my hubby is DICTATOR BOSS

my hubby is DICTATOR BOSS

book_age12+
5.9K
FOLLOW
26.7K
READ
possessive
family
HE
pregnant
CEO
boss
drama
sweet
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Menikah dengan seorang Direktur tak pernah menjadi salah satu impian dalam hidup seorang Gea. Memikirkannya saja tidak pernah apalagi sampai bermimpi. Namun seperti halnya takdir yang sudah di atur, ketidakmungkinan itu kini menjadi kenyataan, berstatus sebagai istri seorang anak pemilik perusahaan membuat Gea harus memutar otak setiap hari.

Pasalnya sang suami yang merupakan atasan di tempatnya bekerja memiliki sikap diktator akut yang sudah mendarah daging.

Hampir setiap hari Gea menahan mulut agar tidak mengeluarkan sumpah serapah terhadap suaminya sendiri. Tak sampai disitu kesabarannya juga ikut diuji dengan tingkah para karyawan wanita yang selalu mencuri kesempatan untuk menggoda sang suami.

Kira-kira seperti apa kehidupan baru Gea setelah berpredikat sebagai Nyonya dari seorang Direktur Utama?

Apakah kehidupannya akan seindah kisah cinta novel ala remaja? Atau justru berubah bak di Neraka?

chap-preview
Free preview
BAB 1 Kisah Bermula
"s**l!"  Gea mengumpat saat melihat matahari sudah bersinar terang di luar sana. Kekesalannya semakin meningkat, ketika menyadari ranjang di sebelahnya kosong tanpa penghuni. Dengan gerakan cepat, Gea melompat turun dari atas tempat tidur lalu berlari menuju kamar mandi. Ritual pagi yang biasanya memakan waktu lama kini berlangsung sangat singkat, karena dia hanya membasuh wajah kemudian segera berpakaian. Hanya modal menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuh, maka orang-orang tidak akan menyadari hal jorok tersebut. "Mampus! Telat satu jam!"  Gea menepuk dahinya cukup kuat setelah melihat jam tangannya. Mulutnya tak berhenti mengeluarkan u*****n dan sumpah serapah atas apa yang menimpanya pagi ini. Kini, dia sedang berada di dalam lift menuju ruangannya. Dalam hati, Gea selalu merapalkan do'a agar terhindar dari amukan si Bos. Walaupun hal itu mustahil terjadi, tapi tidak ada salahnya kan berharap? Ting! Belum sepenuhnya pintu lift terbuka, namun Gea sudah menerobosnya sambil berlari. Dia sudah tidak peduli lagi akan penampilannya yang semrawut. Biarlah itu menjadi urusan nanti, karena yang terpenting sekarang adalah hidup dan matinya. Keadaan koridor tampak sepi karena semua orang sedang berkutat pada pekerjaannya. Hanya terdengar suara ketikan keyboard dan mesin fotocopy yang mengiringi setiap langkah Gea menuju tempat biasa dia mengerjakan tugasnya sebagai sekretaris. Gea langsung menjatuhkan tubuh pada kursi kerjanya sambil berusaha mengatur napasnya yang memburu. Dia tersenggal-senggal disertai degupan jantung yang menggila, berdetak cepat seakan siap meledak. Seperti tahu bahwa dirinya sudah datang, telepon di meja Gea tiba-tiba saja berdering nyaring, mengintrupsi wanita itu untuk segera menjawabnya. "Ke ruangan, sekarang!" Tut... Shit!! Tanpa babibu panggilan langsung diputus secara sepihak begitu saja, bahkan sebelum Gea sempat mengucapkan sapaan lewat suara merdu nan indahnya. Sungguh kegondokan yang haqiqi... Meski diliputi rasa kesal yang luar biasa, namun Gea tetap melaksanakan perintah sang atasan seraya tersenyum manis. Kini, Gea sudah berada di dalam ruangan milik atasannya, setelah sebelumnya dia mengetuk pintu sebanyak tiga kali sebagai bentuk kesopanan. Gea berdiri dihadapan seorang pria yang merupakan Direktur Utama di perusahaan tersebut. Tumpukan kertas sudah menjadi pemandangan biasa setiap dia memasuki ruangan ini. Pandangan Gea seketika jatuh pada papan nama yang diukir cantik dan diletakan di atas meja. Meski sudah sering kali dia melihatnya, namun entah kenapa rasanya selalu sama. Mengagumkan. Adinata Baskara Direktur Utama Suara ketukan jari yang beradu dengan permukaan meja, segera menyadarkan Gea dari lamunannya. Wajahnya berdiri tegak sejajar dengan mata si bos yang menghunus tajam. Seketika suasana berubah horor, membuat Gea tanpa sadar menelan salivanya lamat-lamat. Sumpah demi apapun, aura pria itu sungguh mendominasi sehingga untuk sekedar bernapas saja rasanya susah. "Jadi, kamu sudah bosan kerja di sini?" Hah?! Sejak kapan dia mengajukan surat resign?! Gea melongo. Matanya mengerjap-ngerjap persis seperti orang bodoh. "Maaf, Pak?"  Nata mendelik tajam, membuat Gea meringis pelan, "Terlambat 1 jam. Kamu pikir perusahaan ini punya kamu?" bentaknya cukup keras. Sontak Gea mengumpat dalam hati. Heh! Memangnya siapa yang telah membuat dia begadang sampai pukul 3 pagi?! Dasar bos ga ada akhlak! "Maaf Pak, saya salah," Gea menundukkan kepalanya. Daripada berakhir panjang, lebih baik dia mengalah. "Kali ini saya memaafkan ketidak disiplinan kamu. Tapi jika terulang lagi, surat pemecatan akan berada di meja kamu. Silahkan keluar," usir Nata seraya mengibaskan tangannya. Gea menganggukkan kepalanya sekali, sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruangan tersebut. Begitu pintu telah tertutup rapat, raut wajah Gea seketika berubah kesal. Dia berjalan menuju meja kerjanya sambil menghentakkan kaki ke lantai, hingga menimbulkan suara bising. Untung tempatnya berada di antara koridor, jadi perbuatannya tidak akan menarik perhatian karyawan lain. Namun perlu kalian tahu, kata memaafkan versi Nata adalah memberi hukuman dalam bentuk lain. Bagaimana tidak, di atas mejanya sudah disediakan tumpukan berkas yang dipastikan tidak akan selesai dalam sehari. Dan itu artinya dia harus kembali lembur. "Dasar nyebelin! Enggak di rumah, enggak di kantor, hobi banget bikin naik darah," dumel Gea penuh emosi. Jemarinya menekan tuts keyboard dengan tidak santai, berharap benda mati tersebut dapat meredamkan jiwa bar-barnya yang meronta. Adinata Baskara, merupakan pria matang yang menjabat sebagai Direktur Utama di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti, yang sekaligus berstatus sebagai suaminya selama setahun belakangan ini. Tapi mereka menikah bukan karena perjodohan, mereka juga tidak pernah terlibat dalam hubungan apa pun. Lalu bagaimana mereka bisa menikah? Semua berawal dari acara arisan ibu-ibu. Gea yang saat itu belum bekerja alias nganggur setelah lulus dari perguruan tinggi, dipaksa sang ibunda tercinta-Dewi-untuk menemaninya pergi arisan. Acara tersebut hanya berisi wanita usia 40 sampai 50 tahunan. Bisa kalian bayangkan betapa tidak enaknya menjadi Gea. Duduk bersama para ibu-ibu yang sibuk bergosip ria, sementara dirinya hanya diam mendengarkan seperti obat nyamuk. Saat kegiatan kocok mengocok sedang berlangsung, tiba-tiba Adinata Baskara anak si pemilik rumah datang dan disambut heboh oleh para tamu. Bagian ini memang sedikit berlebihan tapi memang begitulah kenyataannya. Sebagai tuan rumah yang baik-Lita-yang kini sudah bertransformasi menjadi Bunda mertuanya mengenalkan dia pada sang putra. Dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Malamnya keluarga Baskara datang untuk melamar Gea. Bayangkan, paginya kenalan eh malamnya dilamar... Sungguh luar biasa bukan? Gea sangat tidak menyangka. Dirinya benar-benar shock kala itu, di saat teman-temannya yang lain masih sibuk melamar, dia malah ngadain lamaran. Luar biasa memang keluarga Baskara ini. Diterima gak? Ya diterimalah. Gea itu realistis bukan tampang perempuan naif. Ada pria mapan, ganteng, dewasa, tajir, punya perusahaan terus dateng buat ngelamar. Siapa yang bisa nolak... Namun, di antara semua kelebihan seorang Adinata Baskara, ada satu hal yang sangat Gea tidak sukai. Apalagi kalau bukan sifat diktatornya yang menjengkelkan. Hampir setiap hari, entah itu di rumah atau pun di kantor, Gea harus menahan mulut untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah pada sang suami. Bisa dicap istri durhaka nanti, kalau kedapatan mengumpati suami sendiri. Walau menjengkelkan, namun tak dapat dipungkiri bahwa dia mencintai pria itu. Apalagi jika mood perhatiannya sedang aktif, maka seketika Gea akan berubah menjadi tuan putri yang sangat dimanja. "Gea," panggil Nata tegas saat sudah berdiri di depan meja kerja Gea si sekretaris. "Iya, Pak," "Ikut saya meeting," titahnya singkat, lalu melenggang begitu saja menuju lift, "Cepat, Gea!" Ketika si bos sudah berteriak maka kacung hanya bisa pasrah. Gea menghela napas lelah. Padahal dia baru duduk tidak sampai 5 menit, tapi sudah di suruh untuk bermain kejar-kejaran dengan waktu. Dalam hati, dia terus berdo'a. Semoga saja setelah ini, persendian kakinya tidak mengajukan surat resign karena lelah menghadapi sikap diktator sang bos yang suka tak mengenal tempat juga kondisi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.7K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
291.8K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
166.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
211.9K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
225.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook