Komputer Aneh

1029 Words
Sean mengerjapkan matanya beberapa kali, rasa pegal dimatanya membuat ia memutuskan untuk menyudahi aktivitasnya di depan layar PC yang baru saja ia temui di gedung belakang kampus. “Lo udah gak istirahat 3 hari, mending lo istirahat dulu deh dari pada lama-lama jadi mayat. Inget, lo mati kampus tinggal nyari mahasiswa baru,” celetuk Gilang yang masih fokus natap layar laptopnya. Mereka sedang berkumpul di kost Sean untuk merancang segala persiapan gamenya. Darren mengangguk setuju, mereka sudah menginap 3 hari di kost Sean, namun tak pernah melihat Sean beristirahat. Darren yakin bahwa mata Sean seperti ikan yang tak pernah tertutup. “Iya gue mau istirahat, kalau ada yang mau pake PC-nya pake aja sekalian benerin kalo ada yang salah. Gue lagi fokus ngedesain karakter dulu deh, kalau coding gue nyerah beneran. Untung ini tugas kelompok kalau gak mungkin gue udah paling hancur,” ucap Sean yang merasa salah masuk jurusan. Bukan hanya Sean, namun ketiga sahabatnya ini juga merasa bahwa mereka terjebak di semester akhir. Mau meneruskan juga rasanya berat, mau mundur juga sudah kepalang basah dan pastinya mundur adalah keputusan bodoh disaat semester akhir seperti ini. “Gue jadi pengen pindah jurusan aja deh jadi psikologi kayaknya sekarang peluang kerja banyak karena udah ribuan orang yang stres dan butuh jasa psikolog,” kata Darren sambil menyandarkan punggungnya di kursi. “Ck, bukan psikologi aja yang peluangnya besar. Kalau menurut gue jurusan kita ini juga peluang kerjanya besar karena semakin hari semakin banyak orang melahirkan dan anak-anak mereka tumbuh besar butuh game-game waras yang mendidik,” ucap Gilang yang tampak membayangkan bocil-bocil ribut karena game. Alefukka tampak tertawa lepas mendengar curhatan-curhatan mahasiswa stres di dalam kamar itu, rasanya yang paling cocok jadi psikolog adalah dirinya karena ia merasa nyaman dengan jurusannya sekarang tanpa ingin berhenti dan pindah jurusan. “Makanya pas masuk kuliah itu tanya-tanya tugasnya apa aja, jangan bilang lo orang masuk jurusan ini Cuma karena merasa jago main game,” kata Alefukka seakan tahu awal mereka masuk jurusan itu. Bermodal pro player bukanlah sebuah jaminan akan nyaman di jurusan laknat ini, apalagi seperti Sean yang benci coding dan hanya nyaman bermain game saja. Rasanya Sean lebih cocok menjadi youtuber yang membagikan konten game dari pada masuk teknologi game. “Kalau kata orang nih yaa, apa yang kamu jalankan berdasarkan niat akan jauh lebih baik dari pada memaksakan yang tidak kamu sukai. Nah, gue kan suka game tuh jadi gak salah kan kalau gue milih ini jurusan?” tanya Gilang yang tampak berpikir. Darren yang mendengar ocehan Gilang hanya bisa pasrah karena Gilang bener-bener Cuma niat game dari pada mengetahui seluk beluk mata kuliah jurusannya. Namun, walaupun mereka berempat selalu mengoceh tentang sulitnya jurusan mereka, mereka tetap mendapatkan nilai terbaik bahkan bisa dibilang nilai sempurna padahal mereka sendiri punya banyak sekali kelemahan di salah satu mata kuliah tetapi entah mengapa yang mereka anggap lemah malah bagus. Kalau Darren menyebutnya ini adalah sebuah keberuntungan. Kalau belum beruntung ya silakan coba lagi, itulah prinsip mereka berempat. Mempunyai misi dan visi yang sama membuat mereka menjadi seorang sahabat yang tak lekang oleh waktu. Gilang, Darren dan Alefukka hari ini yang menggantikan Sean coding karena untuk mengharapkan Sean saja tentu akan sangat lama belum lagi embel-embel persiapan lainnya. Coding saja rasanya membuat ketiga anak itu ingin bubar jalan apalagi yang lainnya. “Lang, lo kerjain gue punya dong ini tugas dari Bu Gita. Sumpah gue gak mudeng, lo aja ya nanti tugas lo gue yang kerjain deh,” ucap Darren dengan puppy eyes yang membuat  Gilang tidak tega kemudian melihat tugas Darren. “Kerjain sendiri, gue sibuk!” ujar Gilang kemudian berpindah tempat dari pada di dekat Darren yang menyusahkan membuat ia susah fokus. Terpaksa Darren mengerjakan tugasnya sendiri dengan wajah kesal, Gilang hanya memutar matanya malas. Hidup berdampingan dengan ketiga makhluk yang berbeda sifatnya membuat mereka belajar beradaptasi dengan cepat. Namun, walaupun begitu tak ada hari tanpa pertengkaran antara Darren dan Gilang diantara mereka. Gilang yang emosian akan selalu terpancing dengan Darren yang tukang kritik dan egois. Darren yang  merasa Gilang tidak mengerjakan sesuai dengan keinginannya membuat ia terus berceloteh sepanjang hari karena kecerobohan Gilang. “Kok gue ngerasa aneh ya sama ini komputer,” ucap Alefukka yang sedang mengotak-atik PC milik Sean yang ditemui di gedung belakang. Ia merasa banyak kejanggalan yang terjadi selama ia ngoding. “Aneh kenapa, Bro?” tanya Gilang yang merasa heran dengan ucapan Alefukka, Gilang malah menyangka bahwa komputer itu lag atau pun tidak bisa beroperasi dengan baik seperti baru. Alefukka tidak menjawab pertanyaan Gilang karena ia sedang memperhatikan baik-baik layar yang sedang melakukan coding otomatis tanpa ia sentuh. Keluar masuk menu utama tanpa jeda sekali pun. “Lihat deh sini,” ucap Alefukka memanggil kedua temannya itu, mereka pun berjalan menghampiri Alefukka kemudian melihat layar komputer yang bergerak sendiri dan melakukan coding dengan lancar seperti sudah mahir dengan hal tersebut. “H-hantu?” tanya Darren dengan gugup, ia jadi merasa bahwa komputer itu harus dibuang karena akan membahayakan penggunanya. Gilang dan Alefukka saling melirik seakan tahu apa yang harus mereka lakukan saat ini. Dalam hitungan ketiga pun Gilang dan Alefukka langsung berlari kencang keluar kamar kost Sean berteriak histeriks. Darren yang merasa ketakutan juga langsung berlari dari kamar kost tersebut, sesampainya mereka di luar kost mereka teringat dengan Sean yang masih tertidur pulas. “Kita harus kabarin Sean biar dia keluar dari sana, ini bahaya kayaknya,” kata Gilang yang tampak ngos-ngosan. Namun, sayangnya ponsel Sean tidak dihidupkan. “Udah biarin aja Sean di dalem, hantu itu gak bakal ngapa-ngapain dia kali.” Gilang merasa bahwa hantu itu tidak ada maksud jahat mengganggu mereka, mungkin saja karena mereka berisik jadi itu hantu muncul untuk memperingati. Alefukka dan Darren masih tak bisa berbicara karena mereka merasa terkejut dengan kejadian di kamar kost Sean. Sean memang suka menceritakan hal-hal gaib yang berada di kostnya, namun ia sudah terbiasa dengan gangguan demi gangguan karena hanya kost tersebut yang dekat kampus dan murah meriah. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk segera pulang, sebelum pulang Alefukka menutup pintu kost Sean rapat-rapat. Pemuda itu juga mengiriminya sebuah pesan bahwa mereka sudah pulang. Di dalam perjalanan Darren merasa kapok ke kostan Sean lagi karena banyak sekali hal-hal yang membuat mereka tak nyaman. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD