Bab.2 - Bertemu kembali

1055 Words
Takdir benar-benar sedang menguji hati Amira saat ini. entah kebetulan atau apa, yang jelas Amira masih tidak menyangka bahwa ia akan dipertemukan lagi dengan pria lembut dan baik hati yang pernah mengisi hatinya di masa muda. Sayangnya pria itu sudah berubah total, Rafa Alexander bukan lagi remaja baik yang pernah ia kenal dulu. Kini gaya manusia itu tampak arogan dan sok berkuasa, sama sekali tidak sama dengan pria polos dan baik seperti sebelumnya. Terlihat Amira sedang berada di sebuah apartemen yang dibawa paksa oleh bodyguard Rafa atas perintahnya . Tidak berapa lama disusul oleh seorang pria berjas warna hitam kemeja putih dengan postur tubuh mendekati ideal tinggi dan kekar. Wajahnya sangat tampan dengan hidung mancung bibir tipis alis tebal mata belok ke dalam dan bulu mata yang lentik, dia adalah Rafa Alexander yang menyusul Amira ke apartemen nya sudah lebih dulu dibawa oleh bodyguard nya . Rafa menutup kembali pintu kamar apartemennya dan sejenak memandangi Amira yang sedang teringsak di sudut kasur, lalu Rafa berjalan mendekati Amira. Amara yang sedikit ketakutan bergeser saat Rafa duduk di sampingnya . "Kenapa kau ketakutan seperti itu! Kau tidak senang berjumpa dengan ku lagi? sekarang kau sudah sah menjadi milikku. Jadi kamu harus melayaniku malam ini dengan pelayanan terbaikmu ... jangan buang waktumu untuk menangis, karena aku tidak punya kesabaran untuk menunggumu...." Rafa menjelaskan dengan penuh makna di wajahnya. Rasanya Amira ingin menampar dan menginjak pria di depannya itu, tapi entah kenapa Amira malah tubuh nya sangat lemah bibirnya pun ikut bergetar saat akan mengeluarkan suaranya. Rafa mengarahkan wajah Amira menghadap kewajah tampannya itu kemudian menyibakkan rambut Amira yang terurai berantakan di wajahnya. "Hapus air matamu ... aku gak bisa membiarkannya mengalir di wajah cantikmu ini, air matamu tak mampu memuaskan hasratku malam ini jadi berhentilah menangis." "Kau mau aku mulai dari mana sayang? Dari sini, sini atau sini?" Ucap lagi Rafa seraya menyentuh bibir leher dan d**a nya Amira menunjuknya dengan jarinya. "Jangan lakukan itu, aku tidak akan melayani kau," jawab Amira berusaha untuk tegas . "Jadi aku harus melakukan apa sayang? Aku harus memandangimu saja hahh??" Rafa malah terkekeh "Aku akan menuruti segala keinginan kau tapi aku mohon jangan lakukan itu padaku, aku rela menjadi pembantumu seumur hidupku mengurusi segala keperluan kamu atau aku siap menjadi budakmu seumur hidupku Tampa di gaji," Pinta Amira memohon Tampa berpikir panjang mengucapkan begitu saja dari bibirnya . "Wahh ternyata kau sudah terpesona denganku dan cukup agresif yaa sampai ingin terus bersamaku seumur hidupmu ... hahaha...." "Aku mohon Rafa tolong ... aku tahu kau sangat membenciku dan ingin balas dendam padaku, itu memang salahku. Tolong lupakan dendam yang bersarang di hatimu. Rafa! aku yakin kau akan mendapatkan wanita terbaik jika hatimu ikhlas." Amira berusaha mengambil hati Rafa, mengajak pria itu agar mau berdamai dengan keadaan. Sayangnya, Rafa sudah terlanjur membatu. Tidak bisa di goyangkan lagi baik otak maupun hatinya. "Aku tidak butuh wanita terbaik! Cukup kau menjadi mainanku ... itu sudah cukup bagiku." Rafa menyunggingkan seringai jahatnya, tangannya mulai merambat dan langsung berlabu pada bagian sensitif miliknya Amira. Ia menekan bagian sensitif Amara sangat kasar sampai wanita itu memekik Tampa suara, tubuh Amira benar-benar sakit karena perlakuan itu. Tapi ia berusaha menahannya sebisa mungkin karena tangannya juga sudah di Cengkeram oleh Rafa dengan kuat, Rafa tertawa lepas melihat Amira merintih kesakitan. "Kau benar-benar gila, Rafa!" Amira menepis tangan Rafa dengan sekuat tenaganya bersama teriakannya . "Aku akan menjadi gila dengan senang hati, kan itu sudah terjadi padaku sejak lama. Dan kau adalah faktor utama kegilaan aku di mulai." Amira benar-benar di buat geram dengan garis peperangan yang di buat oleh Rafa, Amira berusaha menyingkir kabur dengan sisa tenaganya. Namun dengan cepat rafa menarik kembali kaki Amira dan menindih kasar tubuhnya. Rafa menggigit bibir Amira kasar, tangannya dengan cekatan menyibak gaun Amira sampai robek tak berbentuk. Tidak peduli Amira masih dalam keadaan sakit atau terluka Rafa tetap maju untuk memuaskan hasratnya yang menggebu-gebu. "Mari kita bermain Tampa cinta seperti apa yang kau lakukan padaku dulu, sayang. Kau cukup bersikap liar di bawah kungkuhanku, maka aku akan memastikan tidak ada racun di udara yang kau hirup setiap harinya." Tidak perlu dijelaskan adegan selanjutnya, malam penuh rintihan dan siksaan itu berlangsung panjang di mana Rafa terus mendominasi tubuh Amira dengan permainan ranjangnya, setiap kali Amira berteriak dan mengatakan sangat membenci Rafa maka pria itu makin bersemangat menghajar Amira bertubi-tubi dengan kegagahannya. Hari menjelang siang saat Amira membuka mata, neraka dunia yang ia pikir hanya sebatas mimpi yang kini terpampang kembali, mata lentik wanita itu mengedar ke arah jendela di mana matahari sudah hampir bertengger cantik di puncak pertengahan. Pemandangan Amira beralih, kini ia malah menatap sosok pria yang sedang mendengkur halus di hadapan nya. Jika biasanya selalu wajah Rayhan Yang ia lihat pertama kali saat membuka mata, kini semua itu sudah sirna dalam semalam Rayhan berganti Rafa, dua manusia itu adalah pria yang paling Amira benci saat ini. Kalau bisa ia tidak ingin melihat dua wajah mereka selama-lamanya. "Ughhh." Amira merintih tanpa sadar, merasakan seluruh tubuhnya yang remuk akibat perlakuan kasar Rafa tadi malam. Namun tidak dipungkiri jika ia sangat menikmati perlakuan Rafa sampai ia melepaskan sesuatu yang sangat jarang dirasakan saat menikah dengan Rayhan. Tak mau berkilah, jika Rafa sangat jago masalah ranjang Walaupun konsep yang ia terapkan tidak manusiawi. Tentunya bukan pria itu tidak bisa berbuat lembut, melainkan ia sengaja bersikap kasar karena dorongan hatinya yang gelap. Saat Amira hendak mau ke kamar mandi, tak sengaja ia mendengar gumamam pelan keluar dari bibir Rafa . "Aku sangat mencintaimu ... sangat ... sangat mencintaimu." Amira menoleh kepalanya dan melotot. "Apa tadi dia bilang, cinta?" Amara mengernyit bingung, mana mungkin Rafa mengatakan itu padanya ia tahu bahwa Rafa hanya sedang mengigau. Karena Rafa udah bilangpun kalau dirinya cuma dijadikan mainannya saja. "Kejarlah wanita yang kau cintai itu Rafa, aku berharap kau bisa mendapatkan wanita itu agar kita sama-sama terbebas dari jurang kebencian ini." Amira menatap dalam-dalam wajah polos Rafa saat tertidur, Tampa sadar tangannya bergerak dan mulai mengelus rahang tegas pria itu. Setelah merenung sepuasnya Amira mulai menerima takdir dan menyadari bahwa ialah faktor utama yang mempengaruhi perubahan sikap Rafa, maka Amira berusaha menerima apapun perbuatan Rafa kepadanya. Baik buruknya ia akan menghadapi sebisa mungkin, namun ada satu hal yang sangat sulit ia hindari yaitu sikap nya yang angkuh dan sok kuat, entah kenapa Amira mendadak bersikap angkuh saat dihadapkan dengan Rafa . Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD