Bab 14

1571 Words
Sesampainya di rumah, pak Soeryo berkata : "papa langsung saja ya saya." Dilihatnya sang papa, sampai mobil yang dikendarai tak terlihat, kemudian Rara langsung menuju ke kamar. Hatinya mulai gelisah saat mama gak berada di tempat tidur, dicarinya ke seluruh ruangan. Hati Rara kian berdebar, kala sang mama tak ada di seluruh ruangan, taman samping, maupun di kolam renang. Rara segera berlari ke depan. Tiba-tiba hp bergetar tanda salah satu anggota dari Empat Sekawan mengirim WA Dibukanya hp, ada kiriman foto, dilihatnya ternyata mama sedang makan di restoran dekat rumah bersama Athan. "Syukurlah Rara kira mamanya pergi, karena dia masih belum ingat sepenuhnya, siapa dirinya." Pikir Rara. "Aku segera meluncur kesana." Balas WA kepada Dirga. "Kenapa, pemuda ini ke rumah Rara saat aku mau pergi. Sehingga memergoki saat aku mau pergi." Kata Annisa dalam hati. Bermacam-macam pertanyaan terlintas dibenak Annisa, ketika dia diajak oleh dua pemuda ini. Apakah mereka teman, pacar, pegawai sang suami. Sehingga ketika diajak sarapan pikirannya menjadi tidak fokus. Ketidak fokusan Annisa ditanggapinya seperti apa yang diceritakan oleh Rara bahwa Mama Annisa belum pulih dari amnesia akibat kecelakaan yang menyebabkan dia koma hampir sebulan itu. Jadi mereka memperlakukan Annisa seperti layaknya Annisa mamarsra yang masih belum pulih. Sementara pikiran pak Soeryo pikiran juga kalut, ketika identitas Annisa sudah ditemukan, jelas-jelas bahwa nama istrinya tidak diganti. Walau sebenarnya dia memang istrinya. "Tolong bilang bapak keluar, siapapun yang mencari bapak." Pesannya pada semua karyawan di galery pak Soeryo. …………… "Anak mama, dari tadi mama tunggu.Ayo sarapan dulu. Uang mama sudah ketemu kok…o iya kenalkan ini sama mas Dirga dan yang satu itu namanya Nathan. Mama di antar ke resto ini. Mereka tau kalau Mama belum sarapan, sepertinya dia, dia ini punya Indra ke enam tau aja, kalau mama laper dan tau kesukaan mama." Dalam hatinya menangis "maafkan mama, sayang. Mama sudah membohongimu lagi." Tatapan mata Rara tajam memandang gerak bibir mama. Tanpa berkedip. : "Kok namanya persis seperti difoto yang disimpannya dan dipandangi setiap kali Rara merindukan kehadirannya. Sepertinya Rara harus mencari tau. Mungkin ada yang kenal dan bisa mendapatkan info tentang mama yang terdapat di alamat yang tersimpan di tas yang baru ditemukan, tapi mama sama siapa dirumah selama Rara tinggal?" Pikirnya. "Lho Rara kok gak pesan sarapan juga?, Enak lho. Mama habis dua porsi." Tanya Annisa. "Rara tadi pagi sudah sarapan disini, waktu mama bobok tadi. Mau Rara bangunin kasihan mama." Jawab Rara. Usai sarapan Annisa berkata: "Biar Mama saja yang bayar, soalnya uang mama ketemu. Ternyata di atas meja." Katanya. Rara memberi isyarat untuk membiarkan sang mama yang membayarnya. Diletakkannya Tiga lembaran uang ratusan. Kemudian memanggil karyawan resto itu dan berkata: "Terimakasih. Masakannya enak." Saat mereka keluar, Rara berkata sama karyawan dan berkata: " kembaliannya untuk mbaknya." Kemudian lari menyusul dan menggandeng mamanya. ……… Siang itu saat Annisa tidur. Mereka berkumpul di teras depan. "Tolong panggil teman- teman kesini semua. Penting." Pinta Rara. "Mereka sudah pada meluncur kesini, gak sampai lima menit sampai." Jawab Nathan. Baru saja Nathan selesai bicara suara khas mobil Olien terdengar dan sudah menuju halaman parkir mobil. "Pintu depan kita kunci dan kita kumpul di bale bengong yang di kolam renang saja. Jadi pembicaraan kita gak mengganggu mama Annisa." Pinta Dirga. Rara membuka kulkas dan mengambil air mineral, kemudian diteguknya. Kemudian bergegas mengikuti langkah teman-teman menuju ke bale. "Mbak saya pamit dulu, pekerjaan saya sudah selesai." Kata tukang kebun yang setiap minggunya tiga kali bertugas membersihkan taman dan halaman rumah. Rara merogoh saku celana dan memberikan lembaran uang kertas lima puluh ribuan dan diberikan kepada tukang taman: "Terima Kasih pak, ini buat beli rokok." Kata Rara. "Makasih neng." …………………………….. "Maaf, hari ini aku merepotkan kalian." Kata Rara kepada anggota gengnya. "Dalam seminggu kedepan aku ngerepotin kalian." Lanjutnya. Kemudian berhenti sejenak dan melihat kepada Nico "Mas bro, dalam Minggu ini temenin aku ke beberapa tempat." Pintanya. Niko langsung menyodorkan jempol tersenyum sambil berkata: “Siap.” Dijelaskannya semua rencana Rara dengan detail. Keinginan mereka berangkat semua, sekaligus buat vlog selama perjalanan. Tapi setelah dijelaskan bahwa ini misi bersifat pribadi akhirnya rencana itu dibatalkan. "Masalahnya, kalau kita berangkat semua, gak ada yang jaga mamaku, kira-kira enaknya gimana?" Tanya Rara. "Soal mama, serahkan pada ahlinya." Sela si Niko. "Iya… si Lia biasanya punya ide cemerlang." Saut Nathan. "Gitu aja kok repot." Saut Olien, sambil merangkul si Nathan yang duduk di sebelah kanannya. "Parfummu baru lagi ya say?" Bisik Nathan yang dirangkulnya. Olien manggut-manggut. "Okey, menurutku, sebaiknya kita ajak ke villa kita, bikin dia nyaman. Biar dia juga terhibur. Dan pasti bakalan tanya keberadaan Rara, ketika selama di villa tak didapatinya bersama kita. Dan kita harus sepakat menjawab bahwa Rara ada tugas kerjaan mendadak untuk beberapa waktu." Kata Lia. "Rambut kamu baru ya?" Bisik Niko. "Sudah waktunya aku tampil sexy biar kamunya jatuh hati padaku say." Jawab Lia perlahan ditelinga Niko. Mendengar jawaban dari Lia, Niko menunjukkan jempol dan telunjuk disilangkan sambil meringis. Dalam waktu yang bersamaan. Rara menyampaikan keberadaan dan kebiasaan Annisa selama bersamanya. "Kebiasaannya, pagi sukanya berenang sebelum melakukan kegiatannya. Ngobrol sampai menjelang mandi sore, setelah itu mengajak belanja pakaian atau membeli aksesoris. Cuma itu saja yang wajib buatnya selebihnya gak ada masalah." Kata Rara dalam penjelasnya. "Yah info ini mendukung buat langkah dalam memanjakan mama Annisa biar nyaman selama dalam pengawasan kami." Kata Olien. Sore itu di ruang santai. "Selamat sore Tante." Sapa Lia,ketika melihat Annisa sudah terlihat Ayu. Habis rawatan. Diciumnya pipi kiri dan kanan, kemudian menggandengnya dan mengajak bergabung dengan mereka di ruang santai. "Tante, besok pagi kami mau melihat villa kami yang baru, sekaligus pengen ngerasain tinggal disana beberapa hari, kami ingin mengajak ikut bersama kami refreshing." Ajak Lia. "Iya Tante, bener sekaligus biar Tante tau villa milik Rara dan milik kami berjajar disana. Kami satu komplek dengan Rara… kita kesana ya Te?" "Tante kan suka berenang, wah Tante tinggal pilih mau berenang dimana, villa kami semua memiliki fasilitas lengkap." Mereka semua pada memamerkan villa masing-masing, karena Enam Sekawan belum tau bahwa dia,mama Annisa tidak lagi seorang setengah baya yang mengidap Amnesia. "Wah ternyata kumpulan mereka bukan anaknya orang sembarangan, sampai-sampai dalam usia mereka sudah memiliki villa pribadi." Pikir Annisa bengong. "Mama jangan bengong begitu. Ini Riel bukan sebuah iklan yang menawarkan pepesan kosong." Canda Olien, kemudian merangkul dan menciumnya. Annisa merasakan ciuman hangat penuh ketulusan cinta, seperti yang dia rasakan ketika dicium Rara.dan tidak pernah dirasakan sepanjang hidupnya. Air mata Annisa tak terbendung karena rasa haru yang disebabkan sentuhan mesra seorang anak sebaya anak kandungnya. Melihat hal itu Lia menghampiri mama Anisa dan memeluknya. Drama pelukan yang semakin menyentuh relung hatinya yang terdalam itu membuat air matanya membuat tangisan yang tak tertahan. "Jangan menangis Ma, nanti kami semua jadi ikutan sedih." Bisik Lia. Ketika Annisa sadar, ia berkelit dan berkata: "Mama teringat, teringat anak mama yang seusia kalian." "Emang sekarang dia dimana, kalau boleh tau siapa nama anak mama." Tanya Olien. Mendengar pertanyaan itu dalam hatinya berkata: "Aku harus tetap berpura-pura amnesia,maafkan mama anakku, mama masih harus berbohong lagi" Dia pura-pura mengingatnya. "Entah lah mungkin khayalan mama aja." Jawabnya lirih. Bel rumah berbunyi. "Tan tolong bukain pintu, pesanan kita sudah datang." Kata Olien "Oke, emang pesan apa." Tanya Nathan sambil jalan. "Makan malam." Jawab Olien "Masuk saja dan langsung ke belakang pak." Selesai meletakkan semua pesanan di atas meja makan, dan dibantu Nathan. Pegawai katering itu segera pamit. si Nathan memberikan tip kepada pegawai katering. "Terima kasih banyak mas." Kata sang pengantar katering itu. ………………… Pagi itu mereka sudah siap untuk berangkat menuju villa baru mereka. “Kita sarapan dulu di tempat biasa, kemudian kita cus, gak usah ngebut. tapi kita nunggu satu personil lagi, barusan katanya lima menit lagi sudah sampai kok.” Kata Nathan. “Tuuh nongol.” Kata Olien. setelah keluar dari mobil dia menyapa dan berjalan sampai melambaikan tangan. “selamat pagi semua." kali ini Icha, terlihat cantik dengan senyum cerianya, mematai jean ketat, ada robekan dari paha hingga sampai di bawah lutut, dalaman tanktop warna pastel dilapis kemeja tipis ujung bawah kiri dan kanan diikatkan satu sama lain. memakai sepatu ket warna biru muda dan tas kecil diselempangkan di pundak. rambut dibiarkan terurai. tanpa janjian mereka kompak memakai Jeans ketat. seperti biasa kala mereka bertemu tak lepas dari ritual cipika-cipiki. “Selamat pagi ibu, cantik hari ini ibu terlihat seperti kakak kami berempat.” Kata Icha kemudian mencium tangan mama Annisa. “Terimakasih, siapa namanya nak?” “Icha Ma.” “o iya Selamat pagi juga nak Icha, terima kasih buat pujiannya, tapi nak icha juga cantik.” Balas mama Annisa. Selesai sarapan di tempat langganan, mereka langsung tancap gas. tak sampai satu jam mereka sudah sampai di villa, karena sengaja memilih untuk lewat tol, agar tak terlalu capek di perjalanan khususnya buat mama Annisa. Saat turun mereka sepakan agar mama Annisa memilih villa mana yang ingin dijadikan tempat istirahat dalam waktu yang tak terbatas. “Merupakan suatu kehormatan buat kami, agar mama Annisa berkenan untuk memilihnya.” Pinta Olien “Biar adil mama pilih angka 50, dihitung dari kancing baju mama dengan kelipatan enam.” Kata mama Annisa, walau mereka gak mengerti apa yang dimaksud mama Annisa, mereka mengiyakan nya. “Mama yang menghitung dengan kelipatan enam, dan nak Icha yang menghitung satu sampai lima puluh, hitungan kita mulai." Setelah mereka menghitungnya, ternyata jatuh pada villa Rara. kegembiraan mereka benar-benar membuat Annisa tak sempat berfikir apapun termasuk mengkhawatirkan tentang dirinya. Kekompakan dan keceriaan serta permainan yang mereka suguhkan, membuat Annisa melupakan banyak hal bahkan tak sempat berfikir tentang langkah apa kedepan setelah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD