Amira berjalan Anggun memasuki sebuah hotel, ia menggunakan gaun selutut berwarna hitam senada dengan heels sentimeter yang menghiasi kaki mulusnya.
Wajahnya yang ayu tampak mencolok dan mencuri perhatian orang yang melihatnya. Tampa rasa curiga, wanita manis berbibir tipis itu melambaikan tangan pada sang suami yang tengah duduk menunggu di salah satu kursi restoran.
" Mas Rayhan!" Seru Amira senang, ia mempercepatkan langkahnya hingga heels yang ia pakai berdecak di lantai dengan menimbulkan beberapa perhatian orang sekitarnya, wanita itu sangat bahagia karena Reyhan mengajaknya bertemu di restauran mewah yang tak biasa mereka datangi sebelumnya.
"Hai sayang, duduklah." Rayhan berdiri dan menarik kursi untuk amira.
"Terima kasih, Mas," ucap Amira sambil mendudukkan dirinya, lantas melempar senyum manis pada pria tampan berusia 35 tahun yang ada di depannya, matanya berbinar cerah saat melihat lilin dan dua steak yang udah tersaji di atas meja .
Reyhan membalas tatapan wanita itu dengan mata teduh, lalu menggenggam jemari sang istri lembut sekali. "sebenarnya Makan malam ini bukan untuk kita berdua, sayang," sontak Amara terkejut.
Matanya menukik dengan kulit kuning yang mulai berkerut-kerut. "Lalu untuk apa kamu menyuruhku untuk berdandan cantik kesalon dan menyiapkan semua makan malam ini, Mas?" Tanya Amara mulai heran .
Dia lalu tertawa karena merasa Rayhan hanya sedang bergurau. "ah, kamu mau coba mau menipuku ya. Mas? Atau jangan-jangan kamu tidak percaya diri dengan surprise yang kamu buat sendiri?"
Wanita itu bergelak cukup kencang saking bahagianya. Namun, dengan segera Reyhan mematahkan kebahagiaannya.
"Maafkan aku, Amira," pria itu mulai tertunduk dalam, ekspresi wajahnya langsung berubah drastis, membuat Amara semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau tahu kan kalau perusahaan ku sedang mengalami krisis?" Ucap Rayhan pelan .
"Terus?" Firasat buruk mendadak masuk melalui cela hati Amira, wanita itu mempertegas tatapan nya pada Reyhan untuk menunggu Jawaban.
"Ada salah satu pimpinan mau membantuku untuk berinvestasi di perusahaan dengan jumlah yang cukup besar, tapi dia meminta satu syarat. yaitu menukarkan kebaikannya dengan kamu menikah padanya."
"A-apa?" Bulu kuduk Amira mulai merinding seketika.
"Kamu bercanda kan Mas?" Amira tersentak, ia refleks menjadi lemah kecewa pada suaminya. sejenak ia terdiam dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi lalu menatap nanar dua porsi sirloin steak yang tersaji di atas meja tampak menggiurkan, akan tetapi selera makan amara seketika hilang saat mendengar ucapan Rayhan yang mencengangkan.
"Ini nggak mungkin ... nggak mungkin!"
Rayhan berkata lagi kali ini terdengar lirih, " aku terpaksa menandatangani perjanjian ini demi kebaikan kita, jika aku tidak segera mendapatkan investor dalam jumlah besar, tidak hanya perusahaan aku yang bangkrut tapi aku juga akan mendekam dipenjara karena jeratan hutang lalu bagaimana dengan hazel? Tolong mengerti lah Amara."
Plakkk!
Satu tamparan keras mendarat di pipinya Rayhan yang memanah akibat tamparan amira, "Tolong mengerti keadaanku untuk kali ini aja, uku sungguh terpaksa melakukan ini untuk menyelamatkan perusahaan. Kontrak perjanjian sudah aku tanda tangani tapi aku yakin tidak lama kalian akan berpisah lalu kita bisa berkumpul lagi bersama," ujar Rayhan penuh dengan pemohonan, di otaknya saat ini sangat bahagia jika Amira sudah menikah dengan lelaki lain dia akan bahagia bersama selingkuh nya begitu juga dengan perusahaannya yang semakin jaya .
"Kamu menyuruhku untuk mengerti, tapi apa kamu sendiri bisa mengerti perasaanku, Mas? Aku yakin tidak ada satu wanita pun yang bisa mengerti saat ia seperti di jual oleh suaminya sendiri!" Amara mencengkram keras baju Rayhan sekuat tenaga. Lalu mendorong pria itu dengan kasar. "Dimana otakmu saat memutuskan semua itu! di mana mas? Di mana, hah?"
Jerit tangis Amira semakin terdengar menyayat hati, ia tidak perduli dengan beberapa pasang mata yang memerhatikan nya sedari tadi, nyeri yang menyebar di dadanya telah mengalahkan rasa malu itu. Saat ini Amira lebih ingin mati dari pada harus menyerahkan diri pada orang yang tak di kenalnya itu .
"Selamat malam." Belum hilang tangis dan air mata, tiba-tiba Amira di terkejutkan oleh dua orang pria yang muncul di belakangnya.
Suara seorang pria yang tidak asing di telinganya membuat Amira refleks menoleh sambil memutar tubuhnya, wanita itu sungguh terkejut begitu melihat siapa yang sedang berdiri di belakangnya.
"Di- dia." Amira melirih sambil menutup mulutnya tidak percaya, kenapa bisa kebetulan begitu.
Dua tangan Amira semakin bergetar takkala tahu pria yang berdiri di hadapannya adalah Rafa, mantan kekasihnya waktu SMA yang pernah ia putuskan karena ada sebabnya.
Seseorang yang muncul dari belakang punggungnya Rafa tersenyum saat Amira sedang larut dalam pemikirannya, tentunya senyum itu bermakna licik sama hal nya dengan seringai yang menghiasi wajah Rafa sedari tadi .
"Salam kenal nona amira! nama saya Adit, sekretaris pribadi tuan Rafa Alexander. Mulai hari ini nona amira sudah resmi menjadi milik tuan Rafa, saya akan mengurus surat pernikahan Anda dengan tuan Rafa secepat mungkin."
"Gila, siapa yang Sudi menjadi wanitanya dia," amira nyaris melangkah dan meninggalkan kekacauan gila di tempat itu, tapi dua bodyguard yang sadari tadi memperhatikannya langsung menarik tubuh wanita itu agar tidak kabur .
"Kaparat kalian semua." Lengkingan kuat keluar dari bibir gemetarnya Amira. Jelas dia sangat malu, tapi sifatnya yang angkuh belum bisa lentur. Wanita itu terus meronta sampai lengannya lecet karena digenggam kuat oleh dua tangan kekar bodyguard suruhan Rafa .
"Mas Rayhan ... cepat katakan kalau kamu tidak jadi menyepakati kontrak itu, kembalikan semua uang mereka. Aku akan memanfaatkan kebodohanmu, kita bisa membangun kembali dengan hidup sederhana bersama-sama."
Seolah tak punya malu, Amira memelas pada sang suami yang notabene sudah tidak memiliki kekuasaan apa-apa dalam hidupnya.
"Aku sudah terlanjur menandatangani perjanjian hitam di atas kertas dengan tuan Rafa. jika perjanjian ini dibatalkan, kamu juga ikut mendarat di penjara bersamaku dalam jangka waktu yang lama. Tolong mengerti lah demi kebaikan kita bersama dan juga hazel,"
" Brengsekk!" Tamparan keras melayang di pipinya Rayhan untuk kedua kalinya, mata Amira menatap pria itu semakin jijik dan berapi-api.
Amara berteriak keras dengan mengerahkan seluruh tenaga nya, "Bagian mana yang harus aku ngertiin? Dengan cara apa aku wajib menerima semua perlakuan gila ini. Mas, Apa kamu tidak memikirkan hazel? di mana letak kebaikan yang kamu ucapkan itu."
Amira tertunduk dalam, runtuh sudah dunia dan sejuta keangkuhan yang sempat ia sombongkan di hadapan Rafa tadi. Wanita itu menangis hebat sambil memegangi bagian d**a kirinya yang serasa sedang tercabik-cabik tanpa berkata-kata apa lagi.
Bersambung.