Bab 16

1431 Words

Semenjak hari memalukan itu, aku tidak datang lagi ke rumah orang tuaku. Aku tak hentinya merutuki diri sendiri yang sempat hilang kendali. Entah mengapa akhir-akhir ini wajah Haifa selalu terbayang dan seringkali muncul di pelupuk mata. Seolah mengejek karena nyatanya diri ini sempat terpesona olehnya. Jika melihat dari status yang masih kami sandang, tentu aku masih berhak untuk sekedar mengecup kening, bibir, bahkan melakukan lebih dari itu. Akan tetapi, tetap saja terasa salah mengingat hubungan kami tidak seperti suami istri pada umunya. Lebih tepatnya, aku yang dulu sering menciptakan jarak dan merasa enggan untuk sekedar berdekatan dengan Haifa. Abyan, aku sangat merindukan putraku. Namun rasa malu kepada bundanya membuat diri ini tidak berani menemuinya. Aku menyibukkan diri de

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD