Qeela Pingsan

1018 Words
"Astagfirullah!" Adnan istighfar ketika melihat Qeela terletak di salah satu lorong rak buku. "Minggir, minggir, jangan berkerumun seperti ini. Beri ruang," teriak Adnan sedikit panik. Beberapa orang yang mengelilingi Qeela langsung menyingkir dan memberi jalan Adnan. "Qeela, bangun Qeela." Adnan beberapa klo menepuk pipi gadis berhijab itu tapi dia masih belum sadarkan diri. Pria itu langsung mengangkat tubuh Qeela dan membawanya ke ruang kerjanya. "Cepat panggil dokter, Laila," titahnya kemudian pada sekretarisnya. "Baik, Pak." Sekretaris itu langsung menghubungi dokter perusahaan. Tidak butuh waktu lama dokter tersebut datang dan memeriksa Qeela. Segala macam cara untuk menyadarkan Qeela sudah dilakukan, mulai dari memberi minyak kayu putih pada penciuman Qeela, memijat kaki tapi gadis itu masih belum sadarkan diri. Dokter Shinta akhirnya memberi infus pada tangan Qeela. "Dia dehidrasi karena kurang cairan ditubuhnya," ucap Dokter Shinta. Beberapa saat kemudian Qeela sadar. Dia mengerjapkan matanya. "Apa dia sudah sadar?" tanya Adnan memastikan. Shinta mengangguk seraya memeriksa Qeela. "Mba Qeela, Mba bisa dengar suara saya?" tanya Shinta. Qeela mengangguk lemah. "Saya dimana?" tanyanya. "Alhamdulillah," desis Adnan. "Kamu di ruang kerja ku, La, kamu pingsan tadi," jawab Adnan. "Mba Qeela istirahat dulu ya, sampai infus ini habis baru boleh pulang," nasehat Shinta. "Saya pergi dulu, Pak Adnan, nanti hubungi saya jika infus Mba Qeela habis," pamit Shinta. "Makasih, Dok," ucap Adnan. *** "Maaf merepotkan," ucap Qeela lirih. Hening untuk beberapa saat karena Adnan terdiam seraya menatap Qeela. Adnan sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat dia mendapat kabar Qeela pingsan dia langsung khawatir, dia panik, takut terjadi apa-apa pada gadis itu. Qeela, dia berhasil memporakporandakan hati Adnan. "Jangan seperti ini lagi, La, aku khawatir tahu!" Adnan mengomel karena khawatir dengan kondisi Qeela. Qeela terkekeh pelan, "Iya, Mas. Siapa juga yang mau pingsan," balas Qeela. "Bukan begitu, seharusnya kamu tahu kapasitas diri. Sibuk boleh tapi jangan lupa minum dan istirahat. Segini kamu tadi aku ajak makan padahal, bagaimana kalau tadi aku gak ajak makan?" Adnan mengusap wajahnya kasar tidak ingin membayangkan hal buruk lainnya. Qeela mengedip lemah kemudian dia memilih memejamkan matanya karena tubuhnya terasa sangat lelah dan mengantuk. Adnan tidak bergerak dari sofa yang ada di seberang Qeela. Dia terus mengawasi gadis yang sedang tertidur itu. *** Dokter Shinta kembali untuk melepas infus yang Qeela pakai. Kemudian dia pamit setelah tugasnya selesai. "Aku antar kamu pulang ke panti," ajak Adnan karena melihat hari yang sudah larut, kondisi Qeela juga tidak memungkinkan gadis berhijab itu untuk pulang seorang diri dengan mengendarai motor. "Aku tidak terima penolakan!" sela Adnan lagi ketika Qeela baru saja membuka mulutnya. Dia tahu pasti gadis itu ingin menolak ajakannya. Qeela terkekeh pelan kemudian mengangguk pasrah. "Tapi motor aku?" "Motor kamu aman, La, kantor ini 24 jam di jaga security kok." Awalnya Qeela merasa risih ketika ada seorang pria yang memapahnya berjalan. Tapi kondisi ini dapat dikecualikan, dia sedang sangat lemah dari pada terjadi hal lain lebih baik dia menerima hal itu, membiarkan Adnan membantunya berjalan dengan memegang lengannya. Sepanjang jalan Qeela terus menatap keluar jendela, sesekali dia merapihkan hijabnya dengan pipi yang merona menahan malu. Dia membayangkan kejadian saat dia pingsan tadi di tempat bazar buku yang mereka adakan, pastilah banyak orang yang berkerumun melihat dirinya pingsan. "Qeela, kamu kenapa?" suara bariton itu berhasil membuatnya tersentak. "Heum? Aku gak apa-apa, Mas. Cuma lagi mikirin tadi kenapa aku bisa pingsan ya? Dan pasti saat itu jadi heboh deh." Qeela menutup wajahnya dengan satu tangan karena malu membayangkan kejadian saat itu. "Dokter Shinta bilang kamu pingsan karena dehidrasi, kurang cairan di dalam tubuh kamu itu. Terlalu lelah juga jadi pemicunya," jawab Adnan menjelaskan. "Aku tuh tipe orang yang jarang sakit sebenarnya, aku wara wiri mengurus anak-anak panti, kemana-mana juga pakai motor, tapi kenapa tadi bisa pingsan?" Setibanya di Panti, Purwati sudah menunggu karena Adnan sudah memberitahu kondisi Qeela yang sebenarnya pada ibu Panti tersebut. "Alhamdulillah, sampai," ucap Qeela. Purwati bersama seorang anak Panti yang membantu Qeela ketika gadis itu keluar dari mobil. "Pelan-pelan, Mba," ucap anak perempuan yang usianya sudah beranjak remaja membantu menuntun Qeela. "Masuk dulu, Mas Adnan," ajak Purwati. "Terima kasih, Bu. Tapi sudah terlalu malam untuk bertamu, saya pamit dulu. Besok Qeela tidak usah ke acara bazar dulu ya, Bu. Biar dia istirahat saja," sahut Adnan. "Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan, Mas Adnan." Adnan berharap dia bisa masuk ke dalam dan memastikan Qeela beristirahat di kamar tapi tidak etis juga karena status mereka yang bukan siapa-siapa. Hari juga sudah malam, Adnan memutuskan pulang dan beristirahat. Sepanjang jalan Adnan terus berpikir. *** Esok paginya, Adnan meminta mama dan adik perempuannya untuk sarapan bersama, memang biasanya mereka sarapan bersama tapi karena kemarin adiknya sedikit ngambek dia takut kalau syila tidak sarapan di ruang makan. "Aku ingin mama melamar Qeela lusa, setelah acara bazar di kantor aku selesai," ungkap Adnan. Mira dan Syila saling tatap. "Lusa? Yang benar saja kamu, Adnan!" tolak Mira. "Kenapa? Kan aku sudah bilang dari kemarin ingin melamar Qeela." "Iya tapi gak secepat itu juga kali, Mas!" timpal Syila yang sejak awal tidak setuju dengan rencana kakak laki-lakinya. Adnan terdiam dengan wajah yang sulit du artikan tapi Mira paham betul kalau putranya itu sedang dalam kondisi serius dan tidak ingin di tolak keinginannya. "Baik, baik. Mama akan melamar Qeela lusa. Tapi kamu jangan protes kalau lamaran hanya sederhana, karena gak mungkin kita buat mewah lamaran itu dalam waktu dua hari ini kan," tutur Mira. Senyum di bibir Adnan langsung merekah. "Aku tidak butuh mewah, sederhana asal berkesan. Kalau mama kerepotan aku akan sewa EO," usul Adnan. "Tidak perlu, Adnan. Mama dan Syila bisa menanganinya." "Bukan begitu, Syila?" Mata Mira berkedip memberi kode pada sang putri agar setuju dengan idenya. "I-iya aku dan mama akan siapkan semuanya, Mas Adnan tenang saja," sahut Syila. "Terima kasih," ucap Adnan. *** Sepertinya Adnan ke kantor, Mira dan Syila merencanakan acara lamaran untuk Qeela. "Mama rasa kita gak usah beli yang mahal-mahal, Sayang," ucap Mira seraya menulis kebutuhan apa saja yang mau mereka beli sebagai seserahan saat lamaran. "Aku setuju sama, Mama. Beli aja yang murah-murah atau yang bermerk tapi kw," sahut Syila, cekikikan. "Mama gak habis pikir, ilmu apa yang Qeela pakai untuk membuat Adnan sampai bucin gitu ke dia." "Dukunnya mantul itu, Ma."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD