# Luna tampak termenung untuk beberapa saat ketika melihat nama Cakra di layar ponselnya. Perlahan dengan tangan yang masih gemetar dia mengangkat panggilan itu. "Halo," ucap Luna dengan suara parau. Dia masih belum bisa mengendalikan tangisannya sendiri. "Luna, kau sudah tiba di Rumah Sakit?" Cakra bertanya. Luna mengangguk pelan. "Sudah," jawabnya. "Kau menangis?" Cakra kembali bertanya. Kali ini Luna tidak bisa bersuara. Dia hanya bisa terisak di telepon. Rasa putus asa yang dirasakannya begitu menyesakkan hingga dia kehilangan kendali dirinya sendiri. "Luna, bukankah aku memberikanmu dua kartu untuk kau gunakan? Kau bisa menggunakannya untuk kebutuhanmu dan biaya pengobatan Mamamu. Apa mungkin kau menganggap kalau kartu itu hanya mainan anak-anak?" Luna terdiam mendengar uc