4 - Jilbab Itu Apasih?

2295 Words
Aydan menghembuskan napasnya pelan saat melihat seorang perempuan dengan pakaian mewahnya,duduk dibawah pohon menggunakan majalah untuk menyembunyikan wajahnya. Tanpa menggunakan majalah itu sekalipun,Aydan tau jika itu adalah Callisa. Pakaian yang Callisa gunakan sangatlah mencolok,dengan menatap datar kedepan Aydan mendekati tapi tetap menjaga jarak. “Callisa,” panggilnya tegas,membuat Callisa gelagapan dan mengintip dari balik Majalahnya. “Duh… Ketahuann.” Gerutuan itu masih Aydan dengarkan dengan jelas. “Kamu sudah satu jam disini dan memperhatikan saya duduk di taman bukan? Kemarin saya sudah mengatakan dengan jelas bisa saja perasaan kam-“ “Pak Aydan tau apa tentang perasaan aku? Yang rasakan aku terus yang menjalaninya adalah aku. Pak Aydan kenapa harus terganggu padahal aku tidak pernah meminta apapun atau kepastian? Jangan-jangan Pak Aydan punya perasaan juga sama aku?” Aydan mengalihkan pandangannya kearah lain,mundur dua langkah saat Callisa berdiri dengan cepat. Aydan takkan menatap perempuan yang bukan mahramnya,apalagi pagi ini Callisa hanya menggunakan baju lengan pendek plus rok selutut itupun sangat mencolok. “Di kacangin,padahal kacang mahal loh. Eh,mahal engga sih?” Aydan tetap diam,enggan memperdulikan Callisa. “Padahalkan Pak Aydan tinggal pergi aja seperti hari-hari sebelumnya terus kenapa samperin aku kesini sih? mana pakaianku engga banget lagi. Pak Aydan kok ganteng ya? Jangan-jangan Pak Aydan ini idol yang terlempar ke indo terus amnesia?” Merasa makin di kacangin oleh Aydan,Callisa berpindah dan berdiri tepat di hadapan Aydan membuat Aydan kembali mundur beberapa langkah. “Pak Aydan tau engga? Aku tuh jadi pengen mahasiswa lagi,iri sama mereka yang bisa berbincang dan dapat perhatian sama Pak Aydan.” Mata Callisa menatap sekitar saat mengatakannya. Bayangkan saja,mereka dengan bebas bisa memandang Aydan apalagi mendengar suaranya hampir tiap har. Callisa? Boro-boro diajak bicara,mau di anggap ada saja tidak. “Sejak kapan saya perhatian sama mereka?” sedetik setelah Aydan mengatakan itu,ia kaget sendiri. Mengapa ia harus meladeni ucapan absurd Callisa? Padahalkan biasanya Aydan mengabaikan semua kelakuan Callisa. Sedang Callisa melongo sebentar,ini Aydan beneran membalas perkataannya? Melirik jam yang sebentar lagi jam mengajarnya,tanpa mengatakan selamat tinggal pada Callisa. Aydan meninggalkan Kawasan taman tetapi perkataan Callisa di belakang sana membuat langkah kaki Aydan terhenti. “Apa dengan aku memakai jilbab,Pak Aydan akan melirik dan mengakui keberadaan aku?” jujur saja,Callisa merasa habis diterbangkan lalu dihempaskan,kasihan sekali. “Jangan asal menyimpulkan sesautu dengan cepat,Callisa.” “Lalu Pak Aydan maunya apa? Sejauh ini Pak Aydan tidak pernah menganggap aku ada.” “Callisa,kamu pikir Jilbab segampang itu untuk kamu pakai? Jika nantinya ada sikap saya yang melukai kamu,kamu akan melepaskannya? Jangan pernah memakai sesuatu karena ingin diperhatikan tapi pakailah karena kamu ingin memakainya. Jilbab bukan sesuatu yang bisa kamu permainkan seenaknya. Kamu mau mendapatkan perhatian saya?” Callisa diam,mataya terus memperhatikan punggung Aydan yang terbalut kemeja merah tua. Entah kenapa,pertanyaan Aydan sedetik lalu sedikit mengusiknya. Apa serendah itu Callisa bagi Aydan? “Belajarlah dengan dirimu sendiri,Callisa. Jika memang kamu serius dengan perasaan kamu maka jangan lupakan kodrat kamu sebagai perempuan bukan malah mengejar terus menerus,” “Pak Aydan pikir aku perempuan apaan? Aku merendahkan diri demi Pak Aydan begitu? Jadi selama ini Pak Aydan menganggap aku sebagai perempuan yang tidak punya harga diri? Hahaha,saya menanyakan perihal tadi agar saya lebih diperhatikan oleh Pak Aydan. Bapak pikir saya seredah itu? Astaga,” ia tertawa sarkas membuat beberapa mahasiswa memandangnya. Terserah,mereka mau menganggapnya bagaimana pokoknya terserah. Ia memutuskan pergi dengan perasaan terusiknya,merasa hatinya sedikit sakit dengan perkataan Aydan tadi. Memakai sesuatu dengan asal-asalan? Aydan pikir Callisa ingin mengenakan jilbab demi mendapatkan cintanya,begitu? Dasar dosen menyebalkan,untung ganteng. Merasa sudah agak jauh dari kampus,Callisa duduk di pinggiran trotoar layaknya anak jalanan. Mengabaikan tatapan heran dari semua pejalan kaki. “Apa katanya tadi? Seorang Callisa merendahkan dirinya? Masih untung aku suka sama dia,dasar dosen menyebalkan. Mentang-mentang ganteng jadi seenaknya sama aku,Princess secantik ini masa dianggurin sih? kurangnya aku apasih?” Callisa mengeluarkan cermin dari tas mahalnya,”Make-upku oke kok? Rambut aku juga sempurna banget ini.” Callisa bahkan memegang rambutnya sebentar,baru saja ia bawa ke salon kemarin untuk semakin cantik. Melihat ada perempuan yang lewat,”Mba Mba,aku cantic engga?” Callisa random kan? Ya memang beginilah Callisa. “Cantik Mba,” jawab pejalan kaki itu dan melanjutkan jalannya. Nah kan? Terus apa yang membuat Aydan tak mau meliriknya? Hanya karena Callisa tidak menutup rambutnya ini. Kalau mau menjadi perempuan yang pernah Callisa baca di buku kemarin,maka Callisa harus lemah lembut,hanya memperlihatkan wajah dan tangan doang terus apa tadi? Jangan mencolok? Sejak masuk sekolah dasar hingga sebesar begini,Callisa terbiasa dengan kemewahan. Menjadi pusat perhatian beberapa orang atau berada di acara keluarga. Mengambil ponsel yang baru kakaknya belikan sebagai permintaan maaf kemarin,Callisa membuka internet mencari sesuatu. Cara menjadi perempuan yang baik dalam versi agama Dalam tiga detik ada banyak artikel yang bermunculan,Callisa hanya perlu membuka salah satunya sampai tuntas. Tapi suara seseorang malah membuat perhatiannya teralihkan,perempuan dengan rambut tergerai lurus berhias bando pink itu membulatkan matanya tak percaya melihat siapa yang datang. “Kamu akan terus disini layaknya orang terbuang,Callisa?” Percayalah,Pak Aydan makin ganteng saat menyebutkan Namanya dengan tegas. Callisa. “Kok kesini? Pak Aydan kangen sama saya kan?” “Saya?” Sebenarnya Callisa ingin ketawa saat Aydan meralat ucapannya,tapi tetap fokus. Ia harus berlagak ngambek.“Loh kenapa? Salah lagi? Pake aku salah,pake saya juga salah. Udahlah,saya dimata Pak Aydan memang selalu salah. Dimana-mana tuh perempuan selalu benar dan laki-laki yang salah terus kenapa posisi saya berbeda ya? Bapak liat apasih disana,saya disini kok malah liatnya sebelah sana. Apasih?” Memilih berdiri,Callisa ikut menatap kearah pandangan Aydan tetapi disana kosong,”Bapak bisa liat hantu ya?” bisiknya takut. “Kamu kenapa kesini?” “Ih kepo deh,bapak yang ngapain kesini?” Callisa menatap Aydan curiga,”Jangan-jangan Pak Aydan belum puas mengatai saya makanya menyusul saya kemari,iyakan? Hayo ngaku. Padahalkan kata teman saya terus kata semua orang,saya cantic dan sempurna banget,pokoknya banyak laki-laki yang mau jadiin saya pacar apalagi istrinya. Tapi kok Pak Aydan tidak tertarik,saya kesal tahu Pak untung Pak Aydan ganteng.” “Callisa,Pulang dan gunakan mobilmu bukan malah berlari kemari.” Setelah mengatakan itu Aydan meninggalkan Callisa yang sedang melongo di tempatnya,tidak percaya dengan kelakuan Aydan. Dicampakkan lagi? Dilupakan lagi? “Pak Aydan nyebelin!” Aydan tidak memperdulikan perkatan Callisa dibelakang sana terus berjalan dan lama-kelamaan menghilang dari pandangan Callisa. Ditempatnya Callisa tertawa pelan melihat semua itu,ini tuh maksudnya apa? Tujuannya apa menyusul Callisa,hanya memintanya pulang begitu? “Kalau tau begini mending kacangin dia aja tadi,tapi memang kamu bisa Callisa? Cowok seganteng itu memangnya bisa kamu abaikan?” mengabaikan semua orang yang mungkin sudah mengatainya pasien yang kabur dari RSJ,Callisa berjalan menuju kampus Atmaja kembali untuk mengambil mobilnya yang terparkir di halamannya. Mendengus pelan saat melihat Aydan ternyata menunggunya disamping mobilnya,”Bapak jangan gini dong,mana ganteng banget lagi.” Ujarnya,masuk kedalam mobilnya. Callisa menurunkan kaca mobilnya,”Pak,kita itu jodoh dan saya akan tetap memperjuangkan. Dan ada satu hal yang perlu Pak Aydan ingat. Saya buka perempua rendahan yang asal mengejar lelaki apalagi mempermainkan jilbab. Saya memang tidak tau menahu banyak soal agama makanya saya nanya ginian sama bapak. Tapi Pak Aydan yang ganteng,tapi mukanya datar…” “… Saya masih waras untuk tidak mempermainkan jilbab,saya tahu betul jilbab adalah perintah langsung oleh Allah,saya memang jarang melaksanakan shalat bahkan sudah lupa dengan yang Namanya mengaji. Tapi bapak pikir saya pura-pura mau pake jilbab gitu? Walaupun saya sangat jauh dari Siti Aisyah dan Siti Khadijah tapi setidaknya saya sudah berusaha.” Callisa memandang nanar stir mobil. “Jujur Pak Aydan,saya agak terluka saat bapak mengatakan hal tadi. Tapi saya juga sadar diri sejak awal kok makanya saya memilih mencintai dari jauh. Tapi Namanya juga perempuan Pak,butuh balasan dan kepastian walaupun nantinya bakal sakit.” Menyalakan mobilnya dan meninggalkan Kawasan kampus,dari spion mobil Callisa masih bisa melihat Aydan di belakang sana. Tarik napas lalu buang dan begitu terus menerus. Sesekali,Callisa akan lepas kendali saat perasaannya terluka untung saja Pak Aydan tak begitu memperdulikan apa yang Callisa katakan,palingan Aydan hanya mengabaikan dan melupakannya dengan cepat. “Apa tidak berlebihan ya?” tanyanya pada diri, “Bodoamat ih,kan dia sendiri yang mulai.” Ralatnya. Callisa sesekali memperbaiki rambutnya yang berantakan atau bajunya yang agak bergerak. Hari ini rencananya memang hanya ingin melihat Aydan sebentar karena besok dan lusa,Callisa akan keluar kota Bersama kakak ketiganya,Ray. Sengaja membawa majalah kesukaannya untuk menemaninya memantau Aydan yang sibuk di taman kampus,diluar dugaan Callisa malah ketahuan. Apa pakaiannya terlalu mencolok ya? Tapikan Callisa hanya memakai baju-baju seperti hari sebelumnya. Memakirkan mobilnya di depan restoran seafood milik Raymond,Callisa keluar dengan gayanya. Membuat beberapa laki-laki yang lewat terpesona,Callisa yang melihat itu makin tidak habis pikir dengan Aydan yang tak meliriknya sama sekali. “Habis darimana,Dek? ngapelin ayang?” “Kak,pengen makan.” Lapornya,duduk dengan menyilangkan kaki dan menopang dagu. “Sana pesen sendiri,kenapa belum makan? Kakak engga mau denger kamu ngeluh sakit ya.” “Mau makan ih,laper.” Merasa mood adiknya sedang tidak baik,Raymond masuk dan memesan makanan untuk adik tercintanya. Meskipun Callisa terkenal dengan sikap menjanya,suka foya-foya dan super duper cantic. Akan tetapi saat moodnya anjlok maka Callisa mendadak jadi perempuan pendiam. Sepuluh menit kemudian,Raymond keluar sengaja memesan makanan cepat saji. Menyimpan makanan itu di hadapan Callisa. “Pak Aydan bilang aku perempuan tidak punya harga diri.” Curhatnya dengan wajah cemberut. “Dia bilang begitu? Ngatain adikku seperti itu?” “Memang aku perempuan kayak gitu ya kak Ray?” “Jangan katakan ini pada Kak Rei. Oke?” Masih dengan wajah cemberutnya,Callisa mengangguk dua kali,mulai memakan makanannya sampai habis. “Tapi pas aku ninggalin Pak Aydan sendiri,dia tiba-tiba aja dateng terus samperin aku. Minta aku untuk pulang. Aku sempat marah-marah sama dia tapi cuman sebentar soalnya engga kuat,Pak Aydan-nya gantengnya kebangetan.” Suaranya lagi dengan manja,sangat tidak menunjukkan umurnya yang menginjak 24 tahun. “Padahalkan aku sengaja mantau Pak Aydan lama soalnya besok bakal keluar sama Kakak besok mana dua hari pula,” lanjutnya,mengeluarkan ponsel. “Ponsel baru,Dek? kok kakak engga dapat nontifikasi pengeluaran? Kan salah satu kartu kakak kamu yang pegang. Kan kakak mintanya kalau kamu belanja pake yang itu,” Callisa mengangkat ponselnya,”ih,ini dibellin kak Akaf tau. Aku kesel sama dia,masa posesif banget padahalkan aku cuman keluar beli buku kemarin. Sebagai permintaan maafnya,Kak Akaf beliin aku ini. Bagus engga?” “Bagus,harganya juga bagus.” Tertawa,”Ya resikonya Kak Akaf dong,siapa suruh nyebelin padahal biasanya dia yang selalu belain aku dari Kak Ray dan Kak Rei. Kemarin tuh beneran nyebelin tau,aku sampe mau pergi dari rumah saking kesalnya. Kalian jangan posesif dong,umur Callisa yang paling cantic ini kan udah 24 tahun. Masa mau di manja terus. Takutnya Pak Aydan makin minder ngelamarnya,diakan udah agak takut gitu.” Merasa mengatakan sesuatu yang salah,Callisa segera menutup mulutnya dengan tangan,ia keceplosan soal Pak Aydan yang tentang kasta itu. “Pujaan hati tersayang kamu itu bahas soal kasta?” Callisa menggeleng,”Engga kok,Callisa asal bicara aja,hehe.” Merasa masih diperhatikan,ia berusaha sibuk dengan ponselnya padahal Cuma liat-liat foto aja. “Callisa,Kakak nanya. Aydan sudah bahas kasta sama kamu? dia kan dosen dan sikapnya dewasa sekali. Kami bertiga selalu mendukung kamu dan selama kamu mencintainya,Aydan juga berjanji tidak akan menyakiti kamu maka kami akan merestui. Kamu tau itu kan?” “Kak Ray ihh,berhenti bahas itu.” Menghela napas pelan,”Princess Callisa.” “Kak Ray,Pak Aydan cuman bilang kami terlalu jauh. Bahas itu cuman sekilas kok selebihnya bahas soal aku yang siap sama dia atau bagaimana. Soalnya katanya dia pengen punya istri yang taat agama tapi engga lebih juga,seadanya aja. Yang penting katanya nutup aurat aja dulu soalnya Pak Aydan engga sesempurna itu juga.” jawabnya cepat,saat semua kakaknya menyebutkan nama panjangnya maka itu pertanda mereka sedang mode serius tidak mode bercanda. “Sebernarnya tadi nanya sama Pak Aydan,apa aku perlu pake jilbab? Tapi kayaknya Pak Aydan salah mengerti dengan pertanyaan aku. Padahalkan serius nanyanya,” menunduk,Callisa memainkan jemarinya. “Dek,Kamu boleh mencintai orang tapi sikap kamu akhir-akhir ini memang agak dekat. Bulan-bulan sebelumnya kamu hanya memantaunya dari jauh,menyapa sebentar dan tidak membahas hal seserius ini kan?” “Jadi menurut Kakak aku memang engga punya harga diri?” “Callisa,Kakak tidak bilang begitu.” “Aku cuman pengen Pak Aydan liat aku,makanya aku berambisi pengen belajar agama. Penge tau dunia jilbab itu gimana,tata caranya gimana. Kakak kan tau aku mana mungkin asal pake kalau engga tau dasarnya dulu,jilbab tujuan utamanya apa? Memang karena Pak Aydan,tapikan engga mau asal pake. Apa perlu Callisa masuk pesantren?” Ray berdiri,merangkul adiknya dengan sayang. “Kakak mau kamu melakukan sesuatu karena keinginan kamu bukan karena orang lain,Aydan memang benar. Dia bukannya mau merendahkan kamu,tapi Aydan mau kamu tetap menjadi perempuan yang punya harga diri. Aydan tidak suka kamu melakukan hal yang membuat orang memandangmu rendah,paham hm?” “Memangnya maksudnya gitu?” “Iya Callisa cantic,Sepanjang yang kakak tau. Perempuan dalam agama islam sangat di hormati,makanya Aydan mau kamu seperti itu. Kalau memang kamu tertarik belajar agama,kakak akan mencarikan tempat belajar yang sesuai. Atau kamu bisa minta kak Rasya atau Mba Deva untuk mencarikan kamu guru,” menepuk pundak adiknya dan tertawa pelan. Ray bahkan mengacak rambutnya membuat Callisa berdecak tak terima. Tapi ia tetap tertawa,baiklah. Ia akan menganggap perkataan Pak Aydan tadi bukan merendahkannya tapi demi harga diri Callisa sebagai perempuan semata. “Kak Rei kenapa engga boleh di ceritakan soal kasta itu ya?” “Hmm. Kak Rei biarkan sibuk dengan kerjaan,curhatnya sama kakak aja biar seru.” Keduanya sama-sama tertawa,Callisa memeluk kakak ketiganya dengan sayang. Punya tiga kakak laki-laki memang sangat menyebalkan,tapi kan seru karena ada yang melindunginya. Jadi,menurut Princess Callisa. Jilbab adalah sesuatu yang harus dilakukan karena mau bukan karena seseorang. Callisa harus memakai itu karena Callisa ingin bukan karena mau menarik perhatian seorang Aydan Athallah. Karena jika Callisa memakainya dengan alasan Aydan maka bisa saja Callisa melepaskannya saat Aydan melukainya,seperti kata Pak Aydan tadi. Benar bukan? Itu pengertian Jilbab kan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD