“Kau terus saja membohongiku Ken,”Noora berusaha bangkit, masih berusaha mengimbangi diri oleh kedua lututnya yang sudah mengenai perut Kennan. “Terus saja. Kapan, Ra?” Kennan tidak membiarkan Noora bangkit terus memegangi tangan Noora “Jika tidak, lalu mana yang sakit—“ mata Noora masih menyorot pada bagian perut Kennan lalu kemudian ke dadaanya. Dan terlihatlah oleh Noora sebuah garis berbentuk kelabang disebalik kemeja yang masih menutup sebagian itu. “Apa itu Kenn?” Noora langsung menarik lagi bagian atas kemeja itu. Kennan melarangnya, dengan cepat kemeja itu Kennan turunkan lagi, “Bukan apa-apa.” “Bohong, itu apa Ken? Sejak kapan kau punya itu?” Fikiran Noora sudah berkelana jauh, itu mirip seperti bekas operasi besar pembukaan rongga d**a memperbaiki organ-organ penting didala