Siang itu juga diseretnya Vena agar tetap berada di sampingnya, membiarkan gadis itu pergi sendiri terlalu beresiko dengan banyaknya haters di kantor. Tak ada percakapan yang terjadi diantara mereka, hanya sebuah lagu yang tak pernah Vena mengerti apa artinya. Terlalu capek dengan semuanya, akhirnya ia pasrah, mau dikemanain juga yang namanya terlanjur benci, yang namanya haters pasti melakukan apapun untuk dirinya. Yang diketahui oleh Vena adalah, mobil yang ditumpanginya tahu-tahu berhenti di depan sebuah bangunan besar. "Yok turun!" ajak Rendy tanpa beban. Di belakangnya, Vena membuntuti pria itu dengan raut memerah, kesal banget lah, cowok itu nggak pernah merasakan dihujat sebagai cewek nggak tahu diri, belum juga pernah merasakan dihujat sebagai cewek genit, pelakor-lah, padahal