21 - Meminta Izin Dan Menunggu

2151 Words
Beberapa hari yang lalu Suasana meja yang ada di salah satu restoran yang ada di Jakarta itu penuh dengan keheningan,sejak tadi tak ada yang membuka suara sama sekali. Dari keempat lelaki dimeja itu,mereka hanya saling menatap satu sama lain penuh dengan intimidasi. Aydan menghela napas beberapa kali,ia sengaja mengundang semua saudara Callisa membicarakan soal niatnya. Hanya saja Aydan bingung akan memulainya darimana karena sejak tadi semua kakak Callisa menatapnya dengan penuh penilaian. Sudah banyak mahasiswa yang Aydan hadapi,tak pernah sekalipun Aydan merasa gugup. Tetapi kenapa sekarang berbeda? Dimana semua keberaniannya yang sengaja Aydan kumpulkan selama seharian kemarin? Aydan bahkan buru-buru pulang ke Jakarta demi bertemu dengan rekan dosennya,Rasya. Untuk membantunya mengatur waktu bertemu dengan para saudara Callisa. “Jadi nama anda adalah Aydan Athallah?” merasa takkan ada yang membuka suara,Reika selaku kakak sulung Callisa mulai membuka suaranya. Aydan berdehem pelan,”Benar,nama saya adalah Aydan Athallah. Lahir 29 tahun yang lalu dan salah satu dosen di universitas Atmaja.” Memperkenalkan diri memang sangatlah penting,tapi Aydan tak tau akan secanggung ini. Kenapa rasanya ia berkenalan dengan anak-anak yang harus menyebutkan umur dan pekerjaan? Tapi bukannya menyebutkan pekerjaan adalah poin pentingnya? Takutnya para saudara Callisa malah meragukannya saat Aydan mengutarakan niatnya nanti. “Kurasa dia lebih dari cukup membuat Callisa kita terpesona,” Walaupun berbisik,Aydan bisa mendengarkan dengan jelas apa yang laki-laki berpakaian kemeja itu katakan. Dari semua saudara Callisa,hanya dia yang mengenakan pakaian biasa. “Kami akan memperkenalkan diri masing-masing,yang bicara pertama kali tadi Namanya Reika Deravendra,anak pertama. Terus nama saya adalah Rakaf Deravendra,dan yang berbisik namun bisa kamu dengarkan dengan jelas tadi Namanya Raymond Deravendra. Mungkin diantara kami semua,saya-lah yang seumuran denganmu. Anak terakhir tentu Princess kami,awal nama yang berbeda dari semua saudaranya.” Rakaf mengatakan semuanya dengan tenang tak lupa memberikan senyuman hangatnya,Aydan sempat tertegun saat melihat perbedaan sikap ketiganya. Dan Aydan merasa,Callisa memiliki semua sikap-sikap kakaknya. Mulai dari Reika yang berwajah datar dan terkesan tatapan intimidasi,Rakaf dengan senyuman hangat dan suara lemah lembutnya,sikap penyayangnya sangat terlihat. Dan yang terakhir adalah Raymond. Wajah jahil.pembawaan santai sangatlah mencolok. “Tidak perlu canggung begitu Pak Aydan,nama anda sudah tidak asing di telinga kami. Callisa tidak pernah absen menyebutkannya dalam sehari.” Dan Aydan tidak merasa bangga dengan itu,ia malah semakin merasa was-was. Dan yang mengatakan barusan tetap Rakaf,sedang Reika hanya terus menatap Aydan dalam diam. Raymond? Dia malah sibuk bermain ponsel. “Callisa selalu mengatakan anda tampan dan bahkan pernah meminta saya untuk melamar anda untuknya. Callisa memang selalu identic dengan sikap kekanak-kanakannya akan tetapi soal perasaan dia tidak pernah bercanda,haha.” hanya Rakaf yang tertawa,yang lainnya tetap memasang wajah canggung. Rakaf agak mencondongkan badannya kedepan,”Callisa pernah mengatakan kalau anda mempersalahkan kasta.” Dosen berumur 29 tahun itu menunduk,ternyata Callisa seterbuka itu pada kakaknya. “Saya akan menyebutkan tentang data diri Callisa. Lahir di paris,tepatnya 24 tahun yang lalu. Besar disana namun akan kemari setiap kali ada waktu libur. Akan tetapi Callisa banyak Taunya Bahasa Indonesia. Baru menetap tetap di indo sekitar 2 tahun lalu,namun akhir-akhir ini orangtua kami ingin membawanya kembali ke paris.” “Rakaf,saya rasa itu masih ranah keluarga kita.” Peringat Reika. “Tidak kak. Pak Aydan mana mungkin menemui kita andaikan dia tidak punya maksud lain. Pak Aydan harus tau jika akhir-akhir ini Callisa sedang dilema. Jika memang Pak Aydan punya balasan atas perasaan Callisa maka Pak Aydan harus bergegas melamarnya,Bapak tau tidak? salah satu alasan Callisa tetap di indo karena perasaannya terhadap anda.” Diantara mereka semua,Rakaf-lah yang selalu menjadi penengah,menjadi penasehat. Di tempatnya,Aydan makin ragu. “Ekhem,Dalam keluarga kami. Orangtua atau suara mereka memang yang terpenting akan tetapi semua keputusan tetap ada pada Callisa karena itu adalah haknya. Memilih pasangan adalah haknya sejak awal,mau orangtua kami tidak merestui sekalipun tapi Callisa menginginkannya? Ada kami yang mendukungnya. Apalagi kami semua berdiri atas diri sendiri bukan biaya orangtua,” giliran Raymond yang bersuara,ia mengatakannya tanpa menatap Aydan. tetap fokus pada ponselnya. “Selama dua tahun ini,Callisa tinggal Bersama saya. Saya kenal betul dengan adik tersayang saya itu,dan dia sangat mencintai anda.” Terkekeh kecil,Ray menatap semua orang sayangnya hanya Rakaf yang ikut tersenyum dan dua lainnya tetap kaku. “Suasana macam apa ini Ya Allah,kak Rei! Itu mata jangan kayak gitu,nanti Pak Aydan lupa mau mengatakan apa.” Sedang yang dituju perkataan itu hanya mendengus kesal dan membuang pandangannya kearah lain. “Pak Aydan,bapak itu sangat di dewakan oleh adik saya yang paling cantic itu,hehe. Setiap kali moodnya down gara-gara kami atau orangtua kami maka solusinya bahas tentang anda,tentunya. Pak Aydan yang sempurna,Pak Aydan yang ganteng,Pak Aydan yang seombong dan masih banyak lagi kalimat cerewetnya.” Melalui Raymond,kini Aydan tau sikap cerewet Callisa sebelas dua belas dengan Raymond ini. “Callisa akhir-akhir ini rajin banget loh baca Al-Qur’an walaupun katanya masih jauh banget dari kata fasih. Hapal surah pendek juga,diam-diam Callisa sering melihat toturial cara pakai hijab di aplikasi video. Pak Aydan jangan sampe kasi tau Callisa ya,kalau saya yang memberitahukan ini semua. Hihihi.” Raymond terkekeh lagi.kembali menunduk memperhatikan laporan-laporan restoran yang para pegawai kirim di grup chat. Aydan mendengarkan semuanya,sangat tidak menyangka seorang seperti Callisa akan bertindak sejauh ini. Ia kira Callisa tak tertarik lagi pada agama,walaupun perempuan yang selalu identic dengan pakaian kecilnya itu selalu mengirimkan pesan padanya. “Waktu kami tidak banyak Pak Aydan,” Rakaf membuka suara kembali,”Hari ini seharusnya saya keluar namun kakak ipar memberikan undangan terbuka. Saya mana mungkin melewatkan pertemuan dengan laki-laki yang berhasil membuat adik tersayang saya jatuh cinta,saya menunggu apa yang ingin anda katakan.” Lanjutnya,tak pernah sekalipun Rakaf melunturkan senyuman tipisnya,sangat enak dipandang. “Saya juga pernah di posisi anda,Pak Aydan. rasanya memang sangat mendebarkan,” kakak kedua dari Callisa itu tertawa pelan,kembali memperbaiki duduknya dan menunggu Aydan mengatakan niatnya. Ia tau,Aydan berniat meminta izin untuk melamar Callisa. Andaikan Callisa ada disini,Rakaf tidak bisa membayangkan bagaimana merekahnya senyuman Callisa,binar matanya yang sangat cerah. Dan akan mempercantik dirinya secantik mungkin. Membayangkan Callisa yang sangat bahagia saja membuat Rakaf makin tersenyum,lihatlah Callisa. Laki-laki yang kamu minta di lamarkan kini telah ada di hadapan kakak kamu,memintamu dan tidak membuatmu melupakan harga dirimu terlalu lama. Dalam penilaiannya,Aydan ini sudah sangat mapan sekali. Benar apa yang Raymond katakan,pesona Aydan memang tak bisa ditolak oleh Callisa. Semua tipe laki-laki yang pernah Callisa katakan padanya memang ada dalam diri Aydan. “Silahkan Pak Aydan,” setelah lama diam dan hanya menilai Aydan sejak berpuluh menit yang lalu,kini Reika bersuara. Ia bahkan menggerakkan tangannya,mungkin tatapannya memang sangatlah berlebihan. Ada keheningan selama beberapa saat sebelum Aydan mulai membuka suaranya, “Saya terlahir dari keluarga sederhana dan sangat mendominankan agama. Sejak kecil saya sudah diajarkan nilai-nilai agama makanya saya tak begitu menyambut Callisa,jika saya menyambutnya dengan tangan terbuka maka sama saja saya memberikan harapan dan kepastian tiada ujung?” tanpa menatap Aydan,Ray mengangguk. Benar juga apa yang Aydan katakan. “Dengan sikap Callisa yang makin hari makin dekat dengan saya membuat saya khawatir. Takutnya kami malah terjebak pada perasaan semu ini terlalu lama,makanya saya meminta pada Bu Rasya mengatur waktu pertemuan ini. Apakah saya berhak mendapatkan posisi sebagai suaminya? Dan menjadi pemimpin keluarganya kelak?” Aydan merasakan jantungnya berdebar dengan cepat,berusaha terus berdzikir agar pikirannya kembali tenang. “Anda merasa minder dengan status Callisa sebagai anak orang kaya,begitu?” tanya Reika, Dengan cepat Aydan mengangguk. “Kalau anda ragu lantas bagaimana cara anda meyakinkan kami untuk merestui anda menikahi Callisa? Bagaimana cara anda menjadi suami yang bertanggung jawab nantinya?” lanjut Reika lagi, “Saya tidak pernah ragu akan perasaan saya dengan Callisa juga keseriusan saya padanya. Saya hanya ragu akan panda-“ “Pandangan orang-orang? Penilaian orang sekitar? Anda seorang dosen Pak Aydan. saya rasa anda cukup pintar menyikapi setiap opini anda itu,anda berpendidikan dan Saya cukup yakin pekerjaan dosen bisa membuat mereka bungkam. Anda masih meragukan soal kasta seperti yang Callisa katakan pada kami? Bukankah dalam agama kekayaan bukan poin utamanya?” “Benar,dalam agama kita itu bukan masalah penting. Akan tetapi dalam dunia orang kaya mereka tidak memandang seperti yang saya ketahui. Mereka tetap mendominankan kasta.” Jawab Aydan tegas,Raymond sampai mengerjapkan matanya beberapa kali. Nah loh,sikap dosennya mulai keluar. “Dalam dunia orang yang paham agama,yang mereka nilai dalam menerima pasangan untuk anaknya adalah sikap mereka dan bagaimana pendalaman orang itu tentang agama. Sayangnya yang saya hadapi sekarang adalah berbeda. Saya bukannya mengatakan keluarga anda minim agama,tapi anda tau betul kemana pembicaraan saya,saat saya bertemu ayah anda nanti…” “… Apakah ayah anda menanyakan saya sekolah agama dimana? Hapal Al-Qur’an atau fasikah membaca Al-Qur’an? Tentu tidak bukan? Palingan ayah anda hanya akan menanyakan apa pekerjaan saya? Apa status saya? Punya perusahaan apa?” Dan Raymond makin takjub di tempatnya. Dosen memang bukan pekerjaan main-main. Sedang Rakaf? Dia malah tertawa pelan,tidak salah kenapa adiknya begitu terpesona dengan Aydan. Aydan Athallah memang orang paling tepat dalam membimbing Callisa ke jalan yang benar,Rakaf akan mengusahakan berbagai cara agar keduanya dapat Bersama nantinya. “Apa ada yang salah dengan kata saya tadi?” ulang Aydan,menatap suadara Callisa satu persatu. Yang satu tetap menampakkan wajah datar,yang kedua tetap tersenyum sejak masuk kesini sampai sekarang. Bukan tersenyum berlebihan tetapi entah kenapa,mau Rakaf diam sekalipun wajahnya tetap keliatan sedang tersenyum. Terus Raymond? Lelaki itu malah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya seolah tidak terganggu dengan perdebatan kecil tadi. Memang sikap yang sangat seimbang dalam melindungi seorang Princess Callisa. “Lalu?” tanya Reika balik,malah menanyakan kelanjutan niat Aydan. “Walaupun saya ragu perihal kasta,saya tidak pernah sekalipun ragu mengenai niat saya dalam meminta Callisa menjadi istri saya. Dengan izin Allah dan restu dari kedua nenek-kakek saya,maka saya meminta izin pada kalian selaku saudaranya.” Entah mengapa,setelah mengatakan semua itu,Aydan merasa semua keresahan yang ada pikirannya menghilang,bagai tertiup angin. Reika memajukan badannya,”Selayaknya anda yang mempersalahkan kasta,anda pikir Callisa kami tidak khawatir perihal pengetahuannya tentang agama?” Melakukan hal yang sama dengan Reika,mata keduanya bertemu saling memahami satu sama lain. “Anda pikir orang yang paham agama seperti keluarga saya dan paham betul soal persyaratan pernikahan,mereka akan mempersalahkan perihal bagaimana Callisa? Bahkan perempuan yang keluar-masuk tempat terlarang sekalipun masih Allah terima lantas kami yang tau hal itu tidak akan menerimanya?” Ujarnya balik,Raymond sampai cengo di tempatnya. Ia serasa melihat perdebatan antara kasta dan agama secara langsung,Reika dan Aydan memang pantas di pertemukan di meja yang sama membahas soal masalah begini ya? “Allah selalu memberikan solusi bagi mereka yang percaya pada-Nya. Saya telah mengatakan tadi,saya tidak ragu dan tidak akan mundur walaupun saat ini kalian menolak izin saya ini. Dengan Callisa memilih saya,berjuang demi saya dan memantaskan dirinya bahkan perlahan berubah tanpa dia sadari. Itu bukan perkara mudah,menemukan perempuan seperti Callisa sama saja dengan mencari bintang paling terbaik di seluruh antariksa. Hari ini anda semua menolak saya? Saya akan datang lagi,begitupun dengan seterusnya.” Tepat setelah Aydan mengatakan itu,Raymond bertepuk tangan dengan heboh membuat beberapa pengunjung menatap kemeja mereka. Aydan sudah mengatakannya,ia memang tidak akan pernah menyerah apapun yang terjadi. “Kenapa harus Callisa?” sepertinya Reika masih belum sepenuhnya yakin dengan izin Aydan ini,masalahnya Reika hanya merasa ini aneh. Sudah lama Callisa berjuang dan hampir menyerah,dan baru sekarang Aydan datang? Kenapa tiba-tiba sekali? “Bagaimana jika kalian semua menelpon Callisa dan bertanya padanya,kenapa harus saya?” balas Aydan tak mau menyerah. “Kamu tidak takut jika nantinya setelah menikah,agama yang Callisa pelajari malah menurun dan akhirnya tidak mau belajar lagi karena telah mendapatkanmu?” Aydan menyandarkan bahunya,”Anda meragukan Callisa? Saya tidak pernah berpikir sampai kesana karena saya yakin. Sekarang ini,tanpa Callisa sadari,dia belajar agama bukan karena ingin mendapatkan saya akan tetapi atas keinginannya sendiri. Orang mana yang mau menghapal demi cinta? Membuang waktunya demi kajian? Saya tidak pernah sekalipun menyinggung soal pengajian,al-Qur’an pada Callisa. Hanya membahas aurat,andaikan demi mendapatkan saya seharusnya Callisa menutup auratnya dengan cepat,berbohong seperti perempuan caper pada umumnya,” “Tapi Callisa tidak bukan? Dia malah melakukan shalat,berbaur dengan sesama perempuan islam. Bukankah itu aneh?” Dan dalam hati,Reika membenarkan apa yang Aydan katakan. “Sekali lagi saya tekankan,andaikan demi saya. Callisa harusnya fokus pada jilbab karena saya membahas itu,bukan malah fokus pada yang lain. jadi ini murni atas kemauan Callisa,bukan dorongan dari saya.” Reika menghela napasnya pelan,”Berikan saya waktu. Saya ada rapat 20 menit lagi,permisi.” Reika meninggalkan meja itu. Rakaf melakukan hal yang sama,tetap bersikap ramah dan meyakinkan Aydan untuk tidak menyerah dan hanya mengatakan,’Reika hanya butuh pembuktian’ barulah Rakaf meninggalkan meja itu. Tinggallah Ray di tempatnya,menatap kedua kakaknya yang perlahan pergi. “Ini restoranku,” beritahu Ray saat Aydan seolah menunggunya pergi juga,”saya akan disini sampai malam.” Lanjutnya memberitahu. “Jangan di permasalahkan,Kak Rei pasti akan merestuimu. Tunggu saja telepon darinya dan setekah itu bergegaslah untuk melamar Callisa alias bertemu dengan Papi kami sebelum dia pulang ke Paris dua bulan kedepan.” Hanya itu yang bisa Ray katakan. Dan Aydan makin bingung dengan semuanya,tetapi setidaknya ia telah mengutarakan niatnya bukan? Dan tujuannya dengan Callisa tidak lagi mengambang,ada kejelasan yang jelas. Aydan bisa memberikan kepastian pada Callisa. Benar bukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD