama Marimar menyentuh pundak Excel. “Halo Ma.” Excel mematikan layar ponsel dan meletakkan di atas meja. “Sayang, apa kamu sudah memiliki kekasih?” Mama duduk di depan Excel. “Tidak akan Ma, Mama tahu aku tidak butuh kekasih.” Excel meneguk minuman berwarna merah dari gelas kaca hingga kosong. “Kamu benar sayang, kamu hanya perlu mencari seorang wanita muda, cantik luar dalam, cerdas dan sehat untuk menjadi ibu dari anak-anak kamu.” Mama Marimar tersenyum. “Terserah Mama.” Excel beranjak dari kursi, mengambil ponsel dan berjalan ke tepi pantai. “Sayang, kenapa kamu tidak pergi bermain?” Marimar mengikuti Excel. “Ma, mainan yang sering dimainkan akhirnya akan membosankan, karena manusia tidak akan pernah puas dengan semua yang dimilikinya.” Excel menatap tajam pada Mamanya. “Sayang, istirahatlah.” Mama berjalan meninggalkan Excel. “Apa Mama dan Papa tidak pernah mencintai? Bagaimana kalian bisa melakukan itu tanpa cinta sehingga hadir diriku, apakah nafsu lebih menguasai semuanya?” Excel memandang kepergian Marimar yang kembali ke villa pribadi. “Aku lahir tanpa cinta akankah aku jatuh cinta?” Excel menatap langit yang bersatu dengan laut dengan cahaya kemerahan semakin hilang, Matahari telah berada diperaduan meninggalkan bumi dalam kegelapan. Excel kembali duduk di kursinya melihat foto-foto perpisahan yang masuk melalui grub kampus. Foto Elena terlihat paling banyak karena hari itu bintang kampus di pegang oleh gadis cantik yang selalu tersenyum tenang. Tidak ada yang tahu apa yang ia pikirkan ramah tapi tegas, itu adalah kepribadian Elena Sanjaya. “Aku akan kembali untuk dirimu.” Excel tersenyum. “Hinaan dirimu membuat aku tidak tertarik lagi bermain dengan wanita-w************n itu karena ada wanita mahal yang harus aku rendahkan.” Excel tersenyum sinis. Lelah dengan pikiran yang kacau, Excel kembali ke kamarnya untuk beristirahat dengan tetap memandang foto Elena. Kagum, benci dan kesal menjadi satu dalam diri Excel setiap kali melihat foto Elena. “Cantik dan cerdas, kamu bisa jadi kandidat calon ibu dari anakku.” Excel tersenyum puas dan terlelap dalam tidurnya. Sebelum tidur melihat foto Elena membuat memory kejadian memalukan ketika dirinya di tolak dan dihina oleh seorang gadis di kampus menjadi mimpi buruk Excel. Ia seakan ditertawakan semua orang di manapun berada sehingga membangunkan pria itu dari tidur dan berkeringat. “Apa yang kamu lakukan?” Excel berteriak dan melemparkan ponselnya ke lantai ketika ia melihat foto Elena yang terpampang di layar ponsel. “Sial.” Excel beranjak dari tempat tidur dan berdiri di depan cermin ia mengacak rambutnya. “Elena Sanjaya, aku akan menghancukan hidup kamu.” Excel meninju cermin hingga pecah, darah mengalir dari punggang tangannya. Serpihan cermin berserakan di lantai. “Arrrg.” Excel berteriak kesal, ia benar-benar tidak bisa tidur, penolakan Elena selalu menghantui tidurnya. “Excel ada apa?” Mama berlari dan membuka pintu kamar Excel, wanita itu terkejut melihat tangan putranya berdarah, ponsel berserakan di lantai tanpa bentuk dan serpihan kaca dimana-mana. “Bik, bibik.” Mama berteriak memanggil pelayan. “Ada apa Nyonya?” Seorang wanita paruh baya berlari. “Bersihkan kamar Tuan Muda!” Marimar berjalan mendekati Excel yang terlihat emosi. “Baik Nyonya.” Pelayan itu segera melaksanakan tugasnya. “Sayang, ayo obati luka kamu.” Mama menarik tangan Excel keluar dari kamar dan pria itu menurut. “Mama, akan menghubungi Dokter Renata.” Mama Marimar mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. “Ma, hubungi Dokter Fikri saja.” Excel duduk di sofa ruang tengah. “Baiklah.” Mama segera menghubungi Dokter Fikri. “Apa kamu sedang bertengkar dengan Renata?” tanya Mama duduk di samping Excel. “Aku sedang tidak suka ada wanita didekat ku.” Excel menatap tajam pada Mamanya. “Baiklah.” Mama melihat punggung tangan Excel yang terus berdarah. Mobil Dokter Fikri memasuki halaman belakang Villa, ia segera keluar dari mobil dan berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam Villa mewah Excel dan langsung menuju ruang tengah. “Selamat malam Nyonya.” Dokter Fikri memberi salam. “Obati luka Excel!” Mama meninggalkan Excel dan Dokter Fikri. “Baik Nyonya.” Dokter Fikri duduk di samping Excel. “Apa yang kamu lakukan pada tangan mahal ini?” Dokter Fikri membersihkan luka Excel. “Aku hanya mimpi buruk.” Excel memasang wajah dinginnya. “Mimpi buruk setengah tahun yang lalu.” Dokter Fikri membalut tangan Excel dengan perban dan menuliskan resep obat. “Kamu selalu bisa menebaknya.” Excel tersenyum sinis. “Tidak akan mudah melupakan kejadian legendaris itu.” Dokter Fikri tersenyum. “Apa kamu sedang menghina diriku?” tanya Excel emosi. “”Excel, jika kamu terus memikirkan gadis itu, kamu tidak bisa membedakan benci dan rindu.” Dokter Fikri membereskan perlengkapan medisnya. “Aku membenci Elena.” Excel menekankan suaranya. “Itu kata mulut kamu tetapi bagaimana dengan hati?” Dokter tampan itu menunjukkan d**a Excel dengan jarinya. “Kamu melukai tangan karena melihat dirinya dalam perayaan kelulusan hari ini.” Dokter pribad Excel tersenyum. “Kamu kebingungan Excel.” Dokter tampan dan manis itu beranjak dari sofa. “Aku pulang sekarang, jangan sampai luka kamu terkena air.” Pria itu meninggalkan Excel yang larut dalam lamunannya. Mama Marimar mendengarkan pembicaraan Excel dan Dokter Fikri, Dia dan suaminya tidak tahu tentang berita Excel di kampus karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. “Apa yang terjadi setengah tahun yang lalu?” Mama Marimar kembali ke kamar dan mencari tahu tentang kejadian setengah tahun yang lalu di kampus Excel. Tidak butuh waktu lama, Wanita cantik dan seksi itu berhasil menemukan berita tentang putranya yang ditolak dan dipermalukan oleh seorang gadis cantik dan cerdas, Mama Marimar tertawa terbahak-bahak hingga air mata mengalir di pipinya. “Ternyata gadis bernama Elena Sanjaya yang telah membuat kamu bosan dengan mainan.” Marimar membuka layar computer dan melakukan pengecekan data tenang Elena. “Wow, dia benar-benar gadis yang cerdas dan sangat ambisius, sangat cocok untuk menjadi menantuku.” Mama Marimar tersenyum. “Akan aku lihat, apa yang akan Excel lakukan pada gadis ini, mengejarnya karena cinta atau menaklukkan karena dendam.” Mama Marimar tersenyum dan mematikan layar computer, kembali turun ke ruang tengah, ia melihat Excel melamun di teras yang menghadap ke laut. “Kamu cantik dan mempesona tetapi aku akan tetap membalaskan dendam ini, tidak akan aku biarkan kamu bahagia bersama orang lain.” Excel menatap lurus pada lautan lepas. “Elena Sanjaya kamu akan menjadi teman tidurku dan menangis di lenganku.” Excel tersenyum sini. “Excel, kamu tidak tahu kekuatan seorang wanita yang mampu membuat pria bertekuk lutut.” Mama Marimar tersenyum melihat Excel dari balik pembatas ruangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD